Proses/ Kegiatan Berfikir
Home »
» Proses/ Kegiatan Berfikir
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia
dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau
remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu
filsafat tentang jiwa manusia.
Menurut plato, psikologi berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos
= ilmu pengetahuan). Pada pokoknya, psikologi itu menyibukkan diri
dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi,
mencinta, membenci dan lain-lain.
Macam-macam kegiatan psikis pada
umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
- pengenalan atau kognisi,
- perasaan atau emosi,
- kemauan atau konasi,
- gejala campuran.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada
perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan keadaan yang lain
dalam rangka mencapai tujuan.
1. Pengertian berfikir
2. Macam – macam proses Berfikir
3. Langkah – langkah Kegiatan Berfikir
4. Strategi dalam Pemecahan Masalah
1. Pengertian Berfikir
Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran
untuk mencari makna an pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan
dan keputusan atau penyelesaian masalah. Berfikir merupakan aktifitas
kognitif[1]
manusia yang cukup kompleks. Seseorang berfikir biasanya karena ada
suatu masalah yang sedang menimpanya, misalnya: ketika seseorang sedang
kehilangan uang, maka dia akan berfikir, membuka memorinya untuk
menemukan uang yang hilang tersebut.
Berikut ini adalah pendapat para ahli tentang berfikir.
Berikut ini adalah pendapat para ahli tentang berfikir.
- Menurut Khodijah dalam buku Psikologi Belajar, secara sederhana, berfikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berfikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item.
- Morgan, dkk., masih dalam buku Khodijah “Psikologi Belajar” membagi dua jenis berfikir, yaitu berfikir autistik dan berfikir langsung. Berfikir austik atau austic thinking yaitu proses berfikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Sedangkan berfikir langsung atau directed thinking yaitu berfikir untuk memecahkan masalah.
- menurut Kartono dalam buku “Psikologi Belajar” karangan Khadijah mengemukakan bahwa terdapat enam pola berpikir, yaitu:
- Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
- Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya
- Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu
- Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya
- Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian
- Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
- Solso (1988) mengatakan bahwa berfikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah
- Mayer (1988) mengatakan bahwa berfikir meliputi 3 komponen pokok, yaitu:
1) Berfikir merupakan aktifitas kognitif
2) Berfikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif
3) Berfikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah.
- Menurut Rummel (1958), pada dasarnya proses berpikir yang dilakukan
manusia telah terjadi dalam empat periode, yaitu:
1. Periode Mencoba-Coba
Pada jaman dahulu, orang menggunakan proses berpikir mencoba-coba (trial and error). Dapat dimengerti, pada jaman ini, dengan pola berpikir yang demikian pengetahuan yang dimiliki umat manusia berkembang dengan sangat lambatnya. Cara-cara yang dilakukan tidak pasti. Untuk memperoleh suatu pengetahuan, manusia melakukan begitu banyak kesalahan dan kegagalan dahulu sebelumnya. Oleh sebab itu, seringkali manusia pada jaman ini mengambil kesimpulan yang keliru. Kita contohkan begini. Anggap saja di depan kita ada sebuah pintu yang ingin anda buka, dan anda mempunyai 150 anak kunci di tangan anda, di mana salah satu anak kunci itu dapat membuka pintu tersebut. Dengan menggunakan proses berpikir mencoba-coba, anda akan memasukkan secara bergantian satu demi satu anak kunci tersebut hingga akhirnya pintu dapat dibuka. Faktor kebetulan lebih memegang peranan di sini. Cepat atau lambatnya anda menemukan anak kunci yang tepat untuk membuka pintu bergantung sepenuhnya pada faktor kebetulan. Sebenarnya cara berpikir coba-coba sampai saat ini juga masih digunakan.2. Periode Otoritas
Periode otoritas dalam proses berpikir manusia ditandai dengan pengaruh besar pada pemegang otoritas (kekuasaan) terhadap cara berpikir manusia. Periode ini berhasil dicapai setelah manusia begitu lama bergelut dengan proses berpikir mencoba-coba. Pemegang otoritas menjadi sandaran kebenaran suatu ilmu pengetahuan, misalnya raja, gereja, bangsawan, dan sebagainya. Kata-kata pemegang otoritas adalah kebenaran dan tidak dapat dibantah. Oleh karena itu, ketika Nicolaus Copernicus pada masanya menyatakan bahwa pusat tata surya kita adalah matahari, maka dihukum penggal lah ia. Kebenaran yang berlaku saat itu dipegang oleh raja dan gereja, di mana menurut pengetahuan pemegang otoritas, pusat atata surya kita bukan matahari melainkan bumi.3. Periode Argumentasi
Periode kegita proses berpikir manusia adalah jaman periode argumentasi. Pada masa ini, kebenaran (ilmu pengetahuan) tidak lagi dipegang oleh pihak-pihak yang memiliki ototritas, akan tetapi lebih dipegang oleh para pemikir. Sumber pengetahuan manusia pada jaman ini adalah para pemikir tersebut. Kebanyakan para pemikir pada periode argumentasi, juga merupakan para orator (ahli pidato) yang mampu menyampaikan pemikiran-pemikirannya bahkan melalui perdebatan (adu argumentasi). Pada masa-masa periode argumentasi, kebenaran dipegang para pemikir dan orator ulung. Orang-orang awam hanya menyaksikan dan mendengarkan mereka yang sedang beradu argumen. Sesuatu dianggap benar oleh khalayak umum apabila argumen-argumen yang disampaikan masuk akal. Kebenaran menjadi sulit diterima dan dapat berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Pada periode ini belum dikenal pembuktian kebenaran.4. Periode Hipotesis dan Eksperimen
Periode keempat, yaitu periode hipotesis dan eksperimen muncul ketika pada periode argumentasi sering muncul ketidakpuasan di mana suatu kebenaran tidak mutlak sifatnya dan belum tentu dapat diterima oleh semua orang. Banyak orang menjadi ragu terhadap suatu kebenaran ketika mereka tidak dapat membuktikan kebenaran atau pengetahuan tersebut. Oleh karena itu muncullah periode hipotesis dan eksperimen. Pada masa ini kebenaran adalah milik semua orang karena semua orang dapat melakukan pembuktian. Pada periode berpikir manusia inilah muncul metode ilmiah (Baca Pengertian Metode Ilmiah dan Langkah-LangkahMetode Ilmiah) atau scientific method. Periode hipotesis dan eksperimen merupakan babak baru proses berpikir manusia dan pada periode inilah pengetahuan berkembang dengan sangat pesatnya.
2. Pengertian Masalah
Masalah adalah suatu kondisi yang memiliki potensi untuk
menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang luar biasa.
3. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah tindakan memberi respon
terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan
peluang.
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu, maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri – cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
*Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri – cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
- Pembentukan Pengertian
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu, maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri – cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
*Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri – cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
b. Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri –
ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana
yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
- Pembentukan Pendapat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Pendapat positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
- Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Ada 3 macam keputusan,
Yaitu:
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
- Keputusan induktif
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
- Keputusan Deduktif
- Keputusan Analogis
Macam – Macam Kegiatan Berfikir
1. Berfikir asosiatif
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide
merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir
asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide
timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
- Asosiasi bebas
Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada
batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide
tentang restoran, dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan
atau hal lainnya
- Asosiasi terkontrol
Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam
batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan
merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya,
mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal
lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas,
mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan
sebagainya.
- Melamun
Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
- Mimpi
Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada
waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun,
tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
- Berfikir artistik
Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat
dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan
keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta
karya-karya seninya.
2. Berfikir terarah
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan
sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada
pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
- Berfikir analitis
Berpikir AnalitisadalahBerpikir Konvergen (cenderung menyempit dan menujujawaban yang tunggal.)
- Berfikr kreatif
Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan
baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,
menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya
untuk memperoleh lebih dari satu jawaban.
Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat
mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah
simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas
yang dijilid dan tertulis huruf-huruf.
Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka
dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan
lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.
Strategi Dalam Pemecahan Masalah
- Strategi Menyeluruh
Di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu.
- Strategi Detailistis
Di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.
- Proses pemecahan masalah ada 5 tahap, yaitu:
a. Mengatasi dengan pemecahan yang rutin misalnya: mobil mogok, anda starter berkali-kali.
b. Menggali memori untuk mengetahui cara apa saja yang efektif pada masa lalu.
c. Mencoba segala kemungkinan cara yang ada, ini biasa disebut pemecahan mekanis.
d. Menggunakan lambang-lambang verbal dan grafis untuk mengatasi masalah.
e. Introspeksi diri, ini biasa disebut dengan Aha Erlebnis (pengalaman aha), atau insight solution.
berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk
mencari makna an pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan
keputusan atau penyelesaian masalah.
Pemecahan masalah adalah tindakan memberi respon terhadap
masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang. Macam
– macam berfikir tebagi menjadi dua yaitu berfikr asosiatif dan
berfikir terarah. Langkah – langkah proses berfikir yaitu pembentukan
pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan atau
pembentukan keputusan. Ada dua strategi dalam pemecahan masalah yaitu
strategi menyeluruh dan strategi detailistis. Selain itu ada beberapa
strategi pemecahan masalah yang sering digunakan yaitu Trial and error,
insight solution, dan penyeleasaian mekanis.
Dalam proses berpikir terdapat tiga langkah pokoknya, yaitu
1. Pembentukan pengertian
Dalam tahap ini setidaknya dibentuk melalui beberapa tingkatan, sebagai berikut:
a) Menganalisis ciri-ciri dari objek yang sejenis
Misalnya, menganalisa ciri-ciri manusia dari berbagai jenis:
c) Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri-ciri yang hakiki adalah makhluk hidup yang berbudi.
2. Pembentukan Pendapat
Pembentukan pendapat merupakan peletakan hubungan antara dua atau lebih pengertian. Pendapat tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat. Pendapat tersebut terbagi atas tiga kategori, yakni:
a) Pendapat afirmatif atau positif
b) Pendapat negatif
c) Pendapatn modalitas atau kemungkinan
3. Penarikan Kesimpulan
Terdapat tiga macam kesimpulan, yakni:
a) Kesimpulan induktif, merupakan kesimpulan yang diambil dari berbagai pendapat khusus yang nantinya tertuju pada satu pendapat umum. Misalnya: Tembaga dipanaskan akan memuai, Perak dipanaskan akan memuai, Besi dipanaskan akan memuai, Kuningan dipanaskan akan memuai. Sehingga, dapat ditarik satu kesimpulan umum, yakni semua logam bila dipanaskan akan memuai.
b) Kesimpulan deduktif, merupakan kebalikan dari kesimpulan induktif yang mana penarikan kesimpulan berdasarkan pada hal yang umum kemudian tertuju pada hal-hal yang lebih khusus. Misalnya: Pendapat umum: Semua logam bila dipanaskan akan memuai. Sehingga untuk penarikan kesimpulannya, Tembaga dipanaskan akan memuai, Perak dipanaskan akan memuai, Besi dipanaskan akan memuai, Kuningan dipanaskan akan memuai.
c) Kesimpulan analogis, merupakan kesimpulan yang didapatkan dengan cara membandingkan atau menyesuaikan dengan berbagai pendapat khusus yang telah ada. Misalnya: Andi anak yang pandai dan Andi naik kelas. Penarikan kesimpulan analogisnya adalah Selly anak pandai, pastinya akan naik kelas.
Menurut Dewey (1933) dalam bukunya How We Think proses berpikir dari manusia normal mempunyai urutan berikut:
Dalam proses berpikir terdapat tiga langkah pokoknya, yaitu
1. Pembentukan pengertian
Dalam tahap ini setidaknya dibentuk melalui beberapa tingkatan, sebagai berikut:
a) Menganalisis ciri-ciri dari objek yang sejenis
Misalnya, menganalisa ciri-ciri manusia dari berbagai jenis:
- Manusia dari Indonesia: makhluk hidup, berbudi, memiliki kulit sawo matang, berambut hitam, tidak terlalu tinggi, dsb.
- Manusia dari Eropa: makhluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang, bermata biru/ hijau, dsb.
- Manusia dari Afirka: makhluk hidup, berbudi, berkulit hitam, berambut keriting, bermata hitam, dsb
- Manusia dari Cina: makhluk hidup, berbudi, berkulit kuning, berambut hitam lurus, bermata sipit, dsb.
c) Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri-ciri yang hakiki adalah makhluk hidup yang berbudi.
2. Pembentukan Pendapat
Pembentukan pendapat merupakan peletakan hubungan antara dua atau lebih pengertian. Pendapat tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat. Pendapat tersebut terbagi atas tiga kategori, yakni:
a) Pendapat afirmatif atau positif
b) Pendapat negatif
c) Pendapatn modalitas atau kemungkinan
3. Penarikan Kesimpulan
Terdapat tiga macam kesimpulan, yakni:
a) Kesimpulan induktif, merupakan kesimpulan yang diambil dari berbagai pendapat khusus yang nantinya tertuju pada satu pendapat umum. Misalnya: Tembaga dipanaskan akan memuai, Perak dipanaskan akan memuai, Besi dipanaskan akan memuai, Kuningan dipanaskan akan memuai. Sehingga, dapat ditarik satu kesimpulan umum, yakni semua logam bila dipanaskan akan memuai.
b) Kesimpulan deduktif, merupakan kebalikan dari kesimpulan induktif yang mana penarikan kesimpulan berdasarkan pada hal yang umum kemudian tertuju pada hal-hal yang lebih khusus. Misalnya: Pendapat umum: Semua logam bila dipanaskan akan memuai. Sehingga untuk penarikan kesimpulannya, Tembaga dipanaskan akan memuai, Perak dipanaskan akan memuai, Besi dipanaskan akan memuai, Kuningan dipanaskan akan memuai.
c) Kesimpulan analogis, merupakan kesimpulan yang didapatkan dengan cara membandingkan atau menyesuaikan dengan berbagai pendapat khusus yang telah ada. Misalnya: Andi anak yang pandai dan Andi naik kelas. Penarikan kesimpulan analogisnya adalah Selly anak pandai, pastinya akan naik kelas.
Menurut Dewey (1933) dalam bukunya How We Think proses berpikir dari manusia normal mempunyai urutan berikut:
- Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba
- Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan
- Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesa, inferensi atau teori
- Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data)
- Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan
- Timbul rasa sulit
- Rasa sulit tersebut didefinisikan
- Mencari suatu pemecahan sementara
- Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar
- Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental (percobaan)
- Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit
- Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang akan datang utnuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat
sumber : kakafipein, safrillacandy, penelitiantindakankelas.blogspot
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Rakhmat Jalaluddin, 2005. Psikologi komunikasi. Bandung: PT remaja rosdakarya
Partanto Pius A, Al Barry M Dahlan. 2001. Kamus ilmiah populer. Surabaya: Arkola
[1] Kognitif artinya bersifat pengetahuan
0 komentar:
Post a Comment