Ilmu Ukur Tanah I - Teknik Geodesi Poliban

Home » » Ilmu Ukur Tanah I - Teknik Geodesi Poliban
http://erfianaprihastuty.blogdetik.com/2012/12/13/ilmu-ukur-tanah-i-teknik-geodesi-poliban/

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi untuk menentukan posisi relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relative suatu daerah.
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan

Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid).

2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar.

Dalam praktikum ini kami memakai Plane Surveying (Ilmu Ukur Tanah). Ilmu Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa dapat mengukur situasi dengan alat sederhana
2. Agar mahasiswa dapat memproses data yang diambil dari pengukuran langsung di lapangan untuk mencari suatu nilai yang belum diketahui
3. Agar mahasiswa dapat menggambarkan dan membuat laporan pengukuran hasil pengukuran

Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk menerapkan langsung dilapangan teori yang telah diberikan oleh dosen pada saat perkuliahan
2. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengukuran situasi cara koordinat polar
3. Untuk melatih kinerja dalam satu kelompok agar efisien dalam melakukan pengukuran di lapangan
4. Untuk melatih kesiapan mental dan fisik mahasiswa dalam melakukan pengukuran di berbagai medan di lapangan pada saat memasuki dunia kerja yang sesungguhnya nanti
5. Untuk mengembangkan pola pikir mahasiswa dalam menghadapi berbagai masalah dan mencari solusinya pada saat pengukuran di lapangan

1.3 Volume Pekerjaan
1. Pengukuran dan perhitungan koordinat polar
2. Penggambaran peta situasi

1.4 Pelaksanaan Praktikum
1.4.1 Studi Literature
Dalam penulisan laporan ini diperlukan beberapa literature sebagai dasar acuan yang dapat digunakan untuk kesempurnaan laporan ini. Literature yang digunakan bersumber dari buku-buku yang diambil baik dari perpustakaan maupun buku dari luar perpustakaan yang berkaitan dengan Ilmu Ukur Tanah atau praktikum yang dilaksanakan.

1.4.2 Studi Laboratorium
Pemprosesan data hasil lapangan dilakukan secara manual di laboratorium Teknik Geodesi Politeknik Negeri Banjarmasin, yang dibantu oleh dosen pembimbing, dan pemprosesan data selanjutnya juga dilaksanakan dirumah.

1.4.3 Studi Lapangan
Praktikum dilaksanakan pada semester I dengan pembuatan laporan berdasarkan hasil dari praktik langsung di lapangan yang berlokasi di Politeknik Negeri Banjarmasin, yang dilaksanakan dari tanggal 11 Desember 2010.

1.5 Anggota Tim
1. Erfiana Prihastuty G03 100007
2. Fachrur Razi G03 100008
3. Fahrizal Saputra G03 100009
4. GT. M.Khair G03 100010
5. Henry Budiarto G03 100012

1.6 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kompas
2. Statif rambu
3. Pita ukur
4. Jalon
5. Kapur tulis.
6. Papan data
7. Pensil mekanik dan kertas
8. Alat hitung/kalkulator
9. Sketsa peta situasi Poliban

1.7 Keselamatan Kerja
Sebelum memulai dan melaksanakan praktikum ilmu ukur tanah I, mahasiswa melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Berdoa sebelum memulai kegiatan
2. Memakai pakaian praktek
3. Pergunakan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional
4. Perhatikan arahan dari dosen pembimbing
5. Bekerjalah secara hati-hati dan sabar

BAB II
METODOLOGI KERJA

2.1 Tinjauan Pustaka (Landasan Teori)
Pengukuran situasi ialah serangkaian pengukuran suatu daerah dengan cara menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam jumlah yang cukup, sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut dan seisinya secara jelas mungkn dengan skala tertentu.
Prinsip pengukuran dalam hal ini adalah dengan sistem grafis. Jenis pengukuran menggunakan alat sederhana seperti : kompas, jalon, pita ukur, statif rambu atau tripod, kapur tulis, papan data dan alat tulis. Umumnya dilakukan untuk pemetaan daerah-daerah kecil. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan metode koordinat polar

Sistem koordinat polar dinyatakan dengan unsur sudut ( yang diukur dari sumbu y positif (utara) searah putaran jarum jam dan unsur jarak (d) yang diukur diantara dua titik yang bersangkutan. Keuntungan cara dengan koordinat polar ialah, pada satu kali kedudukan alat pengukuran sudut dapat ditentukan atau diukur banyak titik, keuntungn lainnya dengan cara ini ialah dimungkinkan pengukuran pada lapangan yang tidak datar.

Prinsip penentuan letak titik-titik dengan koordinat polar ialah :
1. Dimulai dari arah utara geografis
2. Diputar dengan cara jalannya jarum jam
3. Diakhri pada arah terhadap titik target yang bersangkutan

2.1.1 Peralatan Survei
Alat-alat yang dipakai saat melakukan pengukuran pemetaan situasi dengan cara koordinat polar ini, yaitu :
- Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah di lapangan. Oreintasinya mengikuti Utara magnet bumi atau Selatan magnet bumi. Kompas digunakan sebagai alat pengukur sudut di lapangan dengan mengacu kepada salah satu magnet bumi. Bacaan sudut pada kompas intervalnya 1 - 2.

- Jalon
Jalon adalah tiang atau tongkat yang akan ditegakkan pada kedua ujung jarak yang diukur. Jalon terbuat dari kayu, pipa besi yang merupakan tongkat berpenampang bulat. Agar kelihatan terang dan dapat dilihat dari jauh maka diberi warna merah putih menyolok. Selang seling merah putih sekitar 25 sentimeter 50 sentimeter.

- Pita Ukur
Pita ukur digunakan untuk mengukur jarak di lapangan. Pita ukur ada yang terbuat dari kain linen berlapis plastik atau tidak. Pita ukur tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter, 30 meter sampai 50 meter.

- Rambu Ukur
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap-tiap blok merah, putih atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok tersebut berbentuk huruf E yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll. Kesemuanya ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

2.1.2 Sumber-Sumber Kesalahan dalam Pengukuran Jarak
Sumber kesalahan dalam pengukuran dikelompokkan atas tiga jenis kesalahan, yaitu :
- Kesalahan alami

Kesalahan alami yang sering terjadi pada pengukuran jarak adalah pengaruh sinar matahari dan kelengkungan bumi.
a. Pengaruh sinar matahari, pengaruhnya menyebabkan pita ukur mengalami pemuaian da penyusutan akibat naik dan turunnya suhu. Hal ini diatasi dengan menghindari pengukuran pada waktu pergantian suhu ekstrim. Untuk pita ukur jenis tertentu sudah dilengkapi koreksi suhu oleh pabriknya.
b. Pengaruh lengkung bumi, pengaruhnya menyebabkan jarak yang terukur adalah jarak miring. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan nivo pada jalon.

- Kesalahan oleh pengukur
a. Kesalahan pembacaan pada titik akhir
b. Kekeliruan pada pencatatan jarak
c. Pengukuran tidak pada garis lurus
d. Pengaruh gravitasi bumi pada pita ukur yang dibentangkan maksimal,
hingga lentur. 

- Kesalahan yang diperkenankan

Besarnya kesalahan yang diperkenankan untuk setiap lokasi yang berbeda-beda, yaitu:
a. Lapangan datar
S1 = 0,008
b. Lapangan berlereng
S2 = 0.010
c. Lapangan curam
S3 = 0,012
Keterangan :
S1 : kesalahan yang diperkenankan pada lapangan datar (m)
S2 : kesalahan yang diperkenankan pada lapangan berlereng (m)
S3 : kesalahan yang diperkenankan pada lapangan curam (m)
D : panjang pengukuran (m)

2.2 Langkah Kerja Pengukuran
  1. Tahap awal lakukan orientasi dan buatlah sketsa dan lapangan sehingga dapat dilakukuan perencanaan titik-titik pengukuran
  2. Tentukan titik patoknya misalnya titik P, selanjutnya tentukan titik detail atau target yang akan diukur
  3. Tempatkan kompas mendatar diatas titik P, sampai kedudukan kompas benar-benar mendatar dan sejajar, kemudian arah kompas ke arah utara
  4. Tempatkan jalon pada titik-titik yang akan dibidik. Arahkan visir kompas ke titik A dan bacalah skala lingkaran sudut yang ditunjukan oleh jarum kompas, sehingga didapat Po-A. Ukur jarak dari titik Po ke A dangan pita ukur sehingga diperoleh (d)Po-A
  5. Tempatkan jalon pada titik-titik yang akan dibidik. Arahkan visir kompas ke titik B dan bacalah skala lingkaran sudut yang ditunjukan oleh jarum kompas, sehingga didapat Po-B. Ukur jarak dari titik Po ke B dangan pita ukur sehingga diperoleh (d)Po-B
  6. Tempatkan jalon pada titik-titik yang akan dibidik. Arahkan visir kompas kompas ke titik C dengn memutar kompas searah dengan jarum jam dan bacalah skala lingkaran sudut yang ditunjukan oleh jarum kompas, sehingga didapat Po-C. Ukur jarak dari titik Po ke C dangan pita ukur sehingga diperoleh (d)Po-C
  7. Tempatkan jalon pada titik-titik yang akan dibidik. Arahkan visir kompas ke titik D dan bacalah skala lingkaran sudut yang ditunjukan oleh jarum kompas, sehingga didapat Po-D. Ukur jarak dari titik Po ke D dengan pita ukur sehingga diperoleh (d)Po-D
  8. Mengukur jarak antara titik A dan titik B, serta mengukur jarak antara titik C dan titik D menggunakan pita ukur
  9. Mengukur jarak antara titik A dengan bahu jalan, serta mengukur jarak antara titik C dengan bahu jalan menggunakan pita ukur
  10. Mengukur lebar badan jalan dengan pita ukur
  11. Mengukur jarak antara titik A dengan A yang berada garis lurus dengan titik A menggunakan pita ukur
  12. Mengukur jarak antara titik C dengan C yang berada garis lurus dengan titik C menggunakan pita ukur
  13. Mengukur jarak antara titik A dengan bahu jalan, serta mengukur jarak antara titik C dengan bahu jalan menggunakan pita ukur
  14. Menggunakan metode siku-siku atau rumus segitiga untuk dapat menggambarkan tikungan jalan pada selasar yang berhadapan dengan titik A dan titik C, dengan cara meletakkan 3 jalon yang membentuk segitiga siku-siku kemudian diberi nama a, b dan c, dari titik b ditarik pita ukur ke titik c melewati a saling terikat dengan jarak yang telah ditentukan
  15. Hasil dari pengukuran dicatat kemudian lakukan penggambaran peta dengan metode grafis pada kertas milimeter block dan dilakukan perhitungan data
  16. Membuat laporan dari hasil praktikum Ilmu Ukur Tanah I, yang akan diserahkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Ukur Tanah sebagai tugas besar mahasiswa Teknik Geodesi Semester 1
2.3 Contoh Perhitungan Data
Diketahui:
1. Po-A = 15 dan jarak 13,57 m
2. Po-B = 31 dan jarak 33,61 m
3. Po-C = 262 dan jarak 8,83 m
4. Po-D = 235 dan jarak 26,97 m
Koordinat Po = (100,100)
Ditanya : 1. Koordinat Po-A X dan Y ?
2. Koordinat Po-B X dan Y ?
3. Koordinat Po-C X dan Y ?
4. Koordinat Po-D X dan Y ?
Penyelesaian :
a. X PO-A = dA x sin A
= 13,57 x sin 15
= 3,522 m
Y PO-A = dA x cos A
= 13,57 x cos 15
= 13,107 m
X PO-A = XPO + X PO-A
= 100 + 3,522 m
= 103,522 m
Y PO-A = YPO + Y PO-A
= 100 + 13,107 m
= 113,107 m
b. X PO-B = dB x sin B
= 33,61 x sin 31
= 17,310 m
Y PO-B = dB x cos B
= 33,61 x cos 31
= 28,809 m
X PO-B = XPO + X PO-B
= 100 + 17,310 m
= 117,310 m
Y PO-B = YPO + Y PO-B
= 100 + 28,809 m
= 128,809 m
c. X PO-C = dC x sin C
= 8,83 x sin 262
= -8,744 m
Y PO-C = dC x cos C
= 8.83 x cos 262
= -1,228 m
X PO-C = XPO + X PO-C
= 100 + (-8,744) m
= 91,256 m
Y PO-C = YPO + Y PO-C
= 100 + (-1,228) m
= 98,772 m
d. X PO-D = dD x sin D
= 26,97 x sin 235
= -22,092 m
Y PO-D = dD x cos D
= 26,97 x cos 235
= -15,469 m
X PO-D = XPO + X PO-D
= 100 + (-22,092) m
= 77,908 m
Y PO-D = YPO + Y PO-D
= 100 + (-15,469) m
= 84,531 m

Jadi, titik X dan Y :
Titik Target
X
Y
Po-A
103,522 m
113,107 m
Po-B
117,310 m
128,809 m
Po-C
91,256 m
98,772 m
Po-D
77,908 m
84,531 m

2.4 Penggambaran
Penggambaran yang dilakuan oleh kelompok 2 (dua) dengan menggunakan metode grafis yaitu langsung melakukan penggambaran dengan mengetahui hasil pengamatan di lapangan dan diskalakan dengan menggunakan alat tulis seperti ; busur derajat, penggaris, pensil, penghapus karet, kertas millimeter block dan rapido.

2.4.1 Langkah Kerja Penggambaran
1. Menggunakan busur derajat untuk menggambarkan sudut yang diperoleh dari hasil pengukuran, dengan menetapkan sudut utara menghadap atas pada kertas millimeter block.
2. Menentukan skala gambar yang akan diproyeksikan di atas kertas.
3. Penggambaran bangunan dilakukan dengan memasukkan data jarak dari Po ke titik yang akan dipetakan, hal ini dilakukan pada setiap titik yang diukur sudutnya.
4. Dengan data (sedut horizontalnya adalah 0 derajat, sebagai pengikat sudut yang lin atau sebagai sudut awal untuk membca sudut yg terbentuk berikutny smpai d titi p6 kmbali, jarak optis,) sehingga membentuk polygon )panjang lebar bangunan, jarak antara bangunan ke selasar (jalan), hasil pengukuran panjang dan lebar selasar (jalan). Dapat digambarkan pada kertas millimeter block menyesuaikan dengan skala yang telah ditentukan.
5. Pembuatan title blok dengan mencantumkan skala, lokasi, tanggal, legenda, tim pengukur, dan lembaga pendidikan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Pengukuran dengan menggunakan alat sederhana dapat dilakukan pada pengukuran situasi dengan salah satu cara koordinat polar
2. Pengukuran dengan menggunakan alat sederhana dapat dilakukan pada penggambaran situasi dengan salah satu cara koordinat polar
3. Dapat menggambarkan dan membuat laporan hasil pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

3.2 Saran
1. Usahakan rambu dalam keadaan tegak agar mendapatkan hasil yang lebih akurat
2. Ketika menarik pita ukur harus benar-benar kencang
3. Ketika mengukur tinggi alat usahakan pita ukur tegak dan kencang, dan ukur setinggi alat yang batasnya berada di tengah teropong
4. Usahakan hanya satu orang yang membaca rambu ukur dalam 1 slag agar bacaan tidak berubah-ubah
5. Untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat, maka dirikan alat di beberapa titik
6. Kerjasama yang baik dalam team sangat diperlukan untuk menghemat waktu dalam pelaksanaan pengukuran
7. Dalam pemilihan waktu pelaksanaan usahakan cuaca yang cerah

DAFTAR PUSTAKA
Davis. 1965. Surveying. New York : John Willey & Sons.
Mulyono, Tedjo, M. Mukhlisin, dan Setia Utomo. 1996. Petunjuk Praktikum Ukur Tanah 1. Bandung : Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wongsotjitro, Soetomo.1992. Ilmu Ukur Tanah. Jogyakarta : Kanisius.
.
Share this article :