Wali Songo Penyebar Ajaran ASWAJA di Indonesia
Posted by musliminsindangkerta pada 6 September 2010
Wali songo adalah ulama yang sangat
berjasa dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di pulau
jawa. Siapapun tahu bahwa mereka adalah ulama-ulama penganut faham
Ahlussunnah wal Jama’ah yang telah berhasil menanamkan ajaran Islam
mengikuti Ahlussunnah wal Jama’ah ke dalam masyarakat Muslim Indonesia.
Adakah bukti yang menunjukkan hal tersebut?
…
Menjawab pertanyaan ini, ada baiknya
terlebih dahulu kita melihat pada fakta bahwa mayoritas umat Islam di
Indonesia sejak dulu hingga sekarang menganut faham Ahlussunnah Wal
Jama’ah, dengan mengikuti madzhab Syafi’i dalam bidang fiqh. Sudah tentu
mereka mendapatkan faham tersebut dari ulama dan para da’i yang
mengajak dan mengajarkan tentang agama Islam kepada mereka. Sesuatu yang
sangat mustahil jika orang yang menyebarkan tidak menganut faham ASWAJA
sementara yang diajak adalah penganut setia faham Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
Di sisi lain semua sepakat bahwa da’i
yang menyebarkan agama Islam ke Nusantra khususnya di pulau Jawa adalah
wali songo. Karena itu, dapat dikatakan bahwa wali songo adalah penganut
ASWAJA, kecuali jika ada fakta sejarah yang menunjukkan bahwa ajaran
ASWAJA masuk ke Indonesia dan mengubah faham keagamaan yang telah
berkembang terlebih dahulu. Tetapi kenyataannnya, tidak ada sejarah yang
menjelaskan hal itu. Karena itulah dengan tegas Prof. KH. ‘Abdullah bin
Nuh mengatakan:
“Kata Sunnan adalah sebutan mulia yang diperuntukkan bagi para raja dan para tokoh da’i Islam di Jawa. Dan akan dijelaskan nasab mereka hingga bersambung sampai ke Imam al-Muhajir. Dan sungguh telah kami fahami dari apa yang mereka ajarkan, bahwa mereka semua adalah ulama pengikut madzhab Syafi’i dan sunni dasar dan aqidah keagamaannya. Mereka kemudian lebih terkenal dengan sebutan “wali songo”. (Al-Imam al-Muhajir, 174)
Nasab Maulana Malik Ibrahim, sebagai
sesepuh wali songo adalah sebagai berikut: Malik Ibrahim bin Barakat
Zain al-’Alam, bin Jamaluddin al-Husain, bin AHmad Syah Jalal bin
‘Abdillah bin ‘Abdul Malik bin ‘Alawi bin Muhammad bin ‘Alawi (disinilah
asal nasab para alawiyyun) bin ‘Abdillah bin ‘Alawi bin ‘Abdillah
(‘Ubaidillah) bin Muhajir Ahmad bin ‘Isa (al-Naqib) bin Muhammad bin
‘Ali al-Uraydhi, bin Imam Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin
‘Ali Zain al-’Abidin bin Husain al-Sibth bin ‘Ali bin ‘Abi Thalib dan
Fathimah al-Zahra, putri Rasulullah SAW.
Ada beberapa bukti bahwa wali songo
termasuk golongan Ahlus sunnah wal Jama’ah. Selanjutnya Prof. KH.
‘Abdullah bin Nuh menjelaskan:
“Jika kita mempelajari perimbon, yakni kumpulan ilmu dan rahasia kehidupan yang di dalamnya terdapat materi ajaran Inrahim (sunan Bonang), maka disana kita akan mendapatkan banyak nama dan kitab yang menjadi referensi utama para da’i sembilan. Berupa pendapat dan keyakinan, sebagaimana juga memuat masalh aqidah dan fiqh dengan susunan yang bagus sesuai dengan aqidah ahlussunnah wal jama’ah dan madzhab Imam Syafi’i… dari sinilah maka menjadi jelas bahwa para da’i yang sanagt terkenal dalam sejarah masyarakat jawa dengan gelar wali songo itu termasuk tokoh utama dalam penyebaran ajaran ahlussunnah wal jama’ah.” (al-Imam al-Muhajir, 182)
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Prof
KH. Saifuddin Zuhri. Ia menjelaskan beberapa tokoh yang menyebarkan
madzhab Syafi’i di Indonesia, khususnya di pulau jawa. Yani Maulana
Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri dan
yang lainnya. Bahkan sunan Giri merupakan lambang pemersatu bangsa
Indonesia yang dirintis sejak abad 15 Masehi. Jika Gajah Mada dipandang
sebagai pemersatu Nusantara melalui kekuatan politik dan militernya,
maka Sunan Giri menjadi pemersatu melalui ilmu dan pengembangan
pendidikannya. (Sejarah kebangkitan Islam, 286-287)
Bukti lain yang menjelaskan bahwa wali
songo penganut faham ASWAJA adalah ritual keagamaan yang dilaksanakan
secara turun temurun tanpa ada perubhan, di mesjid-mesjid besar yang
didirikan oleh wali songo, semisal mesjid Sunan Ampel Surabaya, Mesjid
Demak dan sebagainya. Semua merupakan cerminan dari ritual ibadah yang
dilaksanakan oleh golongan ASWAJA. Misalnya adzan Jum’at dikumandangkan 2
kali. Pada bulan Ramadhan dilaksnakannya Shalat Tarawih secara
berjama’ah. Selanjtnya sebelum shubuh dibacakan tarhim sebagai persiapan
melaksanakan shalat shubuh. (Tarhim adalah bacaan yang didalamnya
berisis do’a do’a)
Sudah tentu hanya orang-orang yang
memiliki faham ASWAJA yang melaksanakan hal tersebut. Sehingga semakin
menegaskan bahwa wali songo adalah penganut faham ASWAJA
sumber : http://musliminsindangkerta.wordpress.com/2010/09/06/wali-songo-penyebar-ajaran-aswaja-di-indonesia/
0 komentar:
Post a Comment