Bencana ditinjau dari Al Qur an, Sayidina Umar bin Khattab RA dan Bencana Lumpur Panas
Home »
karakter
,
paradigma berpikir
» Bencana ditinjau dari Al Qur an, Sayidina Umar bin Khattab RA dan Bencana Lumpur Panas
إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب
اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهد الله فهو المهتد
ومن يضلله فلن تجد له وليا مشرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك
له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا
على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك, اللهم صل وسلم
على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين. أما بعد, فيا
عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون.
وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)
Kaum muslimin rahimakumullah….Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal untuk melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga sunnah Rasul Saw.
Hanya dengan cara itulah ketakqawaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan…. Selanjutnya, shalawt dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaiman perintah Allah : Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawan dan salam pada nabi (Muhammad) Saw. (QS Al-Ahzab : 56).
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Beberepa tahun belakangan ini, khususnya sejak Desember 2004 lima tahun silam; saat tsunami menerjang kawasan Barat Indonesia, khususnya wilayah Nanggro Aceh Darussalam, kita semakin sering melihat dan menyaksikan berbagai peristiwa besar yang menimpa negeri ini, dan terakhir gempa dengan kekuatan 7.8 SR mengguncang wilayah Sumatera, khususnya kota Padang dan Padang Pariaman.
Peristiwa-peristiwa besar (bencana alam) itu bahkan juga menimpa hampir semua kawasan di atas bumi ini, tak terkecuali Negara-negara maju teknologi seperti Jepang, Taiwan, Cina, Eropa, Amerika dan sebabagainya.
Berbagai bencana alam seperti, gempa bumi, banjir besar, tsunami, berbagai penyakit yang mewabah dan bahkan di berbagai kawasan Amerika malah angin topan dan badai, seakan telah menjadi tontonan biasa.
Yang lebih menyedihkan lagi ialah, semua peristiwa besar tersebut dipandang bagaikan peristiwa yang terjadi begitu saja, tanpa ada kaitannya dengan kehendak Tuhan Maha Pencipat alam ini, yakni Allah Ta’ala dan tanpa ada kaitannya dengan pembangjangan manusia terhadap Allah Tuhan Pencipta mereka.
Hal tersebut dapat kita lihat ungkapan dan opini yang berkembang dalam masyarakat yang mengandung semangat melawan bencana-bencana besr tersebut dengan cara membangun rumah dan gedung anti gempa, teknologi pendeteksi tsunami, kanal-kanal raksasa pengendali banjir, hujan buatan untuk mengatasi kekeringan, menciptakan vaksin anti berba gai virus yang menyebar di berbagai penjuru dunia dan sebagainya.
Apa yang diberitakan, didiskusiakan dan dilakukan sama sekali tidak mencerminkan hubungan semua peristiwa itu dengan Allah Rabbul Alamin.
Cara Pandang Manusia Terhadap bencana Alam
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Kalau kita mentadabburkan ayat-ayat Al-Qura’an terkait bencana alam yang menimpa berbagai umat sebelum kita, sejak zaman nabi Nuh, Ibrahim, Luth, Syu’aib, Sholeh, Musa dan sebagainya, kita akan menemukan dua cara pandang manusia terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas bumi ini.
Pertama, cara pandang orang-orang kafir dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya. Cara pandang orang-orang yang sombong pada Allah dan tidak mengenal Tuhan Pencipta alam yang sebenarnya. Cara pandang orang-orang sekular yang tidak mampu melihat kaitan antara Tuhan dengan hamba, antara agama dengan kehidupan dan antara dunia dan akhirat.
Manusia semacam ini adalah manusia yang tidak pernah mau dan tidak mampu menjadikan berbagai peristiwa alam tersebut sebagai pelajaran dan sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Mereka bukannya mengoreksi diri dan kembali kepada Allah, melaikan semakin bertambah kesombongan dan pembangkangan mereka pada Allah dan Rasul-Nya. Hal seperti ini dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, dii antaranya dalam surat Ghafir / 40 : 21 – 27 :
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ
أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآَثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ
بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ (21) ذَلِكَ
بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا
فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ (22) وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى
فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ (24)
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ
الَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ
الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (25) وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي
أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ
دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ (26) وَقَالَ
مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا
يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ (27)
"Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu
memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka
itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak)
bekas-bekas mereka di muka bumi maka Allah mengazab mereka disebabkan
dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab
Allah" (21)Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya (22)
Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata,(23) kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta."(24)
Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka." Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka) (25)
Dan berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi."(26) Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab."(27) (Q.S. Ghafir : 21 -27)
Kedua, cara pandang orang-orang beriman kepada Allah dan para Rasulnya. Apa saja peristiwa alam yang terjadi mereka kembalikan semuanya kepada kehendak dan kekusaan Allah, mereka hadapi dengan hati yang penuh iman, tawakakal, sabar dan tabah sert amereka lihat sebagai sebuah ujian dan musibah untuk menguji kualitas keimanan dan kesabaran mereka, atau bisa jiag sebagai teguran Allah atas kelalaian dan dosa yang mereka lakukan.
Selain itu, semua peristiwa yang menimpa manusai mereka jadikan sebagai momentum terbaik untuk mengoreksi diri (taubat) agar lebih dekat kepada Allah dan sistem Allah dan Rasul-Nya. Pada saat yang sama merekapun meninggalkan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang sukses dalam beriteraski dengan alam dan dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan semasa hidup di dunia dan juga di akhirat kelak. Allah menjelasakannya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 155 – 157 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ
وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ
قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ (157)
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(155) (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (seusngguhnya kami milik Allah dan
sesunnguhnya kami sedang menuju kemabali kepada-Nya) (156) Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157) (Q.S.
Al-Baqoroh / 2 : 155 -157)Penyebab Terjadinya Musibah
Al-Qur’an dengan tegas menjelasakan bawa sebab utama terjadinya semua peristiwa di atas bumi ini, apakah gempa bumi, banjir, kekeringan, tsunami, penyakit tha’un (mewabah) dan sebagainya disebabkan ualah manusia itu sendiri, baik yang terkait dengan pelanggaran sisitem Allah yang ada di laut dan di darat, maupun yang terkait dengan sistem nilai dan keimanan yang telah Allah tetapkan bagi hambanya.
Semua pelanggaran tersebut (pelanggaran sunnatullah di alam semesta dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad Saw), akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah tersebut direalisasikan dengan berbagai peristiwa seperti gempa bumi, tsunami dan seterusnya.
Semakin besar pelanggaran manusia atas sistem dan syariat Allah, semakin besar pula peristiwa alam yang Allah timpakan pada mereka. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an :
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ
أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ
وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ (40)
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka
di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan
di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di
antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka
ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri.(Q.S. Al-Ankabut / 29 : 40)
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).(Q.S. Ar-Rum / 30 : 41)Kaum msulimim rahimakumullah… Melalui ayat-ayat Al-Qur’an tersebut jelaslah bagi kita bahwa :
- Semua peristiwa dan bencana yang kita saksikan di atas bumi dan alam semesta ini tidak ada yang terjadi begitu saja dengan sendirinya, melaikan sesuai kehendak dan ketentuan Tuhan Penciptanya, yakni Allah Ta’ala.
- Berbagai persitiwa dan bencana itu disebabkan kedurahakaan dan kesombongan manusia terhadap Allah dan syari’at Allah serta berbagai dosa-dosa yang mereka lakukan. Lalu Allah menurunkan berbagai azab atas mereka.
- Orang-orang kafir, sombong dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya melihat berbagai peristiwa tersebut murni hanya sebagai peristiwa alam yang terlepas dari kehendak dan sekenario Allah. Mereka tidak dapat mlihatnya sebagai sebuah azab, teguran atau cobaan. Melaikan hanya menambah kesombongan dan kekufiran kepada Allah. Sikap yang mereka kembangkan juga seakan melawan kehendak Alla. Namun sayang, sepanjang perjalanan umat manusia, belum ada satupun manusia yang mampu mengalahkan dan melawan kehendak Allah, kendati Fir’au yang begitu hebat memiliki semuak kekuatan saat berkuasa, namun tenggelam juga di laut merah dan bangkai dapat kita saksikan sekarang di sebuah useum di Mesir. Demiakian juga dengan Negara-negara maju teknolohi hari ini seperti jepang, Eropa dan Amerika. Belum pernah mereka mampu menahan gempa bumi, tsunami dan berbagai bencana yang Allah turunkan di negeri mereka. Semuanya lemah dan tak berdaya di hapadan kehendak Allah.
- Sebaliknya, orang-orang beriman akan melihat semua peristiwa yang terjadi merupakan ujian dan teguran dari Allah. Mereka akan segera kembali dan bertaubat pada Allah. Semakin taat pada aturan Allah, baik yang terkait dengan sunnatullah maupun syari’at Allah.
- Sistem Allah terkait dengan imbalan (pahala) dan hukuman
(punishment) bukan hanya terjadi di akhirat, melainkan sudah Allah
terapkan sejak kita hidup di dunia. Setiap kebaikan yang dibangun di
atas dasar iman pada Allah dan ketaatan pada-Nya dan Rasul-Nya akan
berakibat keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.
Sebaliknya, setiap pelanggaran sistem Allah yang terkait dengan keimana,
syari’ah, akhlak, sunnatullah dan sebabgainya akn berakibat kepada
tidakan Allah melalui berbagai bencana yang Allah timpakan kepada
manusia. Mari kita renungkan firman Allah berikut ini :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka menolak (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(96) Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?(97) Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?(98) Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.(99) (Q.S. Al-A’raf / 7 : 96 – 99)
Sayidina Umar Ibnu Khattab, nama besar yang harum di bumi dan di langit, salah seorang dari empat sahabat besar yang utama dan beliau dijamin syurga. Beliau merupakan khalifah kedua Rasulullah SAW setelah Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq. Banyak kisah menyebutkan tentang ketaqwaan Sayidina Umar Ibnu Khattab, tentang zuhudnya, tentang ketegasannya membela agama Allah dan sifat waraknya..
Sayidina Umar adalah salah satu bukti kebesaran dan kehebatan Rasulullah SAW kekasih Allah. Berkat doa Rasulullah beliau memeluk Islam. Rasulullah mampu mengubah dan mendidik, mengenalkan Allah pada Umar Ibnu Khattab sehingga menjadi seorang yang super bertaqwa. Dari manusia yang pernah mengubur bayi perempuannya hidup-hidup menjadi manusia yang mampu menyerahkan dunianya, hidup matinya untuk Allah dan RasulNya.Dari manusia yang kejam dan ditakuti se-jazirah arab menjadi manusia yang paling disegani dan dihormati di Timur dan di Barat (Persia & Romawi). Manusia yang membuat seantero jazirah arab terkejut dan ciut nyali ketika mendengar beliau memeluk agama Islam. Islam telah mengubahnya menjadi manusia yang sangat penyayang, adil dan sangat membela orang miskin. Dari manusia yang sangat keras menjadi manusia yang lembut hatinya, hingga linangan air matanya ketika mengingat dosa membekas di pipinya.
Air matanya selalu mengalir ketika takut kepada Allah, ketika teringat dosa-dosanya dan juga di saat mengaharapkan keampunanNya. Karena takut dengan dosa-dosanya, maka setiap malam beliau memukuli punggungnya sendiri karena merasa banyak berdosa dengan Tuhan. Biarlah dosa-dosaku aku tanggung di dunia daripada aku harus menanggungnya di akhirat kelak begitulah hatinya merintih. Sayidina Umar, dari manusia penyembah roti dan patung menjadi manusia pemuja Allah yang hatinya begitu takut dan cinta dengan Allah.
Sayidina Umar adalah manusia hasil didikan Nabi akhir zaman. Rasa takutnya dengan Tuhan begitu terlihat, hingga selalu bergetar dan menggigil badannya, serta pucat wajahnya ketika mengambil air wudlu. Ketika ditanya oleh sahabat mengenai hal itu, beliau menjawab : “ tahukah engkau kepada siapa aku akan menghadap sesaat lagi?”.Semakin dekat dengan waktu sholat, semakin hebat getaran hati beliau. Hingga degupan jantung beliau ketika sholat terdengar sampai tiga shaf di belakangnya.Bahkan tercium bau hati terbakar karena hatinya terlalu takut dengan Tuhan. Begitulah rasa takut beliau sewaktu menghadap Allah, Raja dari segala raja.
Sifat tawakal beliau kepada Allah begitu kental, hingga setelah menjadi khalifah pun beliau tidak memiliki pengawal. Suatu ketika seorang utusan Romawi terheran-heran ketika menyaksikan Amirul Mukminin ditemuinya sedang tertidur seorang diri di bawah sebuah pohon, tanpa ada pengawal satupun. Ketika utusan Romawi itu bersiap hendak mengayunkan pedang ke arah sayidina Umar, tiba-tiba muncul dua ekor singa yang akan menerkam pengawal itu. Itulah diantara karamah Sayidina Umar ibnu Khattab. Dan akhirnya utusan itu pun masuk Islam, bukan dengan kekerasan tetapi dengan karamah (kemuliaan yang Allah berikan kepada orang yang sangat dekat padaNya, kalau bagi Nabi dan Rasul disebut Mukjizat).
Pakaian Sayidina Umar teramat sederhana, bahkan sampai bertambal-tambal. Beliau sering memanggul sendiri karung-karung makanan untuk rakyatnya yang miskin. Ketika ditanya oleh orang kenapa beliau berbuat demikian sedangkan beliau adalah khalifah, beliau menjawab : “sesungguhnya yang akan ditanya oleh Allah mengenai perkara ini ( keadaan rakyat ) adalah aku, bukan kalian” .Artinya walaupun dunia di gengamannya tetapi tidak terpaut di hati, jasadnya bersama manusia tetapi hatinya bersama Tuhan ( Zuhud ). Rasa kehambaannya begitu tinggi, hingga beliau berkata : “jika semua orang di neraka sudah selesai hukumannya, dan tiggal seorang yang terakhir, aku takut akulah orangnya”. Padahal disebutkan oleh Nabi SAW ,Shodiqul Masduq, bahwa beliau adalah sahabat yang dijamin syurga.
Ketika dilantik menjadi Khalifah, beliau tidak berusaha tidur dalam kesehariannya. Beliau berkata, “ aku tidak dapat tidur di waktu siang,karena takut urusan rakyatku tidak selesai. Dan aku juga tidak dapat tidur di waktu malam,karena takut urusanku dengan Allah tidak selesai”.
Salah satu karamah Sayidina Umar yang lain adalah dengan izin Allah beliau mampu mewujudkan teknologi komunikasi yang super canggih, “the power of taqwa”. Kisahnya, saat itu sayidina Umar sedang berkhutbah di Madinah di hadapan kaum muslimin, tiba-tiba dalam khutbahnya beliau berteriak keras : “Sariyah…pergi ke balik bukit…!” Orang-orang yang hadir saat itu terheran-heran mendengar teriakan beliau yang tiba-tiba. Sampailah beberapa minggu kemudian datang sepasukan kaum muslimin, dipimpin oleh Sariyah bin Zanim Al Khalji, pulang dari medan jihad di Yerusalem, Palestina. Sariyah menghadap Sayidina Umar dan menceritakan pengalamannya. Dia mengatakan bahwa, persis di hari dan waktu yang sama saat sayidina Umar berkhutbah di Madinah itu, Sariyah mendengar suara Sayidina Umar memerintahkan pasukannya agar pergi ke balik bukit. Sehingga di dapati pasukannya selamat dari kepungan musuh yang sangat banyak dan akhirnya tentara muslimin berhasil menduduki Yerusalem. Kisah terkenal ini disebutkan dalam kitab terbitan Beirut berjudul Thabaqat Al Munawi Al Qubra dan Jami’ Karamat Al Auliya’.
Pernah suatu ketika di zaman pemerintahannya, sungai Nil mengalami surut dan kering airnya. Menurut bangsa Qibti ( Mesir ) seorang gadis perawan harus dikorbankan untuk mengalirkan kembali air sungai Nil. Mendengar hal itu Sayidina Amr bin Ash ( Gubernur Mesir saat itu ) mencoba menghalang karena kedatangan Islam telah menghapuskan kepercayaan bangsa Mesir jahiliyah tersebut. Tetapi usahanya tidak membuahkan hasil, sehingga beliau mengirim surat rujukan kepada Khalifah Umar ibnu Khatab. Membaca surat Amr bin Ash, Sayidina Umar kemudian segera menulis sebuah surat yang maknanya : “ Surat ini dikirim oleh Umar, Amirul Mukminin kepada sungai Nil. Wahai sungai Nil…Apabila air yang mengalir pada tubuhmu bukan dari kuasa Allah maka kami tidak memerlukanmu sama sekali, Tapi kami yakin Allah Maha Berkuasa dan kepadaNya kami memohoin supaya kamu mengalir ”.Kemudian Sayidina Umar memerintahkan Amr bin Ash untuk mengirimkan surat itu kepada sungai Nil dengan cara dihanyutkan ke dalam sungai Nil.Sungguh ajaib, dengan serta merta air sungai itupun mengalir seperti sedia kala sehingga akhirnya pengorbanan gadis perawan urung dilakukan, dan kewibawaan Islam pun naik di Mesir. Dalam kisah ini dapat kita fahami bahwa sungai Nil, sebagai makhluk Allah, pun taat pada khalifahNya. Kisah ini ditulis dalam kitab besar Nadharu Asasul Hukmiatul Islamiyah.
Kemudian, pernah suatu ketika di jazirah arab terjadi gempa bumi dahsyat. Waktu itu Sayidina Umar sudah diangkat sebagai Khalifah. Sungguh di luar lojik, hanya dengan tongkatnya Sayidina Umar memukul bumi yang sedang bergetar itu, sambil berkata : “ wahai bumi,engkau hamba Allah dan aku khalifahNya, mengapa engkau berguncang, apakah aku pernah bertindak tidak adil ke atas engkau?”. Dengan izin Allah bumi pun berhenti berguncang, bumi sebagai makhluk Allah pun ikut tunduk patuh kepada khalifah Allah, ”wakil Tuhan” di zaman itu. Dalam dunia wali orang seperti ini disebut Sohibuz Zaman / Ghauts / Khutubul Auliya’/ Sulthanul Auliya’ yaitu pemilik zaman, yang kepadanya Allah mewariskan bumi ini.
Allah berjanji dalam Qur’an Surat Al Anbiya’ ayat 105 : “ akan Aku wariskan bumi ini kepada hamba-hambaKu yang soleh( bertaqwa) ”.
Kepada Shohibuz Zaman ini Allah wariskan bumi atas dasar ketaqwaannya, Allah jadikan semua makhluk tunduk dan patuh kepadanya, binatang, tumbuhan, awan, angin, bumi, hujan, tanah,petir dsb. Sohibuz Zaman adalah wakil Allah di zaman itu, manusia yang paling bertaqwa di zaman itu dan manusia yang paling mengenal ( ma’rifat ) Allah di zaman itu. Dengan sebab / perantaraan ( wasilah ) dia Allah memberlakukan segala kejadian di dunia di zaman itu. Sewaktu ada Nabi dan Rasul maka merekalah Shohibuz Zaman di zaman mereka. Bahkan Rasulullah SAW bukan sekedar Sohibuz Zaman, baginda adalah Sohibul Azman ( pemilik seluruh zaman ) manusia yang paling bertaqwa, manusia yang paling dicintai Allah, pemimpin para Nabi dan para Rasul, pemimpin orang bertaqwa, imam seluruh manusia, uswatun hasanah dan rahmat bagi seluruh alam.
Setelah tidak ada Nabi dan Rasul, maka khusus untuk umat Nabi Muhammad, atas dasar kasih sayangNya, Allah tetap mengirimkan wakilNya di dunia. Orang ini bukan seorang Nabi dan juga bukan seorang Rasul, tetapi peranannya seperti Nabi dan Rasul. Dia diberi gelar Mujaddid, yang diutus Allah setiap seratus tahun di awal kurun hijriyah, yang tugasnya membawa manusia kepada Allah, mengembalikan manusia kepada Islam yang tulen, dia membangunkan sistem yang lain daripada sistem yang ada, yaitu membangunkan sistem Rasulullah, system Quran dan Sunnah, dia dan jamaahnya mampu melahirkan kebenaran (zohirina ‘alal haq) bukan sekedar memberikan slogan ataupun perkataan, mereka mampu melahirkan sistem hidup Islam secara riil ( madani ) di seluruh aspek kehidupan -akidah, ibadah, akhlak, dakwah, ekonomi, kebudayaan, teknologi, kesehatan, pendidikan dsb-.,Mujaddid akan memberi panduan yang paling tepat dalam mengamalkan Quran dan Sunnah di zamannya.
Gelanggang dakwah serta pengaruh seorang Mujadddid haruslah bersifat universal dan global artinya bukan bersifat lokal atau tidak dibatasi oleh etnik, bangsa dan negara. Dia tidak membawa ajaran baru tapi menunjukkan kepada manusia formula mengamalkan Islam yang tepat dan indah di zamannya.
Sabda Rasulullah SAW:
Artinya : Senantiasa ada satu thoifah ( jamaah ) yang sanggup menzahirkan kebenaran, tidak akan dapat dihancurkan oleh orang-orang yang menghancurkannya, hinggalah sampai datang ketentuan Allah ( hari Kiamat ). – Riwayat Muslim
Artinya : Sesungguhnya Allah membangkitkan untuk umat Islam seorang mujaddid (pembaharu) yang memperbaharui urusan agama (Islam) pada setiap awal kurun. – Riwayat Abu Daud
belief-no-place.jpg
Saat ini kita berada diawal kurun. Sesuai janji Rasulullah, maka semestinya Mujaddid itu telah lahir dan berperanan. Seluruh umat Islam bahkan seluruh manusia wajib mencari Mujaddid di zaman ini untuk mendapat panduan darinya. Karena Mujaddid inilah Pemimpin / Ulil Amri yang sebenarnya menurut kehendak Allah.Dia adalah sosok pemimpin yang bukan Nabi dan bukan Rasul, tapi menjadi bayangan Rasulullah, dia menyalin apa yang ada pada diri Rasulullah ( pribadinya, akhlaknya, ibadahnya, kasih sayangnya, kesabarannya, keberaniannya, lemah lembutnya, model keluarganya, model rumah tangganya, model jamaahnya,model perekonomiannya, model kebudayaannya, model ukhuwahnya, model pendidikannya, sampai hal-hal yang terkecil dari Rasulullah, yang di zamannya sudah ditinggalkan oleh umat Islam, dia mengamalkannya ) .
Dialah yang diberi gelar “ulama warasatul anbiya’“, sehingga Nabi SAW pernah bersabda mengenai Mujaddid ini yang maknanya “Ulama dikalangan umatku ialah laksana Nabi di kalangan Bani Israil“. Daripadanya kita akan memperoleh panduan hidup yang selamat dunia dan akhirat.
Mujaddid ( wakil Tuhan di zamannya ) yang dengan “ketaqwaannya” akan mampu menyelesaikan segala masalah dunia dengan cara yang Allah kehendaki. Termasuk di dalamnya masalah2 dunia saat ini, masalah Lumpur Lapindo, masalah multi krisis dunia, masalah bencana alam, masalah bencana transportasi, flu burung, Narkoba, AIDS, homoseksual, pornografi, berbagai macam masalah kemanusiaan, dan seribu satu masalah lainnya.
Masalah yang besar yang lain adalah manusia ditimpa bencana, kriminalitas, korupsi, penipuan, penyalahgunaan wewenang peperangan, pembunuhan, perkosaan, kemiskinan, kesusahan, kemunduran dsb.
Akan tetapi menurut seorang Mujaddid masalah yang lebih besar lagi adalah apabila manusia sudah kehilangan iman, kehilangan kasih sayang, kehilangan sifat redha, kehilangan sifat sabar, kehilangan sifat adil, kehilangan kemanuisaan, kehilangan sifat lemah lembut, kehilangan ruh ibadah, kehilangan khusuk dalam sholat, kehilangan rasa takut dengan Tuhan, kehilangan rasa malu dengan Tuhan, lalai dengan Tuhan,tidak takut dengan neraka, keruntuhan akhlak serta moral, dan kehilangan perkara2 maknawi/ruhani lainnya. Artinya kalau secara ilmu tasawuf boleh dikatakan ketika itu manusia sudah “kehilangan Tuhan”.
Bencana lahiriah atau materiil yang terjadi adalah bersumber dari bencana maknawi atau ruhani, yaitu apabila manusia sudah “kehilangan Tuhan”. Jika sudah demikian parah kerusakan dunia, meliputi yang materiil maupun ruhani, yang mikro maupun yang makro, maka artinya Tuhan akan segera mendatangkan “wakilNya” untuk menyelesaikan masalah dunia dengan cara yang Tuhan kehendaki. Mereka itulah para Nabi dan para Rasul. Di saat Rasul sudah tiada maka Tuhan menurunkan seorang Mujaddid.
Atas dasar ketaqawaan mereka, maka Allah memberi rizki dari sumber tidak terduga, menjamin rizkinya, memberi ilmu, mengampuni dosanya, akan dibuka pintu berkat dari langit dan bumi, akan dibela oleh Allah, diterima ibadahnya, diterima taubatnya dihindarkan dari bala bencana, dibantu dalam segala urusannya, dll janji2 Allah bagi orang yang benar2 bertaqwa. Manusia yang jelas2 bertaqwa adalah para Nabi dan Rasul, Ulama pewaris nabi dan para Mujaddid di setiap zaman.
Musibah dan bencana datang secara beruntun silih berganti melanda negeri ini. Tsunami di Aceh dan Mentawai, gempa di Nias, Padang, Yogyakarta, Tasikmalaya, banjir bandang Wasior, gunung Merapi, tanah longsor, angin puting beliung, banjir di mana-mana, semburan lumpur panas, kecelakaan alat transportasi di darat, laut, udara dan masih banyak lagi bencana lain yang tak terhitung jumlahnya. Mengapa bencana demi bencana terus menimpa tanah air kita ini?
Sebagai orang beriman yang bertakwa, sudah sepatutnya kita mengambil pelajaran berharga dari kejadian-kejadian ini. Selang beberapa saat setelah bencana besar terjadi, berbondong-bondonglah para pejabat atau kepala daerah mendatangi daerah bencana tersebut. Ucapan yang biasanya dilontarkan para pemimpin kepada rakyatnya yang sedang terkena bencana, "Sabar, tabah, tawakal, dan lain-lain..." yang pada intinya menghimbau agar rakyat bersabar dalam menghadapi bencana.
Kalau kita kembali ke zaman Khalifah Umar bin Khattab, yang juga merupakan Sahabat Rasulullah SAW. pada zaman tersebut juga pernah terjadi bencana berupa gempa dahsyat yang menimpa salah satu daerah yang dipimpinnya. Dan beliaupun mengunjungi daerah yang tertimpa gempa tersebut. Tetapi yang sangat berbeda dengan para pemimpin sekarang adalah perkataan yang dilontarkan oleh beliau. Khalifah Umar berkata, "Wahai rakyatku, dosa besar apakah yang kalian lakukan sehingga Allah menimpakan azab seperti ini?!".
Sebagian orang mungkin akan berpikir bahwa perkataan seperti itu sangatlah kasar dan kurang berkenan, apalagi kepada orang yang sedang tertimpa musibah. Tetapi, Khalifah Umar berkata demikian bukanlah tanpa sebab. Umar bin Khattab lebih mengajak rakyatnya agar mengintrospeksi diri, dan inilah yang seharusnya kita lakukan.
Dalam Al-Quran Surat Hud ayat 109 berbunyi : "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara dzalim, sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat KEBAIKAN". Kemudian dalam Surat Al-Qashash ayat 59 disebutkan : "... dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan KEZALIMAN".
Lalu dosa besar apa yang telah dilakukan, sehingga Allah menimpakan bencana beruntun ini ? Yang paling kelihatan dan mencolok adalah dosa syirik (menyekutukan Allah). Sebelum bencana beruntun ini terjadi, sudah berpuluh-puluh tahun masyarakat daerah tertentu sering melakukan ritual “melarung kepala kerbau” ataupun melakukan “ruwatan” sebagai ritual tolak bala’ dengan tujuan agar terhindar dari berbagai bencana (padahal justru perbuatan syirik seperti inilah yang bisa mengakibatkan bencana).Perbuatan syirik semacam ini terjadi di banyak tempat di Indonesia. Ritual-ritual syirik seperti ini dan ritual-ritual lainnya yang tidak diajarkan oleh agama Islam sepertinya sudah menjadi tradisi bangsa ini dan tidak (atau kurang) diingatkan oleh ulama dan pemimpin negeri ini bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang sangat dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT. Syirik merupakan dosa yang amat besar yang tidak terampuni, bahkan sampai-sampai Allah akan menghapus semua amalan yang telah dilakukannya jika seseorang melakukan dosa syirik. Seperti yang telah tertuang dalam QS. Az-Zumar (39) ayat yang 65 :
"... Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.
Orang yang melakukan dosa syirik, selain amalannya dihapus semua oleh Allah, dosa-dosanya juga tidak akan diampuni oleh Allah. Dalilnya bisa kita lihat dalam surat yang ke empat surat An-Nisa ayat 48 : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah membuat dosa yang besar".
Dan perbuatan syirik merupakan suatu KEZALIMAN yang besar. Hal ini disebutkan dalam QS. Luqman (31) ayat 13 : "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah nyata-nyata kezaliman yang besar".
Dan ini sangatlah sesuai jika kita kembali surat Al-Qashash ayat 59 disebutkan :
"... dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kedzaliman".
Jadi jangan heran jika Allah menimpakan azab pada penduduk yang telah berbuat kedzaliman.
Lalu bagaimana dengan kota-kota lainnya? Dosa-dosa besar apakah yang telah mereka lakukan? Apakah syirik, korupsi, suap menyuap, jual beli hukum, narkoba, minuman keras, judi, perzinaan, ... dan masih banyak lagi dosa-dosa bangsa ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Jadi mari kita cermati saja kesalahan apa yang kita lakukan sehingga banyak terjadi bencana di Indonesia. Mungkin ini merupakan peringatan Allah pada bangsa ini secara keseluruhan yang banyak bergelimang dosa. Atau mungkin ini sebagai wujud kasih sayang Allah untuk mengingatkan kita agar kembali mendekat kepada-Nya.Marilah kita renungi bersama dosa-dosa yang telah kita lakukan, jangan sampai Allah menimpakan adzab-Nya yang lebih keras lagi. Dan semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang amat berharga dari bencana ini. Jika kita mengaku sebagai seorang muslim, jangan sampai berbuat syirik, karena syirik merupakan salah satu pembatal keislaman seseorang. Dan sebagai penutup marilah kita berdo’a :
"Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita makan, minum dan mencukupi kita, serta memberi kita tempat tinggal. Betapa banyak orang yang tidak mendapatkan yang mencukupi dia serta memberi dia tempat tinggal". (HR. Muslim dari Anas bin Malik).
Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum muslimin, hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrikin, serta hancurkanlah musuh-musuh agama kami. Ya Allah, ringankanlah musibah yang menimpa saudara-saudara kami di manapun mereka berada, kuatkanlah mereka wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah.
Ya Allah, tenangkanlah rasa takut mereka, obatilah kelaparan dan dahaga mereka, tutupilah aurat mereka, karuniakanlah kepada mereka tempat tinggal yang baik, wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah.
Ya Allah, kembalikanlah kami dan mereka kepada-Mu dengan baik, berilah kami taufik untuk bertaubat kepada-Mu, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang beriman dan mengikuti rasul-Mu Shallallahu alaihi wa Sallam, juga karuniailah kami -wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah- taufik untuk mengerjakan hal-hal yang Engkau cintai dan ridhai, bantulah kami untuk melakukan kebaikan dan ketakwaan, janganlah Engkau jadikan kami bergantung kepada diri sendiri, meskipun hanya sekejap mata.
Ya Allah, ampunilah segala dosa kami, baik yang kecil maupun yang besar, yang terdahulu maupun yang akan datang, serta yang tersembunyi maupun yang terlihat. Ya Allah, sesungguhnya kami telah mendzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi, niscaya kami akan menjadi orang-orang yang merugi.
sumber : eramuslim.com, suluahweb.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment