Pengetahuan Dasar Pengelasan
DASAR-DASAR PENGELASAN
Bab
ini menjelaskan mengenai proses-proses pengelasan yang banyak dipakai oleh
berbagai perusahaan, beserta keunggulan, kelemahan, dan masing-masing
aplikasinya. Kemudian dijelaskan juga mengenai disain sambungan dan jenis-jenis
sambungan. Komposisi logam las juga diterangkan, termasuk cara penyimpanan dan
penanganan kawat las. Bab ini juga menjelaskan mengenai preheat, alasan
melakukan preheat dan metode yang dipergunakan. Ada penjelasan khusus mengenai
tujuan melakukan postweld heat treatment, pemotongan dengan oxyfuel gas serta
pemotongan dengan mempergunakan busur logam.
1.1.0.
PROSES-PROSES PENGELASAN
Las
busur adalah suatu proses pengelasan dimana panas dihasilkan oleh busur listrik
diantara elektroda dengan benda kerja. Pada pengelasan dengan arus DC, benda
kerja dihubungkan dengan kutub negatif dan elektroda dengan kutub positif,
sedangkan pada pengelasan dengan polaritas lurus, benda kerja dihubungkan
dengan kutub positif dan elektroda dengan kutub negatif. Proses-proses pengelasan
yang dibicarakan disini adalah:
1. Shielded metal arc welding (SMAW).
2. Gas tungsten arc welding (GTAW).
3. Gas metal arc welding (GMAW).
4. Flux cored arc welding (FCAW).
5. Submerged arc welding (SAW).
6. Electroslag welding (ESW) dan electrogas welding (EGW).
7. Stud welding (SW).
8. Oxyfuel gas welding (OFW), braze welding dan brazing.
9. Cadwelding.
1.1.1. Shielded Metal Arc Welding
SMAW
adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur
listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja. Gambar
100-1 memperlihatkan bentuk rangkaian pengelasan SMAW.
Gambar
100-1. Bentuk Rangkaian Pengelasan SMAW
Bagian
ujung elektroda, busur, cairan logam las dan daerah-daerah yang berdekatan
dengan benda kerja, dilindungi dari pengaruh atmosfir oleh gas pelindung yang
terbentuk dari hasil pembakaran lapisan pembungkus elektroda. Perlindungan
tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag
yang terbentuk. Filler metal atau logam tambahan disuplai oleh inti
kawat elektroda terumpan, atau pada elektroda-elektroda tertentu juga berasal
dari serbuk besi yang dicampur dengan lapisan pembungkus elektroda. Gambar
100-2 memperlihatkan prinsip dasar proses SMAW.
Gambar
100-2. Proses Pengelasan SMAW
Keuntungan
SMAW
adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba guna. Karena
sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya, membuat
proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas mulai dari refinery piping hingga
pipelines, dan bahkan untuk pengelasan di bawah laut guna memperbaiki
struktur anjungan lepas pantai. SMAW bisa dilakukan pada berbagai posisi atau
lokasi yang bisa dijangkau dengan sebatang elektroda. Sambungan-sambungan pada
daerah dimana pandangan mata terbatas masih bisa di las dengan cara
membengkokkan elektroda.
Proses
SMAW digunakan untuk mengelas berbagai macam logam ferrous dan non ferrous,
termasuk baja carbon dan baja paduan rendah, stainless steel, paduan-paduan
nikel, cast iron, dan beberapa paduan tembaga.
Kelemahan
Meskipun
SMAW adalah proses pengelasan dengan daya guna tinggi, proses ini mempunyai
beberapa karakteristik dimana laju pengisiannya lebih rendah dibandingkan
proses pengelasan semi-otomatis atau otomatis. Panjang elektroda tetap dan
pengelasan mesti dihentikan setelah sebatang elektroda terbakar habis. Puntung
elektroda yang tersisa terbuang, dan waktu juga terbuang untuk mengganti–ganti
elektroda. Slag atau terak yang terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las
sebelum lapisan berikutnya didepositkan. Langkah-langkah ini mengurangi
efisiensi pengelasan hingga sekitar 50 %.
Asap
dan gas yang terbentuk merupakan masalah, sehingga diperlukan ventilasi memadai
pada pengelasan di dalam ruang tertutup. Pandangan mata pada kawah las agak
terhalang oleh slag pelindung dan asap yang menutupi endapan logam. Dibutuhkan
juru las yang sangat terampil untuk dapat menghasilkan pengelasan berkualitas
radiography apabila mengelas pipa atau plat hanya dari arah satu sisi.
1.1.2. Gas Tungsten Arc Welding
Pada
pengelasan dengan proses GTAW, panas dihasilkan dari busur yang terbentuk dalam
perlindungan inert gas (gas mulia) antara elektroda tidak terumpan
dengan benda kerja. GTAW mencairkan daerah benda kerja di bawah busur tanpa
elektroda tungsten itu sendiri ikut meleleh. Gambar 100-3 memperlihatkan
peralatan untuk proses GTAW. Proses ini bisa dikerjakan secara manual atau
otomatis. GTAW disebut juga dengan Heliarc yaitu istilah yang berasal
dari merek dagang Linde Company atau Tig (tungsten inert gas). Filler
metal ditambahkan ke dalam daerah las dengan cara mengumpankan sebatang kawat
polos. Teknik pengelasan sama dengan yang dipakai pada oxyfuel gas welding atau
OAW, tetapi busur dan kawah las GTAW dilindungi dari pengaruh atmosfir oleh
selimut inert gas, biasanya argon, helium atau campuran keduanya. Inert gas
disemburkan dari torch dan daerah-daerah disekitar elektroda tungsten.
Hasil pengelasan dengan proses GTAW mempunyai permukaan halus, tanpa slag dan
kandungan hydrogen rendah.
Gambar
100-3. Peralatan Pada Pengelasan GTAW
Jenis
lain proses GTAW adalah pulsed GTAW, dengan menggunakan sumber listrik
yang membuat arus pengelasan pulsasi. Hal ini membuat arus rata-rata menjadi
lebih tinggi untuk mendapatkan penetrasi dan kontrol kawah las yang lebih baik,
terutama untuk pengelasan root pass. Pulsed GTAW terutama bermanfaat
untuk pengelasan pipa posisi-posisi sulit pada stainless steel dan non ferrous
material seperti paduan nikel.
GTAW
sudah diaplikasikan juga untuk pengelasan otomatis. Otomatisasi proses ini
membutuhkan sumber listrik dan pengontrolan terprogram, sistim pengumpanan
kawat dan mesin pemandu gerak. Proses ini sudah digunakan untuk membuat las
sekat pada tube-to-tubesheet bermutu tinggi dan las tumpul pada
pipa-pipa heat exchanger. Butt weld pada pipa tebal diameter
besar pada pembangkit tenaga listrik, merupakan keberhasilan lain dari aplikasi
GTAW otomatis. GTAW menggunakan pengumpanan kawat otomatis disebut juga dengan cold
wire TIG. Jenis lain dari pengelasan GTAW otomatis disebut hot wire TIG,
yang dikembangkan untuk menyaingi yang lain dengan laju deposit lebih tinggi.
Pada hot wire TIG, kawat las mendapat tahanan panas yang berasal dari arus AC
tegangan rendah untuk memperbesar laju pengisian.
Keuntungan.
Proses
GTAW menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada bahan-bahan ferrous dan non
ferrous. Dengan teknik pengelasan yang tepat, semua pengotor yang berasal dari
atmosfir dapat dihilangkan. Keuntungan utama dari proses ini yaitu, bisa
digunakan untuk membuat root pass bermutu tinggi dari arah satu sisi pada
berbagai jenis bahan. Oleh karena itu GTAW digunakan secara luas pada
pengelasan pipa, dengan batasan arus mulai dari 5 hingga 300 amp, menghasilkan
kemampuan lebih besar untuk mengatasi masalah pada posisi sambungan yang
berubah-ubah seperti celah akar. Sebagai contoh, pada pipa tipis (dibawah 0,20
inci) dan logam-logam lembaran, arus bisa diatur cukup rendah sehingga
pengendalian penetrasi dan pencegahan terjadinya terbakar tembus (burnt
through) lebih mudah dari pada pengerjaan dengan proses menggunakan
elektroda terbungkus. Kecepatan gerak yang lebih rendah dibandingkan dengan
SMAW akan memudahkan pengamatan sehingga lebih mudah dalam mengendalikan logam
las selama pengisian dan penyatuan.
Kelemahan.
Kelemahan
utama proses las GTAW yaitu laju pengisian lebih rendah dibandingkan dengan
proses las lain umpamanya SMAW. Disamping itu, GTAW butuh kontrol kelurusan
sambungan yang lebih ketat, untuk menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada
pengelasan dari arah satu sisi. GTAW juga butuh kebersihan sambungan yang lebih
baik untuk menghilangkan minyak, grease, karat, dan kotoran-kotoran lain agar
terhindar dari porosity dan cacat-cacat las lain.
GTAW
harus dilindungi secara berhati-hati dari kecepatan udara di atas 5 mph untuk
mempertahankan perlindungan inert gas di atas kawah las.
Aplikasi
pada pekerjaan.
GTAW
mempunyai keunggulan pada pengelasan pipa–pipa tipis dan tubing stainless
steel diameter kecil, paduan nikel, paduan tembaga dan aluminum. Pada
pengelasan pipa dinding tebal, GTAW sering kali dipakai pada root pass untuk
pengelasan yang membutuhkan kualitas tinggi, seperti pada pipa-pipa tekanan
tinggi dan temperatur tinggi dan pipa-pipa belokan pada dapur pemanas. GTAW
juga digunakan pada root pass apabila membutuhkan permukaan dalam yang licin,
seperti pada pipa-pipa dalam acid service. Karena ada perlindungan inert
gas terhadap pengelasan dan mudah dalam mengontrol proses las, membuat GTAW sering
kali digunakan pada logam-logam reaktif seperti titanium dan magnesium.
Pada
pipa-pipa tipis, 0,125 inci atau kurang, bisa digunakan sambungan berbentuk
persegi dan rapat. Root pass dikerjakan tanpa menambahkan filler metal (disebut
dengan autogenous weld). Pada pipa-pipa tebal, bagian ujung sambungan
mesti dibevel, diluruskan dan diberi celah (disebut dengan bukaan akar),
kemudian ditambahkan filler metal selama pengelasan root pass. Sebagai
pengganti filler metal, bisa juga disisipkan consumable insert (ring
penahan) ke dalam sambungan, yang nantinya bersatu dengan root (sebagai filler
metal tambahan). Pengelasan dengan consumable insert membutuhkan kontrol
kelurusan sambungan yang teliti.
Backup
Gas Purge.
Backup
gas purge digunakan pada bahan-bahan yang sensitif terhadap kontaminasi udara
pada sambungan-sambungan las tunggal yang tidak di backgouging. Backup gas
perlu pada baja-baja chrome-moly tertentu (≥ 3 % chromium), stainless steel,
paduan-paduan nikel tinggi, paduan tembaga dan titanium. Gas purge tidak
diperlukan pada pengelasan carbon steel atau low alloy steels apabila kandungan
chromium kurang dari 3 %. Baik argon atau helium bisa digunakan sebagai purge
gas. Pilihan lain bisa juga menggunakan nitrogen sebagai gas purge, untuk
pengelasan austenitic stainless steel, tembaga dan paduan-paduan tembaga.
Nitrogen tidak cocok pada bahan-bahan lain karena beraksi sebagai pengotor.
Hasil
terbaik pada stainless steel atau high nickel steel akan diperoleh apabila baja
ini di purging sehingga kandungan oxygen kurang dari 1 %. Purging dengan empat
hingga sepuluh kali volume yang diperlukan, dilakukan untuk mendapatkan secara
relatif gas inert di udara. Apabila keberadaannya tidak tertentu berkaitan
dengan kecukupan purge gas tersebut, bisa digunakan mine safety oxygen
analyzer untuk memeriksa kandungan oxygen pada purge gas yang dikeluarkan
dari daerah pengelasan.
Gas
purging pertama kali dilakukan dengan kecepatan aliran tinggi, misalnya 30
hingga 90 CFH untuk membilas sistim, kemudian diturunkan hingga 5 sampai 8 CFH
pada proses pengelasan. Harus ada perhatian khusus untuk memastikan bahwa
tekanan backup gas tidak berlebihan ketika mengelas root pass, bila tidak logam
las akan meleleh atau terbentuk cekungan pada akar las. Pembuangan yang memadai
penting sekali untuk menghindarkan terbentuknya tekanan berlebihan selama
proses pengelasan. Daerah pembuangan pada exhausting backup gas paling
tidak harus sama dengan daerah terbuka yang dipakai untuk memuat backup gas ke
system. Setelah selesai melakukan pengelasan pada root pass dan fill layer,
backup gas purge bisa dihentikan. Jumlah fill layer yang dibutuhkan sebelum
menghentikan gas purge tergantung dari tebal lapisan dan penetrasi.
1.1.3.
Gas Metal Arc Welding
Proses
las GMAW dikerjakan dengan mempergunakan elektroda solid atau tubular sesuai
dengan komposisi diinginkan, yang diumpankan melalui suatu spool atau gulungan.
Elektroda ini diumpankan secara kontinyu dari sebuah gun atau torch
sambil mempertahankan busur yang terbentuk antara ujung elektroda dengan base
metal.
Gambar
100-4 memperlihatkan peralatan las GMAW, dan Gambar 100-5 menjelaskan proses
kerjanya. Pengelasan GMAW disebut juga dengan MIG (metal inert gas).
Singkatan MIG ini tidak lagi menjelaskan proses las GMAW, karena tidak semua
gas pelindung yang dipakai oleh proses ini adalah gas inert. Di dalam
pengelasan GMAW, elektroda umumnya berbentuk solid dan semua gas pelindung
berasal dari sumber luar.
Ada
tiga jenis proses GMAW yang banyak dipakai yaitu:
1. Short-circuiting (GMAW-S).
2. Spray atau globular transfer GMAW.
3. Pulsed arc (GMAW-P).
Gambar
100-4. Peralatan Las GMAW
Gambar
100-5. Proses Kerja Pengelasan GMAW
Short
Circuiting (GMAW-S)
Short-circuiting
atau hubungan singkat adalah suatu jenis transfer busur (disebut juga dengan short
arc atau dip transfer). Pada GMAW jenis ini, cairan logam dari ujung
kawat elektroda menyentuh genangan kawah las, sehingga terbentuk hubungan
singkat. Pada awal siklus hubungan singkat, ujung elektroda cair berbentuk bola
kecil, yang bergerak menuju benda kerja. Ketika cairan logam ini menyentuh
benda kerja, terjadi hubungan singkat. Bola cair ini kemudian terlepas dari
kawat, memutuskan jembatan cair antara kawat elektroda dengan benda kerja.
Busur kemudian menyala kembali dan siklus berulang lagi. Logam ditransferkan
hanya selama hubungan singkat, yang terjadi dalam frekwensi 20 hingga 200 kali
per detik. Lihat Gambar 100-6 mengenai ilustrasi proses GMAWS-S. GMAW-S
mempergunakan kawat-kawat elektroda solid diameter kecil (0,030; 0,035 atau
0,045 inci). Pengelasan bisa dilakukan secara otomatis atau semi otomatis.
Gambar
100-6. Short-Circuiting Transfer (GMAW-S)
Selama
pengelasan dengan GMAW-S, busur dan kawah las dilindungi oleh suatu gas atau
gas campuran. Pada carbon steel, gas pelindung umumnya adalah CO2 atau
campuran argon dan CO2. Campuran 75 % argon dan 25 % CO2
sering dipakai karena karakteristik pengelasan lebih baik. Campuran gas lain
yang banyak dipakai yaitu yang mengandung helium. Komposisi gas pelindung
ditentukan untuk mendapatkan karakteristik pengelasan yang diinginkan, seperti
bentuk bead, penetrasi dan percikan las. Semakin besar jumlah CO2
berarti semakin ekonomis, tetapi akan menimbulkan penetrasi lebih dalam dan
percikan las lebih banyak, serta memperbesar hilangnya unsur Mn dan Si.
Kemampuan
pengelasan untuk semua posisi dan mudah dalam pengendalian membuat proses
GMAW-S cocok untuk pengelasan root pass pada pipa, dan pengelasan gage strip
lining tipis. GMAW-S dapat digunakan untuk berbagai macam bahan yaitu
carbon steel, chrome-moly steel, stainless steel dan paduan-paduan nikel.
Beberapa perusahaan ada yang membatasi pemakaian GMAW-S pada pengelasan pipa,
karena terdapat resiko tidak adanya penyatuan dan cold lap pada fill
pass. Dengan demikian fill pass pada pengelasan pipa dibatasi hanya pada posisi
datar saja.
Spray
Transfer atau Globular Transfer
Pada
spray transfer GMAW, pemindahan logam melintasi busur, seperti aliran
tetesan-tetesan kecil dengan diameter sama atau lebih kecil dari diameter kawat
elektroda, lihat Gambar 100-7. Spray transfer hanya terjadi pada gas pelindung
argon tinggi (80 % argon atau lebih). Transfer yang terjadi di atas arus
minimum, disebut arus transisi, tergantung pada komposisi dan diameter filler
metal. Misalnya arus transisisi untuk filler metal baja diameter 0,045 inci
adalah 220 amper. Apabila arus di bawah arus transisi, ukuran tetesan menjadi
lebih besar dari diameter kawat elektroda, dan menjadi globular transfer.
Globular transfer GMAW selalu dilakukan dengan memakai gas pelindung CO2.
Gambar 100-8 mengilustrasikan globular transfer GMAW.
Gambar100-7.
GMAW-Spray Arc
GMAW
Spray transfer menghasilkan percikan las paling sedikit dari berbagai jenis
transfer logam. Panas masukan yang tinggi menghasilkan penetrasi yang bagus dan
laju pengisian tinggi, tetapi aplikasi proses spray transfer ini hanya terbatas
pada pengelasan posisi datar dan horizontal saja. GMAW globular transfer dengan
tetesan besar, membuat pengelasan pada posisi-posisi sulit menjadi lebih sukar
dan percikan las menjadi lebih banyak.
Gambar
100-8 GMAW-Globular Transfer.
Pulsed
Arc
Proses
las pulsed arc atau GMAW-P dilakukan dengan sumber listrik tegangan tetap (constant
voltage). Dengan sumber listrik CV ini, arus listrik diatur secara otomatis
untuk mencairkan elektroda dengan kelajuan tertentu, bergerak menuju benda
kerja. Apabila tinggi busur lebih pendek atau lebih panjang, sumber listrik
akan merubah arus output untuk memperbesar atau memperkecil pembakaran elektroda
sambil menjaga jarak busur dan tegangan tetap konstan.
Pulsed
arc welding adalah sebuah proses las transfer sembur yang menggunakan sumber
listrik khusus (pulsed atau synergic MIG), yang dapat merubah arus las antara
arus pulsa tinggi dan tingkat arus back ground rendah, berulang-ulang kali
setiap detik. Selama pulsasi ini, terjadi transfer logam las melalui busur.
Gambar 100-9 memperlihatkan spray transfer yang terjadi dengan arus rata-rata
di bawah arus transisi logam pengisi.
Gambar
100-9. Diagram Pulsed-Arc Welding
Arus
back ground berfungsi untuk menjaga busur, ketika masing-masing pulsa
arus mempunyai cukup tenaga untuk melepaskan satu tetesan dari ujung kawat.
Transfer logam terjadi selama pulsa arus tinggi, ketika tetesan logam (£
1 diameter kawat) melewati busur dengan arus rata-rata lebih rendah dari yang
dibutuhkan pada spray transfer atau konvesional.
Shielding
Gas yang Direkomendasikan
Shielding
gas yang direkomendasikan untuk proses pengelasan GMAW dan FCAW-G diberikan
pada Appendix A Alloy Fabrication Data, untuk baja paduan yang akan dilas.
Keuntungan
Proses
pengelasan GMAW dapat dikerjakan secara semi-otomatis atau otomatis. Asap dan
percikan las pada GMAW hubungan singkat lebih sedikit dibandingkan dengan SMAW,
juga tidak ada slag yang harus dibersihkan setelah pengelasan selesai.
Kecepatan pengelasan dan laju pengisian sama atau bisa lebih besar dari pada
SMAW. Larutan logam las umumnya lebih rendah karena penetrasi GMAW lebih
dangkal. Dengan panas masukan rendah dan penetrasi yang dangkal, logam-logam
tipis lebih mudah disambung dan sambungan yang memiliki celah root lebih lebar
akan lebih mudah dilas. Pada fabrikasi pipa-pipa di bengkel, root pass bermutu
tinggi dapat dikerjakan lebih cepat pada berbagai posisi dan pada umumnya dengan
biaya lebih rendah.
GMAW
spray transfer dan globular transfer mempunyai kawah las yang lebih mudah
dilihat, sama halnya dengan las busur teknik hubungan singkat (short
circuiting arc) tetapi tanpa slag. Karena tidak ada flux dan relatif
sedikit jumlah deoxidizer yang diberikan pada kawat, lebih sedikit pekerjaan
membersihkan yang diperlukan setelah pengelasan selesai. Keseragaman panjang
busur dipertahankan dengan cara membuat sumber listrik memiliki tegangan
konstan. Proses las GMAW mempunyai laju pengisian lebih besar pada pengelasan
paduan-paduan ferrous dan non-ferrous. Proses ini cocok dipergunakan pada las
kampuh dan pengelasan untuk membuat lapisan anti karat pada stainless steel,
nickel based alloys dan paduan-paduan tembaga seperti aluminum bronze.
Kelemahan.
Peralatan
las GMAW lebih mahal, dan lebih rumit dalam pemasangan dan perawatan,
dibandingkan dengan SMAW. Biaya kawat las dan shielding gas bisa menjadi lebih
mahal dibandingkan dengan elektroda terbungkus, tetapi hal ini bisa diimbangi
karena produktivitas yang tinggi dan sedikitnya pemborosan.
Shielding
gas pada pengelasan GMAW dapat terganggu karena pengaruh tiupan angin, sehingga
harus diambil tindakan pencegahan apabila kecepatan angin lebih dari 5 mph.
Pelindung angin atau tirai khusus dapat dipakai untuk menahan atau mengurangi
tiupan angina, sehingga kecepatannya cukup rendah untuk menjaga shielding gas
secara memadai. Memperbesar aliran gas untuk mengimbangi pengaruh tiupan angin
yang berlebihan, akan menimbulkan masalah lain yang lebih buruk, karena akan
timbul turbulensi disekitar busur yang akan menarik udara disekitarnya.
GMAW
memerlukan ruang gerak yang lebih besar terhadap benda kerja karena pengaruh
ukuran welding gun dan nozzle. Pada umumnya alat pengumpan kawat harus
ditempatkan sedekat mungkin dengan benda kerja.
Short-circuiting
welding dapat dipakai untuk
mengelas root pass dengan cara butt weld atau sambungan bercabang tetapi harus
dikontrol ketat saat melakukan fill pass, karena ada resiko non-fusion
atau cold lap. Ketika melakukan fill pass pada pengelasan pipa dengan
cara butt weld, pengelasan hanya dilakukan dengan cara las naik yaitu antara
posisi jam 10 dan jam 2, dimana pipa bisa ditahan tetap oleh kuda-kuda
penyangga (posisi 5G) atau diputar (1G). Proses pengelasan ini tidak cocok
dikerjakan pada fillet weld apabila tebal logam lebih dari 1/4 inch, dan pada
umumnya tidak digunakan untuk fabrikasi pressure vessel, tangki atau
palang-palang struktur.
Lack
of fusion yang terletak
diantara lapisan-lapisan las sukar dideteksi dengan radiography dan karena
pengaruh kontrol yang buruk dari proses hubungan singkat ini, masalah LOF
menjadi cukup berat, sehingga membuat beberapa fabrikator meninggalkan proses
pengelasan ini. Dibandingkan dengan proses las SMAW, pengelasan short-circuiting
butuh kebersihan, dan kelurusan sambungan serta penggerindaan tack weld yang
lebih baik guna mendapatkan hasil pengelasan root pass bermutu tinggi.
LOF
tidak akan menjadi masalah jika panas masukan dibuat lebih tinggi pada GMAW
spray transfer atau globular transfer. Pada GMAW spray transfer, terdapat
radiasi busur yang banyak. Hal ini tidak menyenangkan bagi juru las dan membuat
proses ini lebih cocok untuk las otomatis pada beberapa aplikasi. Pengelasan
GMAW spray transfer terbatas pada pengelasan posisi datar dan horizontal saja
karena kawah las lebih besar.
Aplikasi
pada Pekerjaan
Proses
GMAW short-circuiting dapat menghemat waktu saat pengelasan root pass pada pipa
dan pemasangan alloy strip lining pada pressure vessel.
Baik
GMAW spray transfer ataupun globular transfer dapat digunakan pada fabrikasi
pipa dan pressure vessel untuk selain dari root pass. Kedua proses ini dapat
juga digunakan untuk membuat lapisan tahan karat. Spray transfer digunakan
dengan cara butt weld pada pengelasan stainless steel, paduan nikel dan paduan
tembaga. Pulsed arc welding dapat dipakai untuk aplikasi yang sama, tetapi
mempunyai keuntungan dapat mengelas dengan semua posisi. Spray transfer tidak
dianjurkan untuk mengelas carbon steel apabila masih dapat dikerjakan dengan
proses las SAW, tetapi bisa digunakan untuk mengelas tembaga dan paduan-paduan
nickel.
1.1.4. Flux Cored Arc Welding
Flux
cored arc welding atau las busur berinti flux mirip dengan proses las GMAW,
yaitu menggunakan elektroda solid dan tubular yang diumpankan secara kontinyu
dari sebuah gulungan. Elektroda diumpankan melalui gun atau torch
sambil menjaga busur yang terbentuk diantara ujung elektroda dengan base metal.
FCAW menggunakan elektroda dimana terdapat serbuk flux di dalam batangnya.
Butiran-butiran dalam inti kawat ini menghasilkan sebagian atau semua shielding
gas yang diperlukan. Jadi berlawanan dengan GMAW, dimana seluruh gas pelindung
berasal dari sumber luar. FCAW bisa juga menggunakan gas pelindung tambahan,
tergantung dari jenis elektroda, logam yang dilas, dan sifat dari pengelasan
yang dikerjakan.
Ada
dua jenis variasi FCAW yang memiliki kegunaan berbeda-beda tergantung dari
metode gas pelindung.
-
Gas Shielded (FCAW-G).
-
Self-shielded (FCAW-SS).
Proses
(FCAW-G) atau berpelindung gas memerlukan shielding gas yang berasal dari
sumber luar (biasanya CO2 atau campuran argon-CO2 seperti
tampak pada Gambar 100-10.
Gambar
100-10. FCAW Pelindung Gas
Gambar
100-11 FCAW Berpelindung Diri
Proses
(FCAW-SS) memiliki pelindung sendiri misalnya Lincoln Innershield, seperti
tampak dalam gambar 100-11. FCAW dapat dikerjakan secara otomatis atau
semi-otomatis, tetapi yang paling banyak dipakai adalah proses semi-otomatis.
Gas
Shielded Flux Cored Arc Welding
Elektroda
FCAW-G dapat digunakan untuk mengelas carbon steel, low alloy steel dan
stainless steel. Berpedoman pada AWS, elektroda-elektroda yang digunakan pada
pengelasan FCAW dibicarakan pada pasal 1.3.3. Pada pengelasan carbon steel dan
low alloy steel, elektroda berinti flux yang banyak dipakai adalah dari jenis
T-1 (acid slag), T-2 (single pass welding) dan T-5 (basic slag).
Elektroda
T-1 memiliki sifat-sifat pengelasan bagus, tetapi acid slag tidak membantu
menjaga logam las menjadi rendah hydrogen kecuali bila dibuat secara khusus.
Hanya sejumlah tertentu elektroda berinti flux yang memenuhi syarat low
hydrogen (kurang dari 10 ml/100 g logam las), dan ini adalah yang paling banyak
tersedia dari jenis T-1. Elektroda tipe T-1 bisa digunakan baik dengan gas
pelindung CO2 ataupun campuran argon-CO2. Elektroda T-1
akan memiliki busur lebih halus dan percikan las lebih sedikit bila menggunakan
gas pelindung argon-CO2, meskipun logam las mempunyai unsur Mn dan
Si sedikit lebih tinggi. Elektroda EX0T-1 didisain hanya untuk mengelas pada
posisi datar dan horizontal saja. Elektroda EX1T-1 dibuat untuk pengelasan
semua posisi dengan diameter hingga 1/16 inch. Pengelasan posisi vertikal
umumnya dikerjakan dengan arah las naik.
Elektroda
tipe T-2 dirancang untuk pengelasan single pass pada logam-logam berkarat, dan
mempunyai deoxidizer Mn dan Si lebih tinggi. Elektroda T-2 ini jangan
sekali-kali digunakan untuk pengelasan multipass karena peningkatan unsur Mn
dan Si menyebabkan tensile strength logam las yang tidak terlarut akan
bertambah besar (lebih dari 100 ksi), sehingga menimbulkan masalah retak ketika
sedang dilas atau pada kondisi pemakaian sour service.
Elektroda
tipe T-5 mempunyai basic slag dengan kandungan hydrogen logam las lebih
rendah dan memperbesar impact properties dan daya tahan terhadap retak
yang memuaskan. Meskipun demikian, elektroda ini juga mempunyai sifat-sifat
pengelasan lebih buruk dibandingkan dengan elektroda T-1. Saat ini elektroda
T-1 terbaru sudah dikembangkan yang menggabungkan dua jenis elektroda yang
paling baik, sehingga elektroda T-5 menjadi jarang dipakai lagi.
Self
Shielded Flux Cored Arc Welding
Elektroda
EX1T-8 adalah elektroda FCAW-SS (Lincoln Innershield) untuk pengelasan carbon
steel dan low alloy steel yang mendapat perhatian besar dari beberapa
perusahaan. Elektroda ini bisa dipakai untuk pengelasan semua posisi, notch
toughness bagus dan pada umumnya mempunyai kandungan hydrogen rendah
(kurang dari 10 ml/100 logam las). Elektroda-elektroda ini digunakan dengan
berbagai diameter mulai dari 0,068 hingga 3/32 inch. Pengelasan semua posisi
dilakukan dengan elektroda diameter 5/64 inch atau lebih kecil, sementara elektroda
dengan ukuran lebih besar hanya digunakan untuk pengelasan posisi datar dan
horizontal saja. Las turun umumnya tidak dilakukan kecuali bila menggunakan
elektroda khusus yang dirancang untuk pengelasan pipe line. Elektroda
self-shielded mempunyai denitrifiers guna menghindarkan porosity karena
tangkapan nitrogen selama proses pengelasan. Pada umumnya aluminum dipakai
sebagai denitrifyng las, karena deposit las dengan kandungan aluminum hingga 1%
dianggap tidak berbahaya.
Pengelasan
dengan proses FCAW-SS pada pekerjaan-pekerjaan yang kritikal seperti sambungan
T-Y-K dan kombinasinya pada anjungan lepas pantai, membutuhkan juru las yang
dilatih secara khusus dan mematuhi prosedur las yang sudah dibuat dengan ketat,
seperti elektroda, lebar ayunan, tebal lapisan dan pemanasan awal.
Keuntungan
Proses
FCAW-G mempunyai keunggulan yaitu penetrasinya lebih dalam dan laju pengisian
lebih tinggi dibandingkan dengan proses SMAW. Dengan demikian proses las ini
menjadi lebih ekonomis pada pekerjaan di bengkel-bengkel las. Unsur-unsur
paduan bisa ditambahkan pada inti flux untuk membuat jenis komposisi menjadi
lebih banyak, termasuk beberapa logam paduan rendah dan stainless steel. Flux
memberikan perlindungan bagus pada kawah las dengan membentuk selubung gas pelindung
dan lapisan slag. Meskipun demikian, proses ini tidak mentolerir tiupan angin
lebih dari 5 mph tanpa porosity berlebihan. FCAW-G cocok untuk pengelasan semua
posisi tanpa menimbulkan masalah lack of fusion seperti yang terdapat
pada GMAW hubungan singkat.
Filler
metal FCAW-SS menghilangkan kebutuhan terhadap gas pelindung dari luar dan
mentoleransi kondisi angin yang lebih kuat tanpa menimbulkan porosity. Proses
ini dianggap sama dengan proses elektroda terbungkus terhadap toleransi angin.
Dengan juru las yang dilatih dengan baik dan pengawasan yang berhati-hati,
FCAW-SS bisa digunakan untuk pengelasan dari arah satu sisi, pada sambungan
T-Y-K seperti struktur anjungan lepas pantai untuk menggantikan elektroda
terbungkus. FCAW-SS juga bisa digunakan untuk fill pass pengelasan semua posisi
pada butt weld atau fillet weld. Juru las perlu dilatih dengan prosedur khusus
tetapi proses tersebut mudah dipakai. Aplikasi proses FCAW-SS meliputi
pengelasan benda-benda tebal, pipelines dan pelapisan.
Kelemahan
FCAW-G
dan FCAW-SS kedua-duanya membentuk lapisan slag yang harus dikikis diantara
lapisan-lapisan las. Baik FCAW-G ataupun FCAW-SS bukan merupakan proses low
hydrogen; filler metal harus dibeli dari pabrik elektroda yang dilengkapi
dengan syarat-syarat low hydrogen. Pengelasan yang dilakukan dengan proses ini
dapat menimbulkan notch toughness yang buruk. Filler metal yang
digunakan harus memenuhi persyaratan uji impak seperti elektroda T-1, T-5 dan
T-8. Elektroda-elektroda ini umumnya memiliki kandungan hydrogen lebih rendah
dan mempunyai persyaratan kimia khusus untuk menghasilkan sifat yang lebih
konsisten. Proses pengelasan FCAW-G tidak boleh dilakukan apabila kecepatan
angin lebih dari 5 mph karena ada resiko porosity berlebihan. Menaikkan aliran
gas untuk mengatasi hembusan angin yang tinggi bukan menyelesaikan masalah,
karena dapat menimbulkan kondisi yang lebih buruk karena menghasilkan
turbulensi yang akan menarik udara disekitarnya.
Proses
FCAW-G menghasilkan lebih banyak asap dari pada kawat solid GMAW. Kawat FCAW-SS
bahkan menimbulkan lebih banyak asap, sehingga pada pekerjaan di
bengkel-bengkel las dibutuhkan ventilasi yang memadai dan kadang-kadang
memerlukan alat khusus pembuang asap di daerah welding gun. Tingkat asap
pada FCAW-SS stainless steel atau pada kawat-kawat FCAW-G hampir sama dengan
elektroda stick, dan lebih kecil dari pada kawat carbon steel berpelindung diri
(self-shielded wires). Pengelasan yang dilakukan dengan kawat FCAW-SS
perlu kontrol yang ketat terhadap tebal dan lebar bead dan elektrode
stickout guna mendapatkan sifat-sifat ketangguhan yang tinggi.
Aplikasi
pada Pekerjaan
Proses
FCAW-G dapat dilakukan dengan semua posisi untuk pengelasan struktural, pipa
atau pressure vessel secara butt weld atau fillet weld. Proses FCAW-SS terutama
mempunyai keunggulan karena dapat digunakan untuk pengelasan struktur, seperti
bangunan dan anjungan lepas pantai dimana lokasi lapangan atau rumitnya
struktur membuat pemakaian peralatan las SAW menjadi tidak praktis dan penggunaan
proses SMAW kurang kompetitif. Elektroda-elektroda berpelindung diri (self-shielded
wires) bisa digunakan untuk pengelasan root pass dan fill pass dari arah
satu sisi pada sambungan T-Y-K pada anjungan lepas pantai, apabila pihak
Kontraktor dapat mendemontrasikan bahwa mereka mempunyai pengalaman dengan
proses tersebut, welder dan inspektor yang terlatih, serta memiliki prosedur
las yang sudah diakui.
1.1.5. Submerged Arc Welding
SAW atau las busur terbenam termasuk salah
satu las busur listrik, dimana busur dan kawah las ditutupi oleh lelehan flux
dan lapisan butiran-butiran flux seperti tampak pada Gambar 100-12.
Gambar
100-12. Submerged Arc Welding (SAW)
Pada
proses ini busur las tidak terlihat. Elektroda diumpankan secara kontinyu dari
sebuah gulungan dengan cara yang sama seperti pada proses GMAW. Panas busur
melelehkan base metal, elektroda dan flux sehingga menghasilkan kawah las yang
ditutupi oleh lapisan slag cair. Lapisan slag melindungi kawah las sampai
membeku. Karena busur tidak terlihat, pengelasan dapat dilakukan tanpa
menimbulkan radiasi besar dimana hal ini sudah merupakan sifat dari proses
busur terbuka, dan juga menghasilkan sangat sedikit asap.
Pengelasan
dengan proses SAW pada umumnya dilakukan di bengkel-bengkel, karena benda kerja
dapat diletakkan dengan posisi datar untuk memperoleh laju pengisian yang lebih
tinggi. Proses pengelasan SAW juga sudah digunakan dilapangan untuk mengelas
dinding tangki penyimpanan minyak secara horizontal dengan menggunakan alat
khusus pengelasan posisi jam 3, dan juga untuk mengelas plat bola yang dirakit
dilapangan dan diatur untuk pengelasan posisi datar.
Karena
penetrasi SAW dalam, proses ini tidak cocok untuk mengelas root pass tanpa
terlebih dahulu diberi penyangga las. Penyangga (back up) dapat bersifat
sementara atau permanen. Pengelasan dari arah satu sisi bisa dilakukan dengan
memberi bahan penyangga sementara seperti batangan tembaga, flux back up,
atau pita back up khusus dari bahan flux atau keramik. Bahan-bahan penyangga
sementara yang lain adalah batangan baja, yang juga dapat digunakan untuk
meluruskan sambungan. Penyangga ini dilepaskan sebelum mengelas dari arah
sebaliknya.
Sambungan
las untuk SAW pada umumnya dirancang dengan land lebih tebal dan tanpa
celah agar dapat menopang logam las selama pengelasan dari sisi pertama. Karena
penetrasi lebih dalam, sisi sebaliknya dapat dilas tanpa perlu diback
gouging. Contohnya adalah double SAW (disingkat dengan DSW), yang
dilakukan oleh pabrik-pabrik pembuat pipa.
SAW
bisa digunakan dengan arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC), tetapi arus
DC lebih banyak dipakai karena penyalaan busur lebih mudah dan penetrasinya
lebih dalam. Jenis lain SAW adalah tandem arc welding, yang menggunakan
dua batang elektroda sekaligus, dan bisa dikerjakan dengan arus DC-AC atau
AC-AC. Proses las SAW biasanya dikerjakan secara otomatis. Bisa juga dilakukan
secara semi-otomatis dengan gun genggam tetapi laju pengisian kurang
memuaskan. Flux SAW harus disimpan ditempat yang hangat, kering dan harus
direkondisi apabila lembab (sesuai dengan petunjuk pabrik). Kawat untuk
pengelasan SAW juga mesti disimpan ditempat yang kering.
Keuntungan
Proses
las SAW ini dapat digunakan untuk mengelas carbon steel, low alloy steel,
stainless steel dan beberapa paduan nikel tinggi. Proses ini digunakan secara
luas untuk membuat lapisan anti karat dengan menggunakan elektroda berbentuk
lembaran (tebal 0,5 mm dan lebar 60 mm). Proses las ini dapat dikerjakan dengan
arus lebih tinggi serta elektroda berganda, sehingga diperoleh laju pengisian
dua hingga sepuluh kali lebih cepat dari pada SMAW. Karakteristik penetrasi
yang dalam dari proses SAW ini menyebabkan kampuh las bisa dibuat lebih sempit,
sehingga dapat mengurangi jumlah lapisan yang diperlukan dan juga menghemat
waktu pengelasan. Lapisan slag yang menyelimuti logam las memberikan
perlindungan yang handal terhadap logam las cair, sehingga menghasilkan deposit
las bermutu tinggi.
Sebagai
sebuah proses las busur terbuka, SAW tidak menimbulkan radiasi tinggi dimana
hal ini memberikan kenyamanan kepada juru las. SAW adalah proses las rendah
hydrogen, tetapi kandungan hydrogennya tergantung dari tingkat kekeringan dan
jenis flux yang dipakai. Kekerasan di daerah HAZ cenderung lebih rendah karena
panas masukan yang lebih tinggi menyebabkan laju pendinginan menjadi lebih
lambat. Pada umumnya tampilan bead yang halus dari pengelasan SAW
membuat inspeksi visual menjadi lebih mudah terhadap cacat-cacat las karena
kesalahan operator atau kesalahan fungsi peralatan.
Kelemahan
Di
dalam prakteknya, proses las SAW membutuhkan penanganan dan waktu pemasangan
lebih banyak untuk meletakkan benda kerja sedemian rupa sehingga pengelasan
dapat dilakukan dengan posisi datar. Terbatasnya pandangan mata terhadap busur
dan kawah las selama pengelasan membuat proses ini menjadi lebih sulit dalam
mempertahankan posisi las di atas sambungan, meskipun pada umumnya hal ini
tidak menjadi masalah. Waktu pemasangan untuk pengelasan lebih lama
dibandingkan dengan GMAW dan SMAW, sehingga proses ini tidak ekonomis pada pekerjaan-pekerjaan
kecil. Apabila menggunakan panas masukan lebih besar, bisa terbentuk
butiran-butiran kasar di daerah HAZ. Keadaan ini menyebabkan hilangnya sifat impact,
yang pada beberapa aplikasi tidak diperbolehkan. Pada pengelasan dengan lapisan
banyak, harus dipilih kombinasi kawat/flux yang sesuai sehingga dapat mencegah
pembentukan unsur Mn dan Si pada logam las, karena unsur-unsur ini akan
menaikan kekerasan, menurunkan ketangguhan, dan menimbulkan masalah retak pada sour
service.
Cacat-cacat
las yang umum terjadi pada SAW:
1.
Porosity karena kontaminasi pada pengelasan. Hal ini terjadi karena
pembersihan karat dan kerak pada sambungan tidak sempurna.
2.
Slag inclusion karena muka las terlalu cembung atau undercut. Hal
ini terjadi karena slag terkurung disepanjang sisi logam las dan tidak terbuang
selama pembersihan.
3.
Retak ditengah las-lasan karena bentuk bead tidak tepat. Hal ini terjadi
pada pengelasan dimana kedalamannya lebih besar dibandingkan lebar.
Pertimbangan
Dalam Memilih Kombinasi Kawat/Flux
Unsur-unsur
paduan bisa ditambahkan baik pada kawat elektroda ataupun flux, tetapi kontrol
kimia yang lebih baik akan diperoleh apabila suatu paduan tertentu ditambahkan
pada kawat dan menggunakan flux netral. Kelarutan logam induk pada SAW lebih besar
dibandingkan dengan proses pengelasan yang lain, karena penetrasinya lebih
dalam. Kelarutan logam induk ini mempunyai pengaruh signifikan pada sifat kimia
logam las dan harus dipertimbangkan ketika memilih kombinasi kawat/flux,
terutama pada logam-logam tipis. PWHT akan mengurangi kekerasan logam las
tetapi juga menurunkan tensile strength. PWHT penting sekali dilakukan apabila
temperatur pengelasan lebih tinggi dan holding time lebih lama. Pengaruh
PWHT terhadap tensile strength harus dipertimbangkan dalam memilih kombinasi
kawat/flux. Sehingga perhatian yang seksama harus dilakukan di dalam memilih
kombinasi kawat/flux yang akan menghasilkan komposisi logam las dengan sifat
kimia dan kekuatan yang sempurna.
Aplikasi
pada Pekerjaan
Pada
umumnya beberapa perusahaan tidak memakai proses las SAW otomatis ini apabila
tidak banyak permintaan yang bisa dijadikan alasan untuk menggunakan proses las
ini. Walaupun peralatan tersedia untuk pengelasan semi otomatis, proses las SAW
kurang memuaskan dari pada GMAW karena GMAW lebih serba guna.
Proses
las SAW digunakan secara luas oleh suplier untuk mengelas struktur-struktur
besar seperti tangki, pressure vessel, kapal, anjungan lepas pantai termasuk
alat pengeboran dibawah laut. Proses las ini digunakan juga untuk membuat
lapisan selubung baik dengan elektroda lembaran ataupun berupa kawat.
1.1.6. Electroslag Welding dan
Electrogas Welding
ESW
adalah suatu proses las otomatis dengan laju deposit tinggi yang digunakan
untuk mengelas logam dengan tebal 2 inci atau lebih secara vertikal.
Pemakaiannya yaitu pada pengelasan pressure vessel, kapal, dan struktur. Ada
dua jenis proses las ESW:
-
Metode panduan tidak terumpan (konvensional).
-
Metode panduan terumpan.
Kedua
metode ini menggunakan alat-alat dan bentuk filler metal yang berbeda. Pada
kedua jenis proses pengelasan ESW ini, plat berbentuk persegi mula-mula
diletakkan secara vertikal dengan jarak kira-kira satu inch, kemudian dilas
naik secara vertikal. Permulaan tab dimulai dari bagian bawah sambungan
dan runoff tab pada bagian atas.
Pada
ESW konvensional, sepatu tembaga berpendingin air yang bisa
dipindah-pindah diletakkan pada sisi bagian depan dan belakang sambungan, untuk
menahan logam cair tetap berada pada tempatnya sampai membeku. Proses ini
dimulai dengan menyalakan busur diantara kawat elektroda dengan bottom
starting tab pada cekungan yang terbentuk antara pinggiran alat yang
mempunyai celah dengan sepatu tembaga. Butiran flux diletakkan pada cekungan.
Busur listrik dinyalakan pada permulaan proses, dan berlangsung terus sehingga
terbentuk slag konduktif. Segera setelah slag menjadi konduktif, busur padam
dan slag tetap cair karena resistansi panas yang berasal dari arus yang lewat
diantara elektroda dengan benda kerja. Selama proses pengelasan berlangsung,
flux ditambahkan secara teratur untuk menjaga ketepatan slag yang menutupi
genangan logam cair. Resistansi panas slag melelehkan filler wire dan
pinggiran plat membentuk genangan logam cair, yang ditahan oleh sepatu tembaga.
Selama pembekuan, sepatu secara otomatis bergerak naik kepermukaan plat. Satu
atau lebih kawat dapat digunakan, tergantung pada tebal plat. Gambar 100-13
menjelaskan sebuah sistim elektro slag plat tebal yang menggunakan tiga batang
kawat las dan cocok untuk mengelas pressure vessel.
Gambar
100-13. Electroslag Welding Konvensional dengan Tiga Batang Elektroda
ESW
panduan terumpan
menggunakan suatu tube panduan terumpan untuk menempatkan kawat
elektroda berada pada sambungan, dan sepatu tembaga berpendingin air permanen.
Tube pemandu tidak bergerak tetapi terbakar habis selama pengelasan. Hal ini
membuat kawah las muncul di dalam kampuh. Tube panduan terumpan menambahkan
filler metal pada logam las dan juga menyediakan flux pada slag konduktif dari
bagian luar coating (seperti elektroda terbungkus dengan lobang besar). Lebih
dari satu tube panduan terumpan dapat dipakai untuk pengelasan logam-logam
tebal.
Electrogas
Welding
EGW
dilakukan dengan posisi vertikal dengan cara yang sama dengan ESW, tetapi
berbeda dalam mempertahankan busur diantara elektroda berinti flux dan kawah
las. Kawah las ditutupi oleh cairan slag tipis dan diselimuti oleh gas CO2
atau argon-CO2. EGW terbatas pemakaiannya pada benda-benda tipis,
biasanya kurang dari 2 inch. Proses ini bisa dikerjakan dengan satu sepatu
dapat dilepas, yang membentuk permukaan logam las pada bagian sisi sebelah
depan. Bagian belakang logam las dibentuk oleh batangan penyangga dari tembaga
permanen atau oleh root pass yang dikerjakan dengan proses manual atau
semi-otomatis. Sambungan las pada EGW bisa berbentuk persegi dengan suatu celah
atau pengelasan dengan bevel standar V dikerjakan dengan proses las yang lain.
Keuntungan
Keuntungan
utama dari proses las ESW dan EGW adalah kemampuannya untuk melakukan
pengelasan vertikal dari berbagai ketebalan dengan waktu lebih cepat
dibandingkan dengan proses-proses las yang lain. ESW terutama sekali dipakai
untuk mengelas logam-logam tebal dibengkel-bengkel, sementara EGW bisa
dikerjakan baik di bengkel atau di lapangan. Persiapan sambungan pada kedua
proses ini sederhana dan lebih sedikit terjadinya distorsi pengelasan
dibandingkan dengan metode lain.
Kelemahan
Baik
proses las ESW ataupun EGW hanya terbatas pada penyambungan carbon steel dan
low alloy steel dengan posisi vertikal. Waktu pemasangan pada proses ini sangat
lama, tetapi dapat diimbangi oleh laju pengisian yang lebih cepat. Pentingnya
waktu pemasangan berkurang dengan bertambah tebalnya logam las. ESW sensitif
terhadap kontrol bentuk bead. Retak garis tengah bisa terjadi apabila faktor bentuk
(kedalaman kawah las dibagi dengan lebar kawah las) rendah. Suatu contoh faktor
bentuk rendah yaitu peka terhadap retak (adalah satu), karena kawah las
mempunyai ukuran sama dengan lebar. ESW dan EGW mempunyai panas masukan sangat
tinggi. ESW memiliki panas masukan paling tinggi, menghasilkan pengelasan
dengan butiran kasar berjumlah banyak dan daerah HAZ dengan notch toughness
rendah. Pengelasan ESW membutuhkan perlakuan panas untuk menghaluskan kembali
butiran setelah pengelasan selesai (misalnya normalizing) untuk
memulihkan notch toughness. Perlunya normalizing setelah pengelasan biasanya
untuk menghindarkan pemakaian ESW untuk pengelasan dilapangan.
Panas
masukan EGW tidak sebesar ESW, tetapi ada sedikit penurunan sifat logam di
daerah HAZ. Hal ini membatasi aplikasi EGW terhadap bahan-bahan yang mempunyai
notch toughness lebih buruk. Keterbatasan ini membuat beberapa kontraktor
membatasi pemakaian EGW pada tangki penyimpanan dilapangan yang memiliki suhu
pemakaian minimum 30oF atau lebih.
Aplikasi
pada Pekerjaan
Aplikasi
pengelasan ESW paling umum yaitu pada sambungan-sambungan longitudinal pada shell
ring untuk pressure vessel carbon steel dan low alloy steel berdinding
tebal. EGW digunakan untuk sambungan vertikal pada tanki penyimpan minyak.
1.1.7. Stud Welding
SW
adalah proses pengelasan yang relatif mudah dikerjakan. Proses las jenis ini
digunakan untuk memasang insulation pins dan refractory anchors.
Proses las SW menggunakan welding gun khusus dan pengatur waktu
otomatis. Panas pengelasan terbentuk karena tarikan busur antara welding
stud dengan base metal. Segera setelah ujung stud dan permukaan base metal
di bawah stud meleleh, stud dipaksa melawan base metal karena tekanan, dan
terjadi pembekuan. Dengan demikian dihasilkan penyatuan las berkekuatan penuh
dengan hasil pengelasan dan daerah HAZ yang sempit.
Stud
welding bisa dilakukan dengan menggunakan mesin las drawn-arc atau capasitor
discharge. Drawn arc stud welding mempergunakan mesin las DC konvensional
dengan polaritas lurus, pengatur waktu otomatis, dan gun genggam. Capasitor
discharge stud welding menggunakan energi listrik lucutan cepat yang
tersimpan di dalam kapasitor sebagai sumber panas. Stud bisa dipasangkan dengan
SMAW apabila mesin las stud otomatis tidak ada. Persiapan permukaan sebelum
pengelasan penting sekali untuk memperoleh mutu stud welding yang konsisten.
Kerak dan karat harus dibuang sebelum pengelasan. Hal ini diikuti dengan
penggerindaan atau abrasive blasting.
Aplikasi
pada Pekerjaan
Pengelasan
stud dengan cara drawn-arc atau capasitor discharge digunakan
secara luas untuk mengikat insulasi dan refractory anchor pada pipa,
pressure vessel dan tangki, dan untuk pemasangan konduktor panas pada furnace
tube. Kualitas stud welding harus diperiksa pada setiap awal perubahan,
untuk menentukan apakah prosedur (gun pengatur waktu) dan persiapan permukaan
sudah memuaskan. Inspeksi visual terhadap stud weld (untuk memeriksa 360
derajat cahaya disekitar base) dan kelengkungan stud dengan sudut kira-kira 15 derajat
dari sumbu merupakan suatu cara yang dapat diterima untuk memastikan apakah
stud sudah terpasang dengan baik. Stud yang tidak memperlihatkan cahaya 360
derajat atau terputus selama pembengkokan dapat diperbaiki dengan menggunakan
proses SMAW.
1.1.8. Oxyfuel Gas Welding, Braze
Welding dan Brazing
Oxyfuel
Gas Welding
Proses
las OFW mempergubakan panas yang berasal dari nyala gas untuk melelehkan base
metal dan menghasilkan penyatuan, biasanya diikuti dengan menambahkan filler
metal dalam bentuk kawat dengan komposisi yang sesuai. Obor oxyacetelyne adalah
metode yang paling biasa dipakai, dengan temperatur nyala api sekitar 5600oF.
Propane, gas alam, dan alternatif lain dari bahan bakar gas acetelyne
tidak dipakai pada pengelasan gas karena laju pemanasannya terlalu rendah. Akan
tetapi gas-gas ini digunakan untuk memotong, preheating dan brazing, apabila
kebutuhan terhadap karakteristik nyala api tidak terlalu penting. Gas welding
pada umumnya sudah digantikan oleh SMAW dan proses-proses pengelasan yang terbaru.
Meskipun demikian, OFW masih dipakai untuk fillet weld dan butt weld pada
pipa-pipa tipis diameter 2 inch ke bawah dimana GTAW adalah alternatif lain.
Gas welding juga digunakan pada pengecoran logam untuk memperbaiki casting
iron. Gambar 100-14 memperlihatkan detail peralatan OFW. Gambar 100-15
memperlihatkan nyala api oxyacetylene yang digunakan dalam OFW.
Gambar
100-14. Peralatan Oxyfuel Gas Welding
Gambar
100-15. Karakteristik Nyala Api Oxyacetylene
Keuntungan.
OFW
digunakan terutama sekali karena fleksibel, mudah diangkut dan tidak ada
persyaratan terhadap sumber tenaga listrik. Peralatan sederhana dan biayanya
murah serta bisa digunakan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan pemotongan,
pembengkokan, preheating dan brazing. Efektifitasnya tergantung pada
keterampilan juru las dalam mengendalikan komposisi nyala api, panas masukan
dan sudut dari obor (yang mempengaruhi ukuran kawah las). Gas welding dengan
nyala carburizing menghasilkan kekerasan paling tinggi pada deposit
pelapisan.
Kelemahan
OFW
bersifat lambat dan menghasilkan panas setempat yang menimbulkan masalah
perubahan bentuk. Butiran kasar, struktur yang getas biasa dijumpai pada
pengelasan carbon steel karena faktor panas masukan yang tinggi serta kecepatan
las yang rendah. Baik carburizing ataupun decarburizing dapat
terjadi pada logam las dan daerah-daerah yang berdekatan dengan base metal
apabila nyala api diatur secara tidak benar. Kondisi ini bisa sangat merusak
daya tahan terhadap karat pada baja-baja chromium dan paduan-paduan yang lebih
tinggi.
Braze
Welding dan Brazing
Proses
penyambungan dengan metode ini mempergunakan obor gas seperti halnya pada OFW,
tetapi hanya untuk melelehkan filler metal saja, logam dasarnya tidak. Brazing
dan braze welding mempergunakan filler metal yang akan meleleh pada suhu di
atas 840oF (450oC). Soldering menggunakan filler metal
yang meleleh pada suhu di bawah 840oF (450oC). Silver
brazing, dahulu disebut silver soldering, menggunakan paduan perak-tembaga
untuk tujuan aplikasi umum.
Pada
braze welding, panas diberikan pada sambungan las untuk menaikan suhunya
sehingga di atas titik lebur filler rod, tetapi tidak melebihi titik lebur
logam dasar. Filler metal kemudian dialirkan kepermukaan yang panas, dimana
terdapat flux yang sesuai, sehingga membentuk suatu ikatan. Proses ini
digunakan untuk memperbaiki casting iron dengan brass filler metal.
Brazing tidak dipakai pada wadah yang digunakan untuk menyimpan cairan yang
mudah terbakar karena bisa meleleh dalam api.
Brazing menggunakan prinsip kerja kapilaritas
untuk menimbulkan pelelehan paduan brazing yang mengalir diantara
sambungan-sambungan yang berdekatan. Sambungan tumpul, tumpang atau soket
dengan celah antara bagian sekitar dua hingga enam mils, menghasilkan
kekuatan paling tinggi. Sambungan yang lebih lemah akan terbentuk apabila
toleransi kelurusan tidak dikontrol untuk menghindarkan celah yang berlebihan.
Meskipun demikian, celah yang terlalu sempit atau sama sekali tidak ada jarak
akan menghalangi brazing alloy mengalir menuju sambungan dan juga dapat
menghasilkan sambungan yang lemah atau bocor.
1.1.9. Cadwelding
Cad
welding adalah merek dagang dari proses las thermit yang digunakan untuk
memasang sambungan-sambungan listrik tembaga dan ground lead pada pipe
lines dan struktur. Satu aplikasi penting pada pipeline adalah pemasangan
kawat-kawat sacrificial anode dan test lead untuk cathodic
protection.
Penyambungan
Cadweld diperlihatkan pada Gambar 100-16. Prinsip kerjanya terdiri dari
pelelehan serbuk paduan tembaga secara exothermal di dalam sebuah cetakan
grafit yang dapat dipakai lagi. Powder charge (mesiu) ditahan oleh
sebuah piringan penahan dari logam tipis. Ketika paduan tembaga meleleh melalui
piringan logam, ia akan mengalir melalui tap hole kerongga pengelasan
dan membeku pada permukan material yang akan disambung. Jenis-jenis cetakan
berbeda-beda pada setiap aplikasi. Cetakan digunakan untuk mengikat timah kawat
diameter kecil (typically #4 atau kurang) pada pipelines seperti yang
diilustrasikan pada gambar.
Gambar
100-16 Cadweld untuk Penyambungan Timah Kabel dengan Pipa
Serbuk
Cadweld (F-33) yang dipergunakan untuk memasang cathodic protection lead
dan test wire pada pipeline adalah campuran tembaga oxida dan aluminum
dengan sedikit vanadium. Serbuk ini dilengkapi dengan 15 gram (CA15) dan cartdridges
yang lebih besar. Meskipun demikian, powder charge dibatasi hanya 15 gram
menurut ANSI/ASME B31.4 dan B31.8 piping systems. Sejumlah starting powder
dipadatkan pada setiap cartridge sehingga starting powder terbentang di atas
campuran tersebut ketika isinya dialirkan ke dalam cetakan. Mesiu mulai
dinyalakan dengan menggunakan pemantik flint spark kemudian mesiu
bereaksi sehingga menghasilkan paduan tembaga cair yang mengandung aluminum dan
vanadium. Paduan ini meleleh melalui piringan logam dan membeku pada timah
listrik dan base metal, kemudian mengikatnya satu sama lain. Slag tipis
aluminum-oksida terbentuk yang menyisakan gumpalan dan kerak pada cetakan. Slag
mudah dihilangkan dengan chipping hammer dan harus dibuang dari cetakan
sebelum digunakan lagi.
Penelitian
telah memperlihatkan bahwa pengaruh metalurgi Cadwelding terhadap pipeline
tidak merusak pipa-pipa API 5L grade (X-65 dan di bawahnya) dengan ketebalan
0,2 inci dan lebih. Aplikasi Cadweld pada ketebalan kurang dari 0,2 inci harus
dievaluasi tersendiri. Evaluasi harus meliputi fluida, suhu, tekanan dan flow
rate pipeline tersebut. Perhatian utama adalah berkurangnya kekuatan dinding
selama pengelasan, bertambah dalamnya daerah HAZ, dan meningkatnya penetrasi
tembaga.
Proses
Pengelasan Lain
Beberapa
proses penyambungan lain tidak dibicarakan disini karena jarang dipakai.
Proses-proses ini adalah:
-
Plasma arc welding.
-
Electron beam welding.
-
Laser welding.
-
Resistance welding.
.
Flash welding.
.
Projection welding.
.
Resistance seam welding.
.
Resistance spot welding.
-
Friction and inertia welding.
-
Explosion welding.
1.2.0. DISAIN SAMBUNGAN LAS
1.2.1. Pertimbangan dalam Membuat
Disain Sambungan
Disain
sambungan yang tepat sangat penting sekali, karena akan mempengaruhi cara
mempersiapkan sambungan, urutan pengelasan, efisiensi sambungan, dan
produktivitas. Setiap pekerjaan harus dievaluasi berkaitan dengan proses
pengelasan, posisi, kemudahan menjangkau dan inspeksi, kontrol terhadap
distorsi dan syarat-syarat disain untuk menentukan detail sambungan yang tepat.
Hasil paling baik hanya akan diperoleh apabila sambungan telah dipersiapkan
secara sempurna dan kelurusannya sudah tepat.
Pada
umumnya benda-benda yang dilas adalah wadah tempat penyimpanan cairan berbahaya
(misalnya pressure vessel, tangki dan pipa) atau pengelasan sambungan-sambungan
kritis pada struktur anjungan lepas pantai. Pada aplikasi ini, penting
diketahui bahwa logam las memiliki kekuatan dan ketangguhan yang handal, dan
juga bebas dari discontinuity dan crevices dimana zat-zat korosif
bisa berkumpul.
Diperlukan
butt weld penetrasi penuh dengan komposisi kimia dan sifat-sifat mekanis yang
persis sama dengan base metal, karena akan menghasilkan kinerja pemakaian yang
paling baik dan tahan terhadap kelelahan, karat dan patah getas. Pengelasan
dengan penetrasi sebagian dan fillet weld hanya digunakan apabila beban
pemakaian dan stress tidak terlalu berat. Misalnya, fillet weld
hanya dilakukan dengan sambungan tumpang (lap joint) pada plat bagian
bawah dan atas sebuah tangki, karena lebih ekonomis dari pada butt weld.
Sebaliknya sambungan-sambungan pada dinding tangki yang memiliki tegangan lebih
tinggi, dilas dengan cara butt weld penetrasi penuh.
Simbol-simbol
standar untuk pengelasan, brazing dan inspeksi NDT dijelaskan pada ANSI/AWS
A2.4-86. Tabel simbol las AWS diberikan pada gambar 100-37 dan Appendix E.
1.2.2. Detail Sambungan
Sambungan
Tumpul Persegi
Pada
proses las SMAW, sambungan tumpul persegi seperti tampak pada Gambar 100-17
digunakan untuk menyambung pipa secara single weld dengan ketebalan
hingga 1/8 inci, dan menyambung plat dengan cara double weld dengan
ketebalan hingga 5/16 inch. Sambungan tumpul persegi adalah sambungan yang
paling mudah dibikin karena tidak memerlukan pembevelan. Sambungan ini bisa
dibuat dengan menggunakan alat oxyfuel gas cutting, mesin gerinda, atau
gunting.
Gambar
100-17. Sambungan Tumpul Persegi
Sambungan single V
Pada
proses las SMAW, disain sambungan berbentuk single V (Gambar 100-18)
digunakan untuk penyambungan pipa secara single weld dan penyambungan
plat secara double weld untuk ketebalan hingga 3/4 inch. Bentuk
sambungan seperti ini bisa dibuat dengan menggunakan lampu potong atau mesin
gerinda.
Gambar
100-18. Sambungan Single V
Sambungan
Double V
Sambungan
double V (Gambar 100-19) lebih ekonomis untuk pengelasan plat tebal 3/4
hingga 2-1/2 inci dengan proses las SMAW, karena volume logam las yang akan
diisikan lebih sedikit dibandingkan dengan memakai sambungan single V.
Gambar
100-19. Sambungan Double V
Pada
sambungan jenis ini perlu dilakukan back gouging pada root pass setelah
pengelasan dari sisi pertama selesai untuk mendapatkan penetrasi sempurna.
Kontrol terhadap perubahan bentuk bisa menjadi lebih baik, karena pengelasan
dari sisi kedua akan mengimbangi pengelasan dari sisi pertama. Pada sambungan double
V dengan ketebalan tidak sama, pengelasan yang pertama kali
dilakukan adalah sisi yang paling dalam (misalnya 0,67T) karena backgouging
cenderung akan mengimbangi dalamnya pengelasan. Pada sambungan yang memiliki
ketebalan sama, kedua belah sisi bisa dilas pertama kali. Sambungan jenis ini
bisa dibikin dengan menggunakan lampu potong atau mesin gerinda.
Modifikasi
Sambungan pada Pengelasan Pipa.
Apabila
melakukan pengelasan pada pipa dengan tebal lebih dari ¾ inci dengan cara SMAW,
bisa digunakan sambungan V yang dimodifikasi atau single U (lihat Gambar
100-20) sebagai menggantikan sambungan pipa single V standar. Karena persiapan
untuk membuat sambungan yang dimodifikasi ini harus dilakukan dengan mesin,
sambungan jenis ini bisa menjadi lebih mahal dari pada sambungan single V
biasa. Meskipun demikian, volume logam las yang dibutuhkan menjadi lebih kecil
dan pemakaiannya bisa menghemat waktu pengelasan.
Gambar
100-20. Bentuk Sambungan pada Pipa Tebal
Fillet
Weld
Fillet
weld (lihat Gambar 100-21) membutuhkan persiapan sambungan paling sedikit.
Pelurusan terhadap lap joint atau T-joint harus teliti (umumnya dalam 1/16
inci) jika tidak maka efektifitas throat fillet weld tidak terbentuk.
Celah yang lebih lebar membutuhkan ukuran fillet atau bentuk las-lasan yang
lebih besar dari arah satu sisi untuk mengimbangi celah lebar tersebut.
Gambar
100-21. Fillet weld
Sambungan
Las pada Fitting
Pengelasan
pada fitting dapat dilakukan baik secara set-on (paste on) atau set-in
(lihat Gambar 100-22). Set-on pada umumnya dipakai pada fitting yang
memiliki diameter kecil (2 inci atau kurang) yang dilas dari arah satu sisi.
Fitting ini bisa berupa coupling, weldolet, atau small forging yang dilobangi
setelah pengelasan selesai.
Set-in digunakan pada fitting yang memiliki diameter lebih besar,
dan pada umumnya untuk pengelasan penetrasi penuh yang membutuhkan pengelasan
dari arah dua sisi. Penguat (reinforcement) pada bagian-bagian yang
hilang sering kali diperlukan dan boleh jadi perlu pad plate atau
penguat yang berasal dari fitting itu sendiri.
Gambar
100-22. Detail Pengelasan pada Fitting
1.2.3.
Backing Ring dan Consumable Insert
Backing
Ring Permanen
Backing
ring permanen digunakan untuk menahan cairan logam las (lihat Gambar 100-23).
Ring ini pada umumnya tidak boleh dipergunakan pada pipa-pipa proses karena
merupakan tempat berkumpulnya endapan-endapan korosif, foster crevice
corrosion, dan menghalangi alat-alat pembersih internal. Ring ini juga
dapat menimbulkan retak akar apabila kondisi pemakaian bergetar (cyclic)
dan terdapat kondisi tegangan balik pada akar. Pada pekerjaan dimana
faktor-faktor ini tidak merupakan problem, backing ring bisa memperbaiki
kualitas root pass dengan juru las yang tidak begitu terampil.
Gambar
100-23. Backing Ring
Consummable
Insert
Consummable
insert, tidak sama halnya dengan backing
ring, karena consumable insert ini ikut terbakar atau bersatu ke dalam root
pass sambungan selama pengelasan. Ring jenis ini dipakai untuk membuat root
pass pipa memiliki kualitas radiografi, yaitu butuh bentuk bead yang lebih baik
serta lebih sedikit pekerjaan perbaikan dan penolakan. Consumable insert
memiliki bermacam-macam bentuk disain. Hal ini sering disebut sesuai dengan
nama disainnya mula-mula atau sesuai dengan bentuknya, seperti:
1. Grinnel inserts (berbentuk persegi datar).
2. “Y” ring inserts.
3. EB (electric boat) inserts (berbentuk ring).
4. Kellogg inserts (flattened round wire).
Sambungan
las yang menggunakan consumable insert butuh kontrol toleransi yang
lebih ketat selama mesinasi dan pelurusan, agar insert terhindar dari incomplete
fusion. Salah satu toleransi untuk fit-up dan persiapan sambungannya adalah ±
0,010 inci. Consumbale insert pada umumnya dapat diterima karena ia terbakar
habis selama pengelasan dan biasanya mempunyai komposisi kimia sama dengan
filler metal. Juru las perlu pengalaman atau pelatihan pada pengelasan dengan
consumable insert supaya diperoleh pelelehan dan penyatuan insert yang
sempurna. Detail ukuran dan syarat-syarat terhadap consumable insert dapat
dilihat pada AWS A5.30.
1.2.4.
Perubahan Ketebalan
Adakalanya
tebal dari bagian yang akan disambung berbeda-beda. Contoh umumnya adalah
penyambungan pipa yang mempunyai schedule berbeda, seperti elbow schedule 80
dengan pipa schedule 40, dimana elbow yang lebih tebal harus dipotong miring (taper)
supaya sesuai dengan pipa yang lebih tipis agar diperoleh mutu root yang dapat
diterima. Taper bervariasi terhadap code yang berbeda. Gambar 100-24
mengilustrasikan dua cara untuk menyambung pipa yang lebih tebal dengan pipa
yang lebih tipis.
Gambar
100-24. Persiapan Sambungan Pipa dengan Tebal Berbeda
Seamless
pipe dapat memiliki perbedaan ketebalan
yang signifikan apabila diameter dalam dan diameter luar tidak kosentrik.
Pelurusan yang buruk akan ditemui apabila bagian yang lebih tebal dari dinding
salah satu pipa disambung dengan bagian yang lebih tipis dari pipa lain. Dapat
dilakukan counterboring untuk menyesuaikan bore sepanjang tebal
minimum atau tingkat tegangan tidak dilanggar.
Code
pada umumnya tidak memperbolehkan perubahan ketebalan secara tiba-tiba pada
sambungan butt weld, karena akan memperbesar kosentrasi tegangan. Disamping itu
sambungan-sambungan single V pada pipa atau plat secara esensial harus sama
rata dengan bagian belakang untuk menghindarkan cacat-cacat las pada akar
seperti incomplete penetration.
Pada
pressure vessel yang mempunyai tebal dinding tidak sama, harus dilakukan taper
apabila beda ketebalan lebih dari seperempat dari bagian yang lebih tipis, atau
apabila beda ketebalan lebih dari 1/8 inci, yang mana yang lebih kecil, lihat
Gambar 100-25. Transisi bisa dibuat dengan berbagai proses yang akan
menghasilkan taper seragam, seperti weld buildup, pengerindaan, atau pembevelan
dengan lampu potong. Panjang taper yang dibutuhkan meliputi lebar las-lasan.
Gambar
100-25. Persiapan Sambungan Plat dengan Tebal Berbeda
1.2.5.
Persyaratan Code
Code seperti di bawah berikut dijadikan acuan oleh
perusahaan-perusahaan konstruksi.
1. ASME Code for Boilers and Pressure vessels.
2. ANSI/ASME B31.3 Code for Piping.
3. ANSI/ASME B31.4 Code, B31.8 Code dan API Std. 1104 for
pipelines.
4. API Std. 12D, 620, 650 for storage tanks.
5. AWS D1.1 for structures.
Pressure
Vessel.
Pengelasan
pressure vessel dijelaskan dalam ASME Code Section VIII, Division 1. Disain
sambungan harus memberikan akses, dimensi dan bentuk yang memenuhi fusi dan
penetrasi yang dibutuhkan.
Lihat
Gambar 100-25 mengenai persiapan sambungan terhadap logam yang memiliki tebal
tidak sama. Vessel yang terbuat dari dua buah plat atau lebih harus dilas
secara longitudinal pada bagian yang berdekatan, yang kemudian diatur secara
bergantian oleh sebuah jarak sebesar paling tidak 5 kali ketebalan plat.
Nozzle
atau reinforcement pada pressure vessel harus dipasang dengan pengelasan yang
cukup untuk menghasilkan kekuatan penuh dari bagian-bagian penguat. Leher
nozzle harus dipasang pada dinding vessel dengan las kampuh penetrasi penuh.
Leher nozzle yang dimasukkan kedalam sebuah lobang pada dinding vessel bisa
dipasang dengan las kampuh penetrasi penuh atau penetrasi sebagian; meskipun
demikian pengelasan penetrasi penuh lebih diutamakan.
Piping.
Chemical
plant dan petroleum refinery piping dibicarakan dalam ANSI/ASME B31.3.
Apabila
ketidak lurusan internal pipa lebih dari 1/16 inci, bagian dinding yang lebih
tebal harus di counterbored atau taper bored sehingga permukaan
internal hampir rata. Ukuran perbandingan bevel yang direkomendasikan adalah
4:1, tetapi sudut bevel tidak boleh lebih dari 30 derajat. Hal ini akan
mengurangi kosentrasi tegangan, mempermudah pengelasan root pass, dan
meningkatkan inspeksi sambungan bila menggunakan radiografi. Counterboring
atau tapering tidak boleh melanggar ketebalan minimum.
Kepingan
transisi bisa digunakan diantara pipa yang memiliki ketebalan berbeda, terutama
apabila yield strengthnya juga berbeda.
1.2.6.
Tegangan pada Butt Weld dan Fillet Weld
Gambar
100-26 mengilustrasikan istilah-istilah yang digunakan pada fillet weld. Gambar
100-27 sampai 100-31 memberikan persamaan-persamaan hitungan sederhana yang
digunakan untuk menentukan tegangan pada butt weld dan fillet weld.
Gambar
100-26. Istilah-istilah pada Fillet Weld
Istilah-istilah
standar
Istilah-istilah
standar yang digunakan dalam menghitung tegangan sambungan las dalam contoh
berikut adalah:
S
= normal stress, psi.
Ss
= shear stress, psi.
M
= bending moment, in-lb.
P
= external load, lb.
L
= length of weld, in.
h
= size of weld, in.
Pada
fillet weld, h = fillet size.
Pada
butt weld, h = ukuran tumit las-lasan tidak termasuk tonjolan las.
Gambar 100-27. Butt Weld dengan
Gambar 100-28. Fillet Weld dengan
Beban Tegangan Langsung pada Beban
Langsung
Fillet
Weld.
Gambar 100-29. Bending Momen pada
Gambar 100-30. Single Fillet Weld
Fillet Weld Pada Beban Paralel
Gambar 100-31. Double Fillet Weld
dengan
Beban Paralel.
1.2.7.
Istilah-Istilah Sambungan dan Simbol-Simbol Las
Gambar
100-32 sampai 100-37 di bawah memperlihatkan penjelasan berdasarkan AWS dan
istilah-istilah pada sambungan las kampuh tunggal dan las kampuh ganda, diikuti
dengan posisi-posisi pengelasan untuk las kampuh, fillet weld dan pengelasan
pipa. Diperlihatkan juga simbol-simbol las standar yang digunakan untuk
menjelaskan syarat-syarat sambungan las.
Gambar 100-32. Sambungan- Gambar
100-33. Sambungan-Sambungan Las Kampuh Tunggal Sambungan Las Kampuh Ganda
Gambar 100-34. Posisi-Posisi Gambar
100-35. Posisi
Pengelasan pada Las Posisi
Pengelasan pada
Kampuh Fillet Weld
Gambar
100-36. Posisi-Posisi Pengelasan pada Pengelasan Pipa
Gambar
100-37 a. Simbol-Simbol Las Standar AWS
Gambar
100-37 b. Simbol-Simbol Las Standar AWS
1.3.0. KOMPOSISI LOGAM LAS
Pada umumnya, semua baja dan baja paduan yang diperbolehkan oleh code
dan standard dapat dilas apabila menggunakan prosedur pengelasan yang
tepat. Data bermacam-macam paduan disajikan dalam Alloy Fabrication Data pada
Appendix A. Lampiran ini terdiri dari spesifikasi ASTM dan ASME yang dipakai,
batasan komposisi kimia dan sifat-sifat mekanis, serta penjelasan mengenai
syarat-syarat pengelasan seperti preheat, heat treatment, proses pengelasan,
dan pemilihan jenis-jenis filler metal. Penjelasan mengenai pemilihan filler
metal dibicarakan pada Bab 3, Praktek Pengelasan.
1.3.1. Filler Metal
Bahan tambah atau filler metal yang dipilih hendaknya
memiliki komposisi dan sifat-sifat mekanis sama dengan logam dasar. Namun
demikian komposisi logam las bisa juga berbeda apabila:
- Sukar mengelas bahan-bahan las tertentu,
misalnya pengelasan material 13 Cr dengan mempergunakan elektroda austenitic
atau elektroda Ni-Cr-Fe.
- Apabila diinginkan sifat-sifat mekanis khusus, misalnya
pemakaian carbon steel pada suhu rendah dengan mempergunakan elektroda yang
mengandung Ni.
- Pengelasan logam berbeda (dissimilar metal),
misalnya penyambungan carbon steel dengan stainless steel dengan mempergunakan
elektroda Ni-Cr-Fe.
AWS memiliki 31 spesifikasi filler metal. Spesifikasi ini meliputi
elektroda tungsten dan karbon, juga flux untuk brazing pada proses pengelasan
SAW dan ESW. Spesifikasi ini secara teratur diperbaharui, dimana dua digit
terakhir menunjukkan tahun keluaran yang dicantumkan pada nomor spesifikasi. Gambar
100-38 di bawah memperlihatkan proses pengelasan atau proses-proses yang
dibicarakan diikuti dengan nomor spesifikasi AWS nya.
ASME juga menerbitkan spesifikasi filler metal, yaitu ASME Section
II, Part C Boiler and Pressure Vessel. Spesifikasi ini mirip dengan AWS.
Spesifikasi filler metal ASME ditandai dengan penambahan huruf SF pada nomor
AWS, misalnya SFA5.1.
Sistem klasifikasi AWS pada filler metal ini menggunakan awalan
seperti dijelaskan di bawah yang memberikan informasi, baik mengenai bentuk
hasil maupun proses penyambungan. Perhatikanlah sebuah elektroda las busur yang
menghantar arus las. Elektroda ini bisa dibalut oleh flux, polos dan berinti
komposit atau flux yang dipakai untuk proses las SMAW, GMAW, FCAW, GTAW dan
SAW.
R : Artinya welding rod yang mendapat pemanasan
untuk kegunaan selain
dari menghantarkan arus.
ER : Artinya filler metal yang berfungsi sebagai
elektroda las busur
(menghantarkan arus) atau sebagai welding rod.
EW : Artinya elektroda tungsten (tidak terumpan).
B : Artinya brazing filler metal.
RB : Artinya filler metal yang digunakan sebagai
welding rod atau brazing
Filler metal.
RG : Welding rod yang dipakai pada proses las OAW.
F : Singkatan dari flux pada proses las SAW
IN : Singkatan dari consumable insert.
Gambar 100-38. Spesifikasi Filler Metal berdasarkan AWS.
1.3.2. Elektroda SMAW
Elektroda terbungkus pada proses las SMAW menyediakan bahan tambah
dan gas pelindung. Elektroda terbungkus ini memiliki berbagai macam komposisi
pada inti kawat dan selaput pembungkusnya (coating). Inti kawat las
berfungsi sebagai bahan tambah pada saat pengelasan berlangsung. Sedangkan
coating berfungsi seperti di bawah berikut, tergantung dari jenis elektrodanya,
yaitu:
- Memberikan gas pelindung untuk mencegah
kontaminasi pada busur dan logam las dari pengaruh oxygen, nitrogen dan
hydrogen yang terdapat di udara.
- Membentuk lapisan terak (slag) di atas kawah las dan
endapan logam.
- Mengionisasi unsur untuk menghaluskan busur las.
- Menghasilkan zat deoxidizer dan pembersih untuk menghaluskan
struktur butiran logam las.
- Menghasilkan unsur-unsur paduan seperti molybdenum, nikel dan
chromium pada baja-baja paduan rendah.
- Memberikan serbuk besi untuk mempercepat laju pengisian.
Elektroda carbon steel, menggunakan sistem empat digit. Lihat Gambar 100-39, berdasarkan
AWS A5.1 yaitu elektroda carbon steel untuk proses las SMAW. Dua digit pertama
memberikan informasi tensile strength minimum logam las dalam ksi, misalnya
E-60XX atau E-70XX. Digit ketiga memberikan informasi mengenai posisi
pengelasan dan digit ke empat memberikan informasi mengenai jenis coating,
jenis arus dan polaritas arus. Jenis coating akan menentukan posisi pengelasan,
karakteristik pengelasan, dan jenis pembangkit listrik yang dibutuhkan.
Misalnya elektroda E-6010 mempunyai tensile strength minimum 62.000 psi dengan
coating dari jenis sellulosa. Elektroda ini bisa digunakan dengan semua posisi,
penetrasi busur dalam dan kuat, dan menggunakan arus DC dengan polaritas
terbalik. Elektroda E-7018 memiliki tensile strength minimum 72.000 psi dengan
coating jenis low hydrogen dan mengandung serbuk besi. Elektroda ini bisa
digunakan dengan semua posisi, busur berbentuk halus dengan penetrasi sedang,
dan mesti digunakan dengan arus DC polaritas terbalik.
Gambar 100-39. AWS A5.1- Elektroda SMAW untuk Pengelasan Carbon
Steel
Elektroda low alloy steel mengikuti spesifikasi AWS A5.5, dimana sistem klasifikasinya sama
dengan elektroda carbon steel, tetapi ada penambahan huruf atau angka untuk
memberikan informasi mengenai komposisi kimianya. Elektroda dengan kekuatan
lebih tinggi, memiliki tensile strength minimum 100.000 psi atau lebih,
mempergunakan system 5 digit, misalnya E-10018-D2. Tiga digit pertama adalah
singkatan dari tensile strength. Tensile strength minimum bisa seperti hasil
yang dilaskan atau hasil pengelasan yang telah diberi PWHT, tergantung dari
klasifikasinya. Akhiran berbentuk huruf dan angka atau hanya huruf saja,
memberikan informasi mengenai komposisi kimia yang harus dipenuhi. Misalnya
elektroda E-8018-B2 adalah elektroda dengan coating jenis low hydrogen,
mengandung serbuk besi dengan komposisi nominal 1-1/4 Cr-1/2 Mo, dan E-8010-G
adalah elektroda selulosa dengan klasifikasi umum, yang hanya perlu melakukan
jumlah minimum dari satu unsur yang dicantumkan (komposisi sebenarnya
ditinggalkan pada pabrik pembuat elektroda).
Gambar 100-40. AWS A5.5 – Elektroda SMAW untuk Pengelasan Low
Alloy Steel
Elektroda stainless steel dijelaskan oleh spesifikasi AWS A5.4 (komposisi 5 Cr atau lebih)
dan diklasifikasikan menurut AISI untuk komposisi deposit logam las dan jenis
coating (dua digit terakhir). Coating elektroda dari jenis kapur (-15) atau
titania (-16). Kedua coatingnya adalah jenis low hydrogen, tetapi karakteristik
lasnya berbeda. Kondisi ini akan mempengaruhi posisi dan arus pengelasan yang
digunakan. Elektroda-elektroda dasar atau berbungkus kapur (-15) mempunyai
cairan slag sedikit, umumnya tahan terhadap retak, cocok untuk pengelasan semua
posisi.
Elektroda coating titanium (-16) menghasilkan deposit las lebih
halus dengan muka las cenderung berbentuk cekung. Elektroda ini hanya cocok
untuk posisi datar dan horizontal. Elektroda ini merupakan elektroda turunan
yang memperlihatkan muka bead elektroda coating titanium, dan karakteristik
pengelasan semua posisi dari elektroda-elektroda coating kapur. Elektroda
turunan ini kadang-kadang disebut dengan elektroda DC titanium.
Contoh elektroda stainless steel terbungkus adalah E-316-15.
Elektroda ini mendepositkan logam las stainless steel jenis 316. Elektroda ini
memiliki lapisan kapur, yang cocok untuk pengelasan semua posisi, dengan arus
DC polaritas terbalik. Elektroda E-410-16 mendepositkan logam las stainless
steel 12% Cr. Elektroda ini memiliki coating titanium yang pada umumnya tidak
cocok untuk pengelasan semua posisi, tetapi dapat digunakan dengan arus AC atau
DC polaritas terbalik. Lihat Gambar 100-41 mengenai elektroda stainless steel
SMAW menurut AWS A5.4.
Gambar 100-41. AWS A5.4 – Elektroda SMAW untuk Pengelasan
Stainless Steel.
Coating pada Elektroda SMAW
Elektroda low hydrogen memiliki coating (selaput
pembungkus) yang akan menyerap kelembapan apabila berada di udara terbuka,
sehingga elektroda ini harus dibeli dalam wadah tertutup rapat, dan disimpan
dalam oven pemanas setelah dibuka untuk menghindarkan penyerapan uap air.
Bagaimanapun juga elektroda tidak boleh lembab atau basah. Elektroda dengan
coating tahan basah (moisture resistant) disingkat MR, sekarang banyak
dibuat oleh beberapa manufacturer. Elektroda baru ini sangat tahan terhadap
kelembapan sehingga bisa digunakan setiap saat.
Penyerapan uap lembap ke dalam elektroda low hydrogen dapat
menimbulkan underbead cracking. Resiko retak ini semakin besar seiring
dengan bertambahnya tensile strength elektroda tersebut. Gambar 100-42
memberikan rekomendasi waktu maksimum terbuka di udara (setelah wadah penyimpan
dibuka atau dikeluarkan dari oven pemanas) pada kondisi sedang, yaitu suhu 70oF
dan kelembapan relatif 70 %) untuk elektroda low hydrogen dengan berbagai level
kekuatan.
Elektroda yang sudah terbuka di udara dalam waktu melebihi seperti
disebutkan dalam Gambar 100-42, harus direkondisi di dalam oven untuk membuang
kelembapan yang terserap oleh coating, atau elektroda tersebut dibuang sama
sekali. Gambar 100-43 memberikan rekomendasi suhu penyimpanan dan suhu
rekondisi elektroda yang biasa digunakan.
Gambar 100-42. Lama Pemaparan Elektroda Low Hydrogen di Udara
Terbuka yang Direkomendasikan
Gambar 100-43. Prosedur Penyimpanan dan Rekondisi Elektroda yang
Direkomendasikan
1.3.3. Elektroda GMAW dan FCAW
Gambaran umum mengenai kawat las untuk proses pengelasan GMAW dan
FCAW berdasarkan kriteria AWS untuk carbon steel, low alloy steel, dan
stainless steel diberikan pada Gambar 100-44. Penjelasan ini sama dengan sistim
yang digunakan pada elektroda SMAW tetapi ada beberapa bagian yang berbeda.
Gambar 100-44. Kode AWS untuk Filler Metal Carbon Steel, Alloy
Steel dan Stainless Steel pada Proses Las GMAW dan FCAW
Filler metal carbon steel dan low alloy steel untuk proses las
GMAW mengacu pada
spesifikasi AWS A5.18 dan A5.28, lihat Gambar 100-45 dan Gambar 100-46. Filler
metal ini bisa juga digunakan untuk proses las GTAW dengan kode huruf awal “E”
dan “R”.
Gambar 100-45. Kode AWS untuk Filler Metal Carbon Steel, Low Alloy
Steel dan Stainless Steel untuk Proses Las GMAW dan FCAW
Gambar 100-46. AWS A5.28 – Filler Metal GMAW untuk Low Alloy Steel
Elektroda carbon steel misalnya ER-70S-2, angka 70 menjelaskan tensile strength logam
las dalam ksi, “S” merupakan singkatan dari solid (pejal), yaitu bentuk
kawat las, dan angka 2 memberikan informasi kimia deoxidizer (Mn, Si dan
lain-lain).
Elektroda low alloy steel misalnya ER-80S-B2 penjelasan artinya sama seperti yang di atas,
tambahan akhiran huruf dan angka memberikan informasi kandungan unsur kimia,
misalnya B2 untuk 1-1/4 Cr dan ½ Mo.
Filler metal carbon steel dan low alloy steel untuk proses las
FCAW mengacu pada
spesifikasi AWS A5.20 dan A5.29 seperti pada Gambar 100-47 dan 100-48.
Elektroda ini mempunyai huruf “E” sebagai identifikasinya.
Gambar 100-47. AWS A5.20 – Filler Metal FCAW untuk Pengelasan
Carbon Steel
Gambar 100-48. AWS A5.29 – Filler Metal FCAW untuk Pengelasan Low
Alloy Steel
Elektroda carbon steel untuk proses las FCAW misalnya E-71-T5 dijelaskan dengan: digit
pertama memberikan informasi mengenai tensile strength minimum setelah dilaskan
(dalam 10 ksi). Digit kedua menjelaskan posisi-posisi pengelasan (angka “1”
untuk semua posisi, “0” untuk posisi flat dan horizontal). “-T” adalah
singkatan dari tubular electrode, dan digit terakhir (1, 2 atau 5)
adalah jenis slag yang dihasilkan oleh flux. Slag mempengaruhi manfaat dan
karakteristik kinerja (lihat FCAW pada pasal 1.1.0, proses pengelasan mengenai
jenis-jenis elektroda).
Elektroda low alloy steel untuk proses las FCAW, misalnya E-81-T1-B2, penjelasannya sama
kecuali adanya penambahan kode huruf dan angka untuk menjelaskan sifat kimia
seperti elektroda SMAW (misalnya B2 untuk 1-1/4 Cr- 1/2 Mo.
Filler metal stainless steel untuk proses las GMAW dan FCAW mengacu pada spesifikasi AWS A5.9 dan A5.2.
Filler metal stainless steel untuk proses GMAW misalnya ER-308Si bisa juga
digunakan untuk GTAW dan sama-sama mempunyai awalan “E dan R” (untuk rod).
Jenis stainless steel ditunjukkan oleh nomor AISI misalnya 308. Akhiran Si
digunakan apabila filler metal mempunyai kandungan unsur silikon tinggi, yang
ditambahkan guna meningkatkan sifat mampu las. Elektroda stainless steel untuk
proses las FCAW misalnya E-316T-1 menggunakan awalan “E” stainless AISI 316,
“T” singkatan dari tubular, dan mempunyai akhiran angka yang memberikan
informasi gas pelindung yang diperlukan. Misalnya angka “1” untuk CO2
dan “3″ untuk berpelindung sendiri.
1.4.0. PREHEAT
1.4.1. Alasan Melakukan Preheat.
Preheat atau pemanasan awal
dilakukan untuk mencegah terjadinya retak las. Preheat kadang-kadang juga
diperlukan untuk menghilangkan tegangan sisa (residual stress),
meningkatkan ketangguhan, dan mengendalikan sifat-sifat metalurgi di daerah
HAZ.
Hasil pengelasan kadang-kadang langsung retak begitu pengelasan
selesai dikerjakan. Retak hydrogen disebut juga dengan retak tertunda,
retak dingin atau underbead craking yaitu retak yang sering
terjadi karena preheat tidak tepat atau karena hardenability logam kerja
sangat tinggi. Gambar 100-49, memperlihatkan beberapa penyebab retak, preheat
yang tidak tepat, hardenability plat yang tinggi, dan masalah-masalah lain,
yang menjadi penyebab hampir separuh dari masalah retak las pada pengelasan
struktur.
Gambar 100-49. Penyebab Retak pada Pengelasan Struktur
Retak hydrogen pada umumnya terjadi di daerah HAZ seperti retak
tumit (toe crack) atau underbead crack. Retak hydrogen ini bisa
juga terjadi pada logam las yang memiliki kekuatan tinggi, terutama pada root
pass. Retak-retak ini disebut dengan retak tertunda (delayed crack)
karena terjadi beberapa saat setelah pengelasan selesai. Inspeksi sebaiknya
ditunggu 24 hingga 48 jam apabila retak tertunda mungkin terjadi. Hal ini tidak
terjadi pada pengelasan baja karbon rendah atau baja karbon biasa.
Selama retak hydrogen terjadi, tiga faktor berikut ini pasti ada :
- Hydrogen.
- Tegangan tinggi.
- Kekerasan logam induk sangat tinggi.
Retak hydrogen bisa dihindarkan dengan mengontrol tiga faktor di
atas.
Hydrogen.
Kandungan hydrogen hasil pengelasan berkaitan langsung dengan
jumlah hydrogen yang terdapat selama proses pengelasan, yang diukur sebagai hydrogen
potensial kawat las. Elektroda-elektroda low hydrogen seperti E-7018,
sering digunakan untuk membatasi jumlah hydrogen masuk ke dalam logam las.
Suatu proses pengelasan dikatakan low hydrogen, apabila kandungan hydrogennya
kecil dari 10 ml dari 100 g logam setelah pengelasan.
Panas karena preheating akan membuat hydrogen merembes keluar dari
daerah logam las dengan kecepatan lebih tinggi, dengan demikian mengurangi
kandungan hydrogen berarti mengurangi kemungkinan terjadinya retak hydrogen.
Stress Level.
Tegangan (stress) pada logam las ditentukan oleh kekangan (restrain)
pada sambungan ketika logam las tersebut sudah dingin kemudian mengkerut, dan
juga oleh yield strength logam induk dan logam las. Semakin tinggi kekangan
yang terbentuk pada tegangan tinggi, semakin besar kemungkinan terjadinya
retak.
Dalam usaha untuk mencoba menentukan berapa suhu preheat yang
harus diterapkan, derajat kekangan sambungan perlu diperkirakan. Namun
demikian, kekangan tersebut sulit dihitung, karena ia dipengaruhi oleh ukuran
logam las, geometri sambungan, tebal logam dasar, kelurusan dan desakan luar (external
constrain). Perkiraan besarnya kekangan sering disederhanakan hanya dengan
meninjau tebal sambungan yang akan dilas. Suhu preheat sering dinaikkan apabila
ketebalan bertambah dengan tidak menghiraukan kerumitan dari sambungan yang dilas.
Namun demikian, ada perbedaan signifikan antara butt weld sederhana, pengelasan
nozzle pada pressure vessel, dan sambungan kompleks T-Y-K dengan ring
stiffeners pada anjungan lepas pantai. Semakin besar kekangan sambungan,
semakin besar suhu preheat yang diperlukan.
Kekerasan Baja.
Kepekaan daerah HAZ suatu baja terhadap retak hydrogen tergantung
apakah daerah HAZ tersebut memiliki mikrostruktur yang rentan. Kerentanan
mikrosruktur diukur secara sederhana dari kekerasannya, yaitu jika semakin
tinggi kekerasan maka semakin rentan terhadap retak. Kekerasan HAZ dikontrol
dengan membatasi komposisi kimia baja tersebut dan dengan mengontrol laju
pendinginan setelah pengelasan dengan preheat.
Laju pendinginan setelah pengelasan dipengaruhi oleh besarnya suhu
preheat, dimana suhu preheat yang lebih tinggi menyebabkan pendinginan menjadi
lebih lama dan kekerasan mikrostruktur menjadi lebih rendah. Laju pendinginan
juga dipengaruhi oleh geometri sambungan, besarnya panas masukan dari proses
pengelasan, interpass temperatur dan suhu lingkungan.
Pengaruh komposisi kimia terhadap kekerasan diukur dari sifat
mampu keras (hardenability). Pada laju pendinginan yang diterapkan, baja
dengan sifat mampu keras lebih tinggi akan mempunyai kekerasan HAZ lebih
tinggi. Hardenability dapat diukur berdasarkan carbon equivalent (CE).
CE adalah bilangan yang menggabungkan hardenability berbagai unsur paduan dalam
bentuk ekivalensi-nya, dengan unsur carbon dalam besi. Rumus hardenability
diberikan pada bagian akhir bab ini. Pada Gambar 100-50 terlihat bagaimana
kenaikan hardenability (diukur dengan rumus ekivalen carbon sederhana C + Mn/4)
secara drastis akan memperbesar sensitifitas terhadap retak hydrogen.
Gambar 100-50. Pengaruh Preheat dan Carbon Equivalent terhadap
Retak Panas pada Bead-on Plate Test
Bagaimana Kebutuhan terhadap Preheat Berubah
Baja adalah sebuah logam paduan dengan bahan dasar besi yang
mengandung carbon dan unsur-unsur paduan lain, terutama manggan. Baja
tradisional disebut juga dengan baja carbon biasa (plain carbon steel),
karena ia tidak memiliki paduan tambahan lain diluar bare minimum. Ini
adalah jenis baja yang sangat biasa, terutama digunakan untuk pressure vessel
sederhana, piping, pipe line dan baja struktur.
Pada tahun 1960-an dikembangkan sebuah baja baru yang disebut high
strength low alloy steels atau baja HSLA. Baja ini memiliki kekuatan
lebih besar tanpa perlu heat treatment. Baja ini sekarang sudah lazim
digunakan untuk tujuan yang sama seperti halnya baja karbon biasa. Namun
demikian baja ini memiliki masalah, karena ia memiliki kandungan unsur paduan,
meskipun rendah namun membuatnya menjadi lebih keras sehingga lebih sukar dilas
tanpa retak hydrogen. Baja ini memerlukan suhu preheat lebih tinggi
dibandingkan dengan baja karbon biasa.
Pada awal tahun 1980-an, karena biaya preheat yang tinggi membuat
perusahaan-perusahaan baja membuat baja generasi lain, disebut dengan thermo-mechanically
controlled process steels atau baja TMCP. Ini merupakan nama yang cukup
panjang untuk sebuah gagasan sederhana. Baja-baja TMCP mempunyai unsur karbon
dan unsur paduan lain, yang secara signifikan lebih rendah agar hardenability-nya
lebih rendah. Hilangnya kekuatan dari paduan yang lebih rendah, timbul karena
proses rolling yang canggih di dalam pabrik baja, dimana air dialirkan
secara cepat untuk mendinginkan baja panas tersebut selama rolling, dan
menguncinya dalam bentuk mikrostruktur butiran yang tinggi. Mikrostruktur ini
membuat baja tersebut memiliki kekuatan tambahan yang diperlukan untuk memenuhi
spesifikasi kekuatan.
Baja-baja TMCP memiliki sifat mampu las tinggi karena
hardenability-nya rendah. Ada sedikit perubahan, seperti hilangnya kekuatan di
daerah HAZ apabila panas masukan las cukup tinggi untuk mengendurkan
mikrostruktur butiran, tetapi perubahan ini mendapat perhatian penuh dan
dihadapi dengan memodifikasi proses pembuatan baja dan fabrikasi.
Baja TMCP diusulkan secara intensif untuk proses fabrikasi dimana
baja carbon biasa atau baja HSLA sudah lazim digunakan dahulunya. Baja TMCP
diperkenalkan begitu cepat sehingga teknologi fabrikasi belum dapat mengikuti
zaman. Masalah umum yang dialami oleh fabrikator dalam penggunaan TMCP
(diusulkan untuk menghemat biaya preheat) yaitu spesifikasi pemilik masih
menggunakan aturan preheat berdasarkan baja carbon biasa dan baja HSLA. Apabila
pemilik sudah familiar dan memiliki pengalaman dengan baja-baja TMCP,
penghematan signifikan akan dapat diharapkan karena pengurangan atau pemotongan
drastis dari persyaratan preheat.
1.4.2. Menentukan Preheat Pada Baja Carbon Biasa.
Hardenability dihitung berdasarkan carbon equivalent (CE)
dengan berbagai bentuk sejak awal tahun 1940. Standar yang diakui untuk baja
carbon biasa adalah rumus dari International Institute of Welding, yang
sekarang dikenal sebagai rumus IIW.
CE = C + Mn/6 + (Cr + Mo + V)/5 + (Ni + Cu)/15
Rumus carbon ekivalen IIW sudah dikembangkan pada baja dengan
kandungan carbon tinggi dan tensile strength dari 60-100 ksi. Rumus ini berlaku
untuk kandungan carbon 0,20 % atau lebih. Untuk memastikan sifat mampu las yang
tepat dari baja, carbon ekivalen dibatasi dengan suatu nilai maximun.
Besarnya batasan carbon ekivalen dan hubungannya dengan suhu
preheat diberikan pada Gambar 100-51.
Gambar 100-51. Preheat terhadap Carbon Equivalent berdasarkan
rumus IIW
1.4.3. Menentukan Preheat Pada Baja HSLA dan TMCP
Rumus Pcm.
Preheat terhadap baja HSLA secara tradisional ditentukan dengan
menggunakan rumus IIW. Meskipun demikian, kecenderungan pembuatan baja
baru-baru ini membenarkan pemakaian rumus hardenabilty yang kurang bersifat
membatasi. Rumus IIW tidak boleh digunakan untuk menentukan preheat pada baja
TMCP karena akan menghilangkan keuntungan ekonomis baja tersebut.
Rumus hardenability yang baru dikembangkan pada pertengahan tahun
1960 dan awal tahun 1970, meramalkan secara lebih baik kecenderungan retak
hydrogen baja-baja carbon rendah seperti baja HSLA dan TMCP. Rumus ini disebut
dengan rumus carbon equivalent Pcm.
Pcm = C + Si/30 + (Mn + Cu + Cr)/20 + Ni/60 + Mo/15 + V/10 + 5B
Rumus carbon ekivalen Pcm dikembangkan untuk baja-baja dengan
kandungan carbon rendah dan tensile strength 60-130 ksi. Rumus Pcm ini lebih
tepat dibandingkan dengan rumus carbon eqivalen IIW untuk baja yang memiliki
kandungan carbon kurang dari 0,18 %.
Menentukan preheat berdasarkan Pcm berkaitan dengan masalah
pengukuran atau perkiraan sifat kimia baja, potensi hydrogen selama proses
pengelasan dan besarnya kekangan sambungan.
Batasan Rumus Pcm.
Rumus Pcm dapat diterapkan dalam batasan komposisi kimia berikut
ini:
Unsur Persen berat, wt %
C 0,07 - 0,22
Mn 0,40 - 1,40
Ni 0,0 - 1,20
Mo 0,0 - 0,70
Ti 0,0 - 0,05
B 0,0 - 0,005
Si 0,0 - 0,60
Cu 0,0 - 0,50
Cr 0,0 - 1,20
V 0,0 - 0,12
Nb 0,0 - 0,04
Menentukan suhu preheat yang diperlukan dengan menggunakan metode
Pcm bisa sangat rumit. Banyak pendekatan dari metode IIW bisa dihilangkan
karena kekangan dan potensi hydrogen harus diperkirakan. Sering juga tidak
semua informasi diketahui atau tidak dapat ditentukan. Untuk membuat rumus Pcm
bermanfaat dan untuk menyadari adanya potensi penghematan karena penghapusan
preheat, harus dibuat asumsi-asumsi yang beralasan. Asumsi ini meliputi:
- Tebal benda kerja mulai dari 3/4 – 2 inci.
- Panas masukan mulai dari 17 – 30 kJ/cm
- Kekangan las dari tingkat sedang sampai tinggi (khusus pada
pengelasan struktur)
- Elektroda adalah dari jenis low hydrogen (1,0 – 5,0 ml/100g)
Gambar 100-52 memperlihatkan persyaratan preheat pada baja TMCP.
Gambar 100-52. Persyaratan Preheat Berdasarkan Rumus Rumus Pcm
Rumus Pcm sudah diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan fabrikasi
umum. Sifat kimia dari baja yang dibuat berubah secara cepat. Ketika modifikasi
terhadap komposisi kimia baja HSLA diperkenalkan, korelasi Pcm yang lain sedang
berkembang. Misalnya, boron, vanadium dan niobium adalah unsur-unsur paduan
kuat yang kadang-kadang lebih berpengaruh di dalam rumus Pcm. Meskipun
perkembangan ini berlangsung terus, peningkatan pemakaian baja TMCP menimbulkan
penerimaan luas terhadap rumus Pcm semula, dan hendaknya digunakan untuk
memilih preheat pada baja TMCP teknologi terbaru. Apabila seorang fabrikator
atau pembuat baja menyarankan penggunaan rumus berbeda harus melibatkan para
ahli bahan.
1.4.4. Preheat Pada High Alloy Steels
Chrome-Moly Steels
Paduan-paduan seperti 5 Cr, 7 Cr dan 2-1/4 Cr-1 Mo memiliki
unsur-unsur paduan yang ditambahkan karena alasan selain hardenability dan
kekuatan seketika (immediate strength), untuk memperbesar yieldnya.
Sebagai contoh, chromium ditambahkan supaya tahan terhadap karat, atau Cr dan
Mo ditambahkan untuk daya tahan terhadap penjalaran suhu tinggi. Karena
penambahan paduan tinggi ini memperbesar hardenability, diperlukan preheat
untuk mencegah retak hydrogen dan PWHT untuk menemper daerah HAZ.
Suhu preheat untuk baja-baja paduan tinggi ini ditentukan dari
rumus carbon ekivalen IIW. Rumus Pcm tidak tepat karena kandungan unsur paduan
melebihi batasan korelasi Pcm, yaitu baja terlalu keras supaya Pcm bermanfaat.
Ada kalanya muncul situasi dimana baja chrome-moly atau baja
chromium bisa dilas tanpa perlu diberi PWHT. Misalnya, sebuah furnace tube
bisa dioperasikan dengan suhu cukup tinggi untuk menghindarkan PWHT. Sebuah
prosedur sudah dikembangkan sehingga baja-baja yang akan dilas tidak perlu
diberi PWHT dan tidak terjadi retak hydrogen. Prosedur ini menahan suhu preheat
dalam waktu cukup lama (sekitar satu jam) setelah pengelasan selesai, sehingga
hydrogen yang terdapat di dalam baja bisa merembes keluar.
Apabila PWHT sudah direncanakan tetapi pengelasan baja paduan
rendah mampu keras (hardenable) tiba-tiba dihentikan sebelum pengelasan
selesai, maka suhu preheat harus dipertahankan selama satu jam, sebelum baja
tersebut menjadi dingin sama dengan suhu lingkungan, agar terhindar dari retak
hydrogen tertunda. Apabila penghentian ini hanya sebentar, suhu preheat bisa
dipertahankan sampai pengelasan dilanjutkan kembali. Apabila penghentian ini
memakan waktu lama, dapat dilakukan heat treatment lanjutan (disebut juga
dengan intermediate stress relief atau membuang tegangan lanjutan) pada
benda kerja. Hal ini dilakukan dengan cara menaikkan suhu pengelasan sampai
dalam batas suhu stress relief dalam waktu singkat. Biasanya selama 30
menit pada suhu 1000 hingga 1200oF, diikuti pendinginan lambat
dengan insulasi yang memadai untuk membuang tegangan lanjutan.
Stainless Steel
Austenitic stainless steel seperti Inconel dan seri 300, memiliki sifat tidak mampu keras (non
hardenable). Oleh karena itu logam ini tidak mudah terkena retak hydrogen
tertunda sehingga tidak perlu diberi preheat.
Beberapa ferritic stainless steel (pada umumnya logam yang
memiliki kandungan lebih dari 12 % Cr) dapat menjadi keras dan perlu diberi
preheat. Preheat ditentukan dengan menggunakan rumus IIW.
Casting Iron
Casting iron
atau besi tuang adalah paduan besi-karbon-silikon, agak mirip dengan carbon
steel, tetapi kandungan unsur carbon pada casting iron sangat tinggi sekali,
sehingga carbon akan membentuk grafit ketika pendinginan dari kondisi cair.
Kandungan unsur carbon pada casting iron abu-abu sekitar 2 hingga 4 %,
bandingkan dengan carbon steel yang hanya 0,2 %. Kandungan unsur carbon yang
tinggi ini membuat harga carbon equivalent (CE) menjadi lebih tinggi dari pada
carbon steel. Preheat mutlak diperlukan.
1.4.5. Persyaratan Code dan Perusahaan
Rekomendasi Preheat Perusahaan
Gambar 100-53 mencantumkan ringkasan persyaratan preheat minimum
dari perusahaan Chevron untuk berbagai macam bahan. Perhatikan bahwa preheat
yang direkomendasikan adalah harga minimum yang berdasarkan pada rumus carbon
equivalent IIW, dan keuntungan ekonomisnya karena menghindarkan preheat pada
baja-baja HSLA dan TMCP yang tidak diketahui. Apabila pemakaian baja-baja ini
sudah diketahui terlebih dahulu, maka preheat berdasarkan IIW menjadi sangat
konservatif dan mungkin menimbulkan harga penawaran fabrikasi yang sangat tinggi.
Lihat pasal 1.4.3.
ASME Section VIII
ASME Sect. VIII Boiler and Pressure Vessel Code tidak mencantumkan
persyaratan wajib preheat. Rekomendasi nonmandatory dinyatakan pada
Appendix R. ASME Code menyatakan bahwa kewajiban preheat tidak diperlukan, karena
banyak variable-variabel yang mempengaruhi preheat, seperti dijelaskan pada
awal pasal ini. ASME Section VIII, Sections UCS-56 dan UHA-32, mengizinkan
beberapa pengenduran persyaratan PWHT apabila logam-logam tersebut telah diberi
preheat.
AWS D1.1 Tabel 4.2.
American Welding Society’s Structural Welding Code-Steel (AWS D1.1), Tabel 4.2 merekomendasikan
level preheat minimum berdasarkan kelompok-kelompok kekuatan untuk proses las
low hydrogen dan non-low hydrogen. Level preheat ini berdasarkan pengalaman dan
hanya cocok pada sambungan yang tidak memiliki kekangan “berlebihan” (seperti
dijumpai dari pengalaman). AWS D1.1, Tabel 4.2 paling cocok untuk baja yang
dinormalisasi secara konvensional, yang memiliki carbon equivalent IIW maksimum
0,45.
Beberapa perusahaan menggunakan aturan preheat dalam AWS D1.1,
Tabel 4.2 secara berbeda-beda. Sebagai contoh, pengelasan di bengkel las
terkenal dengan menggunakan material yang biasa dipakai, sering dikerjakan
tanpa ada persyaratan di luar yang disebutkan oleh AWS Tabel 4.2. Pada bengkel
las yang kurang terkenal atau apabila ada mateial baru atau material kritis
difabrikasi, sering perlu preheat yang lebih luas dari yang dipersyaratkan oleh
AWS.
AWS D1.1 Appendix XI.
Preheat minimum dalam AWS D1.1, Tabel 4.2 lebih dari yang
diperlukan pada baja-baja TMCP. AWS D1.1 direvisi pada tahun 1986 untuk
mengetahui cara lain menentukan preheat minimum yang diperlukan guna mencegah
retak hydrogen pada baja TMCP. Revisi tersebut dicantumkan dalam nonmandatory
Appendix XI, “Guideline On Alternative Methods for Determining Preheat.” AWS
D1.1 mengingatkan pengguna terhadap perlunya pertimbangan yang berhati-hati
dari asumsi-asumsi dan pengalaman masa lalu, dalam menggunakan guideline ini.
Appendix ini juga mengharuskan bahwa preheat yang lebih kecil dari yang
disebutkan oleh Tabel 4.2, dimasukkan ke dalam kualifikasi prosedur.
Gambar 100-53. Preheat yang Direkomendasi pada Proses Las SMAW
1.4.6. Cara Lain Menentukan Preheat
Uji Sifat Mampu Las
Ada kalanya korelasi rumus empiris seperti IIW dan Pcm tidak cukup
untuk menentukan suhu preheat. Beberapa test pengelasan telah dikembangkan dan
dapat digunakan untuk menentukan akurasi syarat preheat minimum. Sebagai
contoh, test ini bisa digunakan secara akurat terhadap simulasi kekangan. API
RP 2Z memberikan panduan terhadap penggunaan test kekangan Y-groove dan CTS
untuk menentukan syarat preheat minimum.
Preheat Puaca Dingin
Apabila suhu lingkungan lebih rendah dari titik embun, perlu
dilakukan preheat untuk mencegah retak hidrogen tertunda dan porosity, yang
timbul karena tangkapan air dari permukaan logam selama pengelasan. Pada
umumnya pengelasan tidak dilakukan, apabila suhu benda kerja kecil dari 50oF
tanpa melakukan preheat terlebih dahulu. Apabila suhu lingkungan di bawah 50oF,
benda kerja harus diberi preheat sampai terasa hangat bila disentuh dengan
tangan atau sekitar 100oF.
Apabila temperatur lingkungan di bawah 0oF, diperlukan
prosedur khusus untuk mempertahankan suhu preheat sebelum dan selama proses
pengelasan.
1.4.7. Cara Melakukan Preheat
Luas Bagian yang Akan Diberi Preheat
Keseluruhan benda kerja atau hanya daerah disekitar sambungan saja
bisa diberi preheat. Panas harus diberikan pada bidang yang cukup lebar,
sehingga suhu daerah pengelasan tidak akan turun di bawah syarat preheat
minimum selama pengelasan berlangsung. Pada umumnya, jarak 3 inci dari salah
satu sisi sambungan las sudah cukup memadai untuk preheating lokal pada
pengelasan pipa, pressure vessel dan tangki.
Metode Preheat.
Gas Burner.
Propana atau gas alam banyak digunakan untuk melakukan preheat karena
sederhana dan menghasilkan nyala api yang dapat memanaskan daerah cukup lebar.
Meskipun demikian, alat ini tidak begitu akurat untuk menyediakan panas, oleh
karena itu inspeksi untuk preheat secara seksama harus dilakukan oleh juru las
sebelum mulai mengelas. Inspeksi mengenai preheat akan dibicarakan kemudian.
Pada fabrikasi pressure vessel dan pipa di bengkel-bengkel las,
digunakan gas burner berbentuk ring atau batangan yang dipakai untuk memanaskan
seluruh sambungan tanpa perlu diperhatikan secara terus-menerus oleh operator.
Electric Heaters. Pemanas tahanan listrik sama seperti yang digunakan untuk PWHT
lokal pada pengelasan pipa atau pressure vessel, dapat digunakan untuk
keperluan preheat. Pemanasan dilakukan dengan cara membuat gulungan dua halves
(setengah lingkaran) yang bisa dibuka pada logam las, dan dioperasikan dengan
cara mengecilkan arus untuk tujuan preheat di daerah logam las. Setelah
pengelasan, gulungan dibuka kemudian ditutup dengan insulasi PWHT. Diperlu-kan
alat bantu tambahan untuk mengukur dan mengontrol suhu preheat.
Radiant Heater. Radiant heater merupakan sumber preheat yang handal karena tidak
menimbulkan asap, kelembapan atau hasil-hasil pembakaran lain yang dapat masuk
ke dalam daerah pengelasan. Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan
torch, radiant heater lebih mahal dan tidak praktis. Biaya pemanasan dengan
radiant heater dijadikan alasan untuk melakukan preheating pada pengelasan tube-to-tubesheet,
dimana kondensat dari alat pemanas nyala terbuka, dapat masuk ke dalam
celah-celah dan menimbulkan problem. Radiant heater yang digunakan untuk
preheating bisa secara listrik dengan lampu quartz atau element pemanas
tahanan listrik Ni-Cr. Radiant heater pembakaran gas dengan permukaan
keramik, wire screen, atau batu berpori juga banyak tersedia. Radiant
heater jarang digunakan untuk preheating selain untuk pengelasan tube-end dan
pekerjaan di bengkel-bengkel.
Panas Induksi. Induction heating coil atau panas induksi biasanya digunakan untuk PWHT, tetapi dapat
juga dipakai untuk preheat dengan cara sama seperti gulungan pemanas tahanan (resistance
heating coil). Pemanas induksi harus dimatikan selama pengelasan
berlangsung, karena perubahan medan magnet yang cepat akan berpengaruh terhadap
pengelasan. Gulungan induksi juga akan mempengaruhi sifat magnet permanen pada
logam-logam besi, dan benda kerja perlu di demagnetisasi sebelum pengelasan
dimulai.
1.4.8. Inspeksi Preheat
Retak hydrogen sangat halus dan sulit dideteksi. Karena retak ini
sering tidak terlihat beberapa saat setelah pengelasan selesai, ia bisa saja
hilang apabila inspeksi dilakukan terlalu cepat setelah pengelasan selesai.
Inspeksi harus ditunggu 24 sampai 48 jam apabila retak hydrogen tertunda
menjadi perhatian utama. Waktu tunggu ini tidak perlu apabila benda kerja yang
dilas adalah baja carbon rendah atau baja carbon biasa.
Retak permukaan halus sangat mudah dideteksi dengan magnetic
partikel test, atau dye penetrant test. Retak di bawah permukaan (underbead crack)
hanya dapat dideteksi dengan ultrasonic test. Radiography tidak efektif untuk
mencari retak halus karena masalah geometri (lihat Bab 5 untuk pembahasan
lengkap mengenai prosedur inspeksi).
Pada pekerjaan-pekerjaan dimana pengelasan dilakukan dalam skala
besar seperti fabrikasi anjungan lepas pantai, jadi beralasan untuk mulai
melakukan inspeksi retak hydrogen dengan frekwensi tinggi, kemudian baru
melakukan inspeksi untuk tujuan pemeliharaan setelah pihak fabrikator memiliki
bukti bahwa prosedurnya menghasilkan pengelasan yang bebas retak.
Beberapa sambungan las lebih mudah terkena retak dibandingkan
dengan bagian lain. Harus ada perhatian khusus untuk melakukan pengelasan
dengan panas masukan rendah, terutama saat membuat tack weld. Inspeksi
terhadap pengelasan kait penahan temporary scaffolding sering
terabaikan. Las perbaikan dan gouging harus mendapat perhatian seksama
karena mereka dapat diluar usaha produktif preheating
Pengukuran Temperatur
Pengukuran suhu benda kerja dengan tepat adalah bagian penting
dari preheat. Besarnya suhu dapat ditentukan dengan menggunakan crayon
untuk mengukur suhu preheat. Cara lain yaitu dengan menggunakan cat dan pellet
yang bisa berubah warna atau mencair pada suhu tertentu. Thermometer kontak dan
thermocouple bisa dipergunakan. Meludahkan merupakan petunjuk yang baik
untuk suhu sekitar 200oF. Permukaan yang hangat bila disentuh dengan
tangan mempunyai suhu sekitar 100oF.
1.4.9. Kontrol Interpass Temperatur Dan Line Heating
Kontrol Interpass Temperatur
Ketelitian berkenaan dengan preheating dilakukan dengan cara
mengontrol interpass temperature, yaitu menjaga suhu benda kerja dalam
batasan suhu preheat yang tepat selama melakukan pengelasan yang
berlapis-lapis. Penting sekali menjaga suhu interpass cukup tinggi untuk
mencegah retak hydrogen tertunda, dan juga untuk mendapatkan keuntungan preheat
lainnya. Pada umumnya, panas masukan dari proses pengelasan tidak cukup besar
untuk mempertahankan suhu preheat secara tepat, sehingga perlu pemanas tambahan
lain. Meskipun demikian, interval waktu yang singkat atau memberi jarak juru
las dengan berhati-hati, seperti pada pengelasan pipa dengan SMAW, dapat
memberi panas masukan yang cukup untuk menjaga suhu preheat dalam batasan yang
dapat diterima.
Suhu interpass yang terlalu tinggi dapat menimbulkan perubahan
mikrostruktur yang tidak diinginkan, dan juga menurunkan kekerasan. Hal ini
dapat terjadi pada pengelasan pipa dengan lapisan banyak, yang dikerjakan
dengan proses las SMAW otomatis. Panas masukan yang tinggi akan menaikkan suhu
benda kerja sampai pada level tinggi yang tidak diinginkan, sehingga pengelasan
perlu dihentikan untuk mendinginkan benda kerja tersebut. Interpass temperature
jarang mendapat perhatian seperti halnya preheat.
Line Heating
Fabrikator kadang-kadang menggunakan obor pemanas (heating
torch) untuk pemanasan logam secara lokal, guna memperbaiki distorsi atau
bila ingin melengkungkan logam tersebut sesuai dengan keperluan, dengan
pengaruh upsetting lokal nyala api. Proses ini disebut flame
straightening atau line heating. Hal seperti ini sering dilakukan
pada fabrikasi kapal dan anjungan lepas pantai. Prosedurnya harus dikualifikasi
terlebih dahulu, karena ada kemungkinan pemanasan permukaan logam tersebut
melebihi temperatur kritisnya. Kondisi ini menimbulkan pemanasan lokal pada
saat pendinginan, yang tidak diperbolehkan dalam banyak pemakaian, apabila
retak karena faktor lingkungan bisa terjadi pada daerah yang keras. Permukaan
bisa juga menjadi keras karena karburisasi apabila karakteristik nyala api salah.
1.5.0. HEAT TREATMENT
1.5.1. Postweld Heat Treatment
Beberapa perlakuan panas (heat treatment) dapat diterapkan
setelah pekerjaan pengelasan selesai. Perlakuan panas paska las sering
dilaksanakan untuk tujuan menghilangkan tegangan sisa. ASME Boiler Pressure
Vessel Code menyebut perlakuan panas paska las dengan postweld heat
treatment (PWHT), dimana istilah ini lebih disukai pada pengelasan pressure
vessel dan kontruksi pipa. PWHT kadang-kadang disebut juga dengan membuang
tegangan (stress relief) dan bisa juga disebut dengan tempering.
PWHT bisa diterapkan pada seluruh pengelasan atau hanya setempat.
PWHT dilakukan karena alasan seperti berikut ini:
1. Mengurangi tegangan sisa (residual stress).
2. Mengurangi kekerasan di daerah pengelasan dan daerah HAZ
3. Meningkatkan ketangguhan (toughness).
4. Mengeluarkan hydrogen dari logam las.
5. Menghindarkan kerja dingin dari logam las.
6. Meningkatkan keuletan (ductility).
7. Meningkatkan daya tahan terhadap retak karena faktor lingkungan
(environmental cracking) dan serangan karat.
8. Meningkatkan stabilitas dimensional selama machining.
Alternatif lain PWHT dibahas pada pasal 1.5.2. Perlakuan panas
suhu tinggi lain, termasuk annealing, normalizing, dan quenching
dibicarakan pada pasal 1.5.3.
PWHT diharuskan oleh ASME Boiler and Pressure Vessel Code,
ANSI/ASME B31 Code for Pressure Piping atau oleh spesifikasi-spesifikasi
perusahaan. Hal ini berdasarkan pada material, tebal, syarat-syarat ketangguhan
dan tujuan akhir pemakaian. Petunjuk perusahaan terhadap PWHT mengikuti
aturan-aturan yang ditetapkan oleh code sebagai syarat minimum dan
syarat tambahan, dimana pengalaman pemakaian menunjukkan kebutuhan yang lebih
konservatif.
Gambar 100-54 memberikan ringkasan persyaratan ASME Pressure
Vessel Code, ANSI Piping Code dan spesifikasi perusahaan Chevron untuk preheat
dan PWHT. Gambar 100-55 memberikan ringkasan spesifikasi perusahaan Chevron
untuk semua heat treatment (PWHT, annealing, normalizing dan hardening) dari
berbagai bahan.
Gambar 100-54. Persyaratan Preheat dan PWHT Berdasarkan ASME
Pressure Vessel Codes, ANSI Piping Code dan Spesifikasi Perusahaan Chevron
Gambar 100-55. Spesifikasi Waktu, dan Suhu Heat Treatment
Perusahaan Chevron
Mengontrol Retak Karena Faktor Lingkungan
Retak karena faktor lingkungan seperti retak tegangan karat (stress
corrosion cracking) dan retak tegangan sulfida (sulfida stress cracking)
selalu menjadi perhatian pada kilang-kilang minyak, pabrik kimia dan
lokasi-lokasi produksi. Salah satu cara efektif untuk mencegah retak ini yaitu
dengan memberi perlakuan panas pada logam. Pada Gambar 100-56 dicantumkan
ringkasan persyaratan PWHT dari perusahaan Chevron terhadap berbagai kondisi
lingkungan.
Kerusakan karena penggetasan hydrogen seperti retak tegangan
sulfida dan retak tegangan karat berhubungan dengan masalah kekuatan dan
kekerasan bahan, sehingga retak ini bisa juga dicegah dengan mengontrol
kekerasan logam las dan menghindarkan logam dasar yang memiliki carbon
equivalent tinggi.
Bahan-bahan carbon steel clad dengan austenitic
stainless steel sering tidak diberi perlakuan panas karena clad
memiliki koefisien muai panas sangat besar. Hasil perlakuan panas terhadap
tegangan diusulkan lagi ketika bahan-bahan clad menjadi dingin dari suhu heat
treatment.
Solid stainless steel vessel boleh diberi perlakuan panas dan
boleh juga tidak. Vessel untuk pemakaian kimia sering tidak diberi heat
treatment karena dapat menimbulkan sensitization, yang pada akhirnya
menghasilkan serangan antar butir.
Pipa dan vessel terbuat dari stainless steel tidak stabil, hampir
tidak pernah diberi heat treatment karena ada resiko sensitization.
Pipa-pipa stainless steel stabil umumnya diberi heat treatment
untuk mencegah retak chloride external. Khlorida bisa datang dari
lingkungan pantai, plant washdown, air pemadam kebakaran, atau dari
insulasi. Beberapa retak hanya terjadi sekali-kali. Dengan demikian, praktek
umumnya adalah untuk mendapatkan perlindungan apa yang bisa dicapai dengan
mudah. Pada umumnya, pipa-pipa stainless steel NPS 2 atau lebih, diberi
perlakuan panas sedangkan yang lebih kecil tidak. Perlakuan panas terhadap pipa
NPS 2 atau lebih, secara kasar akan mengurangi 80 % bahaya, dari 20 % biaya
yang dikeluarkan untuk menyediakan heat treatment terhadap semua pipa.
Perlakuan panas menghindarkan masalah pelengkungan dan oksidasi pada
valve-valve kecil.
Alasan PWHT
PWHT terutama bertujuan untuk memperkecil tegangan sisa yang
terdapat pada pengelasan. Tegangan sisa timbul karena pengkerutan logam las dan
kerja dingin. Heat treatment dengan suhu lebih tinggi, seperti annealing
atau normalizing, juga mengurangi tegangan sisa, tetapi metode membuang
tegangan ini biasanya bukan merupakan alasan utama.
Apabila ada benda kerja yang dimesinasi (machining) dengan
toleransi ketat setelah pengelasan, PWHT bisa memperkecil terjadinya perubahan
dimensi dan distorsi selama proses mesinasi. PWHT juga dilakukan untuk
mengurangi kerentanan terhadap retak tegangan karat (stress corrosion
cracking), dan secara umum bisa meningkatkan daya tahan terhadap karat.
Gambar 100-56. Persyaratan PWHT Perusahaan Chevron
Benda–benda yang mengalami kerja dingin seperti shell dan head
plates pada vessel, atau belokan-belokan pipa dan tubing pada alat
penukar panas, sering membutuhkan heat treatment. Menghilangkan tegangan pada
logam yang mengalami kerja dingin (cold work), akan meningkatkan
stabilitas dimensional, daya tahan terhadap patah getas, dan daya tahan
terhadap retak tegangan karat dan serangan karat. ASME Section VIII, Division 1
pada umumnya mensyaratkan perlunya heat treatment setelah pembentukan dingin,
bila perpanjangan serat ekstrim plat carbon dan plat baja paduan rendah lebih
dari 5 %, dan persyaratan tertentu lainnya (misalnya lethal service,
impact testing, tebal lebih dari 5/8 inci, pengurangan ketebalan sebesar
10%, dan membentuk suhu yang menyebabkan strain aging). Section UCS-79
menjelaskan syarat-syarat pembentukan shell dan head, dan rumus
untuk menghitung perpanjangan serat ekstrim.
PWHT juga menemper dan melunakkan daerah pengelasan dan
daerah HAZ, yang menjadi keras karena pengaruh pendinginan cepat, yang berasal
dari suhu tinggi. Pada baja chrome-moly dan baja diperkeras lainnya, tempering
ini merupakan fungsi paling penting di dalam PWHT. Tempering mengurangi
kekerasan dan kekuatan, juga meningkatkan ductility dan toughness.
Keuntungan perlakuan panas dari pembuangan tegangan dan tempering adalah
meningkatnya daya tahan terhadap retak tegangan sulfida dan penggetasan
hydrogen.
Beberapa struktur bisa memiliki ukuran terlalu besar untuk diberi
heat treatment. Sering lebih praktis memfabrikasi komponen yang memiliki
tegangan tinggi dalam bentuk sub-asemblies, kemudian baru diberi PWHT
untuk mengurangi residual stress dan memperkecil resiko patah getas. Contoh
struktur yang dirakit dilapangan, dan berasal dari sub-assemblies yang
difabrikasi di bengkel las dan diberi PWHT, adalah bukaan (misalnya manways
dan cleanout doors) pada shell plate lantai tangki. Contoh lain adalah
pemasangan column-to-shell pada tangki bola berukuran besar. Pendekatan
ini juga telah digunakan pada komponen-komponen kritis dari bangunan besar dan
jembatan-jembatan.
Perhatian terhadap Suhu PWHT yang Rendah.
Suhu dan waktu harus dipertimbangkan dalam pemilihan prosedur
PWHT. Pada bahan-bahan tertentu, dapat diterapkan suhu lebih rendah apabila holding
time dinaikkan. Section UCS-56 ASME Section VIII menspesifikasikan holding
time minimum untuk mengurangi suhu penahanan normal pada carbon steel dan
baja-baja paduan rendah.
Penurunan suhu di bawah Holding time minimum
holding temperature normal, oF dengan suhu diturunkan
hr/in. dari ketebalan
50 5
100 4
150 10*
200 20*
* Hanya untuk material P-No.1, Group No.1 dan 2 (misalnya A285 Gr
C dan A516 Gr 70).
Meskipun kompensasi waktu dan suhu diperbolehkan, tingkat tegangan
sisa pada pengelasan setelah 20 jam pada 900oF masih lebih besar
dari pada setelah satu jam dengan suhu 1100oF. Pengurangan tegangan
sisa pada waktu berbeda dengan waktu untuk satu baja carbon-mangan diberikan
pada Gambar 100-57. Karena carbon steel bersifat ulet, suhu PWHT rendah ini
dapat diterima meskipun keuntungan pembuangan tegangan berkurang. Suhu lebih
rendah tidak diperbolehkan jika melakukan PWHT untuk menemper bagian
yang keras di daerah pengelasan atau daerah HAZ, guna menghindarkan retak getas
hydrogen, atau retak tegangan sulfida.
Gambar 100-57. Pengaruh Suhu dan Waktu pada Pembuangan Tegangan
Sisa Baja Carbon-Mangan
Pada baja chrome-moly, ada sedikit pengenduran (relaxation)
tegangan pada suhu perlakuan panas yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena
kekuatan penjalaran (creep strength) baja tersebut tinggi, sehingga
menahan pengenduran dan kestabilan chromium, dan juga karbid molybdenum akan
menahan tempering. Ini berguna supaya temper pengelasan chrome-moly terhadap
level kekerasan diperbolehkan pada pressure vessel dan pipa, prosedur
membutuhkan heat treatment pada batasan suhu 1300-1400oF, minimal
selama 2 jam. Heat treatment ini dirancang untuk mengurangi kekerasan dan
tensile strength daerah pengelasan dan daerah HAZ di bawah 215 Brinnel dan 100
ksi.
Tabel pada Gambar 100-58 memperlihatkan besaran waktu dalam
berbagai suhu, untuk menghasilkan derajat tempering yang sama pada baja 2-1/4
Cr-1 Mo. Perlakuan panas terhadap material ini pada suhu kurang dari 1250oF
(suhu minimum yang dipersyaratkan oleh code), sangat tidak memuaskan. Sebagai
catatan diperlukan pemaparan sekitar 1 tahun (10.000 jam) pada suhu 1050oF
untuk memperoleh suhu yang setara dengan 1325oF.
Gambar 100-58. Ekivalensi Suhu dan Waktu Tempering pada 2-1/4 Cr-1
Mo Steel
Suhu tempering terhadap baja-baja mampu keras sangat
penting, karena apabila baja ini ditinggalkan sewaktu dilas, atau diberi PWHT
dengan suhu terlalu rendah untuk mendapatkan tempering yang cukup, daerah
pengelasan akan mengalami pelunakan yang tidak memadai, dengan tingkat kepekaan
terhadap retak getas dan kegagalan penggetasan hydrogen seperti retak tegangan
sulfida (SSC).
Pada pengelasan antara dua material berbeda, suhu heat treatment
yang tepat biasanya adalah suhu lebih tinggi yang diperlukan diantara kedua
material. Namun demikian beberapa kombinasi, seperti stainless steel 1-1/4
Cr-1/2 Mo atau baja C-1/2 Mo, harus dipertimbangkan secara terpisah karena ada
resiko overheating atau kehilangan daya tahan terhadap korosi pada salah
satu material.
Laju Pemanasan dan Pendinginan pada PWHT
Laju pemanasan dan pendinginan baja selama PWHT mempunyai sedikit
arti metalurgi. Meskipun demikian baja harus mendapat pemanasan atau
pendinginan cukup perlahan untuk menghindarkan gradien suhu yang tinggi, karena
bisa menyebabkan distorsi dan mempengaruhi tegangan tinggi. ASME membatasi laju
pemanasan dan pendinginan sebagai berikut:
1. Pemanasan pada suhu di atas 800oF
dibatasi sampai 400oF per inci ketebalan per jam, tetapi tidak lebih
dari 450oF per jam.
2. Selama pemanasan di atas 800oF perubahan suhu
maximum adalah 250oF dalam interval 15-ft
3. Selama waktu penahanan, beda suhu tertinggi dan terendah
dibatasi 150oF.
4. Pendinginan di atas 800oF dibatasi pada 500oF
per inci ketebalan per jam tetapi tidak lebih dari 500oF per jam.
ANSI/ASME B31.3 tidak membatasi laju pemanasan maupun pendinginan,
karena perubahan bentuk tidak menjadi masalah pada sambungan pipa, karena
simetri dan fleksibelitasnya. Hal ini diperbolehkan pada pipa yang diberi PWHT
setempat disekeliling sambungan, tetapi apabila spool yang rumit hendak
diberi heat treatment dalam dapur pemanas (furnace), harus ada
pertimbangan untuk mengontrol gradient suhu guna menghindarkan terjadinya
distorsi.
Pita Pembalut PWHT Lokal pada Pengelasan Pipa
Meskipun PWHT lokal disekeliling pengelasan pipa sering dilakukan
dilapangan, PWHT terhadap seluruh rakitan pipa dalam dapur pemanas akan
menghasilkan tegangan sisa paling rendah, karena tegangan pembengkokan ekspansi
thermal tidak terpengaruh selama heat treatment. Untuk tujuan perlindungan
lingkungan, dimana diperlukan tegangan sisa rendah dan pemakaian dapur pemanas
tidak praktis, pita pembalut untuk PWHT lokal bisa lebih tepat untuk mengontrol
guna memperoleh hasil yang lebih baik.
Dari penelitian diperoleh rekomendasi seperti di bawah berikut,
untuk memperoleh pengurangan tegangan sisa maksimum, selama PWHT lokal carbon
steel pengelasan pipa datar.
1. Suhu minimum pita berbagai pipa dengan tebal
1/2 inci atau kurang diberikan pada Gambar 100-59. Pita minimum untuk semua
ukuran dan ketebalan pipa dapat dihitung sebagai berikut:
BW = 2 x { [2,06 x (R x t)1/2] + 1}
Dimana : BW = Band width
t = Tebal pipa
R = Jari-jari tengah dinding.
Gambar 100-59. Lebar Pita Pemanas Minimum dan Jumlah Thermocouple
yang Dibutuhkan, untuk PWHT Lokal pada Pipa dengan Tebal ½ inch atau Kurang,
pada Posisi Horizontal.
2. Untuk mengontrol suhu PWHT pada pengelasan
pipa ukuran 12 inci atau lebih, disarankan ada dua daerah pemanasan, yaitu
dengan cara meletakkan thermocouple pada posisi jam 12 dan jam 6. Pada
pemanasan tunggal, thermocouple diletakkan pada posisi jam 12. Thermocouple
harus diletakkan ditengah las-lasan dan tidak boleh diinsulasi dari tahanan
pemanas. Lihat Gambar 100-60 dan Gambar 100-61, untuk lokasi peletakan
thermocouple, pita pemanas dan insulasi pipa las.
3. Bacaan thermocouple harus digunakan untuk memonitor suhu. Untuk
pipa 12 inci atau kurang, paling sedikit gunakan satu thermocouple. Untuk pipa
lebih dari 12 inci, dua thermocouple. Thermocouple harus diletakkan 90 derajat
dari kontrol thermocouple di tengah las-lasan dan juga tidak boleh diinsulasi
dari resistance-heater.
4. Gunakan nichrome resistance-heating pad
dengan pita keramik. Pasang pemanas tahanan sehingga terpusatkan ditengah las-lasan
sehingga memiliki kontak bagus dengan permukaan. Bila mengelas pipa dengan
flange, flange harus dililit dengan resistance-heater untuk kompensasi material
yang tebal.
5. Insulasi dengan bahan serat keramik dua inci
harus menutupi resistance-heater dan pipa berdekatan, minimum 9 inci dari
masing-masing pinggiran heater. Baik insulasi satu lapis dua inci ataupun dua
lapis satu inci dapat dipakai, tetapi insulasi dua lapis satu inci pada umumnya
mempunyai heat losses lebih rendah. Pada pipa-pipa terbuka dimana bagian
dalamnya bisa dijangkau, panjang dan tebal insulasi (termasuk lebar heater dan
9 inci dari masing-masing sisi) harus digunakan dalam pipa. Pada pengelasan
pipa dengan flange, flange harus ditutup sempurna dengan insulasi pada bagian
luar dan bagian dalam berlawanan arah dengan pemanas flange dan pipa dan lebih
dari 9 inch.
Gambar 100-60. Pita Pemanas dan Insulasi pada Pengelasan Pipa
Gambar 100-61. Lokasi Thermocouple Pengendali dan Pemantau pada
pengelasan Pipa
6. Lakukan PWHT semua FCC main fractionator
over head piping dengan suhu 1150oF sampai dengan 1250oF
selama satu jam/inci tetapi tidak kurang dari 1 jam. Suhu yang sedikit lebih
tinggi akan membantu mengurangi tegangan sisa selanjutnya dan efektif dengan
insulasi pemanas yang lebih lebar dan lebih baik.
Pengukuran dan Persyaratan Kekerasan
Pengukuran kekerasan (hardness) umumnya digunakan untuk
menentukan efektifitas PWHT terhadap bagian-bagian baja dan equipment. Karena
alasan ini, ANSI/ASME B31 mensyaratkan pengukuran kekerasan berdasarkan pada
porsi yang mewakili pengelasan struktur sebenarnya. Persyaratan ini diterapkan
pada pengukuran logam las, bukan daerah HAZ atau yang lainnya.
Mengukur kekerasan biasanya dikerjakan di lapangan dengan portable
Brinell hardness tester seperti Telebrineller. Telebrineller sangat
luas pemakaiannya karena sederhana dalam pengoperasian, akurasi lumayan dan
sangat mudah dibawa. Batas kekerasan logam las dari perusahaan Chevron adalah
seperti berikut:
Carbon steel 200 BHN Max.
Carbon-moly steel 215 BHN Max.
Chrome-moly steel 215 BHN Max.
12-Chrome steel 235 BHN Max.
Kekerasan ini lebih rendah sedikit dari pada Tabel 331.3.1
ANSI/ASME B31.3 lihat Gambar 100-54. Hal ini untuk menjamin kekerasan lebih
rendah dari batas ambang retak tegangan sulfida pada pemakaian asam basah (wet
sour service).
Disamping test kekerasan lapangan dilakukan pada struktur
sebenarnya untuk menentukan kekerasan deposit rata-rata logam las, pengukuran
kekerasan kadang-kadang perlu dilakukan pada tets plate selama prosedur
kualifikasi test. Pengujian ini disebut dengan microhardness, menggantikan
kekerasan rata-rata yang dihasilkan oleh Brinell tester.
Vicker test memiliki hasil pengukuran kekerasan lebih akurat, yang
digunakan untuk pemakaian seperti sour service. Vicker test menggunakan
skala berbeda dengan Brinell test. Pengujian ini dilakukan pada tampang lintang
pengelasan, dan kekerasan pada logam las dan daerah HAZ diperiksa pada
lokasi-lokasi yang ditentukan (misalnya jarak tertentu di bawah permukaan las).
Persyaratan sour service yang telah digunakan pada aplikasi pipeline,
menspesifikasikan harga maximum Vicker hardness adalah 250 (VHN) dengan
menggunakan beban 5 kilogram. Pengujian dilakukan pada logam las dan daerah HAZ
pada jarak 2 mm di bawah permukaan dalam dan luar bahan.
PWHT Stainless Steel dan Clad Plate
Baja tahan karat austenitic chrome-nickel (seri 300) diberi heat
treatment untuk meningkatkan daya tahan terhadap retak tegangan karat, yaitu
dengan memperkecil tegangan sisa dari pengelasan atau kerja dingin (cold
forming). Supaya efektif, temperatur harus cukup tinggi untuk mengurangi
tegangan hingga kurang dari seperempat yield strength. Heat treatment pada suhu
1100-1200oF terlalu rendah untuk mengurangi tegangan sisa yang
memadai, dan pengendapan karbit atau pemekaan (sensitization) bisa
terjadi. Sensitization bisa mengurangi daya tahan terhadap karat antar butiran,
tetapi carbon rendah atau stainless steel stabil, akan menahan sensitization
selama heat treatment dalam periode singkat. Suhu membuang tegangan yang
direkomendasikan untuk stainless steel, adalah 1550-1650oF untuk
semua grade. Logam las tipe 316L bisa rentan terhadap penggetasan sigma
phase ketika dingin dari 1550oF, dan untuk alasan ini suhu
menghilangkan tegangan adalah 1200-1250oF. Namun demikian batasan
suhu ini tidak akan menghilangkan tegangan sisa secara memadai, untuk
menghindarkan retak tegangan karat (stress corrosion cracking). Apabila
terdapat kondisi retak karat tegangan, maka kehilangan sedikit ductility dari
penggetasan sigma phase merupakan masalah kecil dan pembuangan tegangan
normal pada suhu 1550-1650oF harus diterapkan untuk tipe 316L.
Persyaratan PWHT untuk pressure vessel yang terbuat dari stainless
steel clad plate, ditentukan oleh jenis dan tebal backing plate.
Batasan suhu heat treatment dari 1100 sampai dengan 1400oF pada baja
vessel, akan menurunkan daya tahan terhadap karat antar butir pada beberapa
grade stainless steel. Karena alasan ini, pengaruh pengelasan dan heat
treatment harus dipertimbangkan di dalam memilih stainless steel clad
equipment. Solusi terbaiknya yaitu dengan menggunakan stainless steel carbon
rendah atau stabilized grade yang distabilkan pada cladding.
Tujuan PWHT clad vessel yaitu untuk memanaskan backing material
dan bukan cladding. Cladding memiliki tegangan sisa lebih tinggi, karena ada
perbedaan besar pada koefisien ekspansi thermal antara carbon steel austenitic
dan carbon steel. Apabila clad plate dipanaskan, stainless steel cladding
mencoba untuk memuai lebih jauh dari steel backing, tetapi tidak berhasil, jadi
yieldnya mengalami tekanan. Apabila clad plate mendingin ke suhu lingkungan,
cladding mencoba untuk mengerut lebih banyak dari pada steel backing, tetapi
lagi-lagi tertahan. Hasilnya, cladding berakhir dengan tegangan tarik sisa
hampir sebesar seperti kondisi yang dilaskan.
PWHT untuk Paduan Nonferrous
Paduan nonferrous bisa diberi heat treatment, untuk mengurangi
tegangan sisa yang berasal dari pengelasan atau cold forming, supaya dapat
memperbesar daya tahan terhadap karat atau stress corrosion cracking.
Heat treatment suhu rendah sering disebut penyamaan tegangan (stress
equalization). Pada suhu rendah ini, tidak banyak terjadi pelunakan
sehingga tidak banyak penurunan tegangan sisa. Supaya benar-benar efektif, heat
treatment harus menggunakan suhu yang mendekati seperti pada anealing. Paduan
alumunium dipanaskan sekitar 650oF. Paduan tembaga dipanaskan pada
suhu 400-700oF. Paduan nikel diberi panas dengan suhu 1000-1500oF.
1.5.2. Alternatif PWHT
Cara lain kadang-kadang digunakan untuk mengurangi tegangan atau
untuk tujuan meningkatkan sifat-sifat pengelasan menggantikan heat treatment
konvensional. Metode yang paling sering digunakan yaitu preheat suhu tinggi, menemper
bead las-lasan, pemukulan (peening) dan vibrational stress relief.
Cara-cara ini tidak boleh dilakukan apabila akan mengurangi kerentanan terhadap
retak karena faktor lingkungan seperti retak tegangan karat dan retak tegangan
sulfida, adalah merupakan alasan untuk membuang tegangan.
Batasan
Apabila metode membuang tegangan alternatif ini memiliki berbagai
nilai, masing-masing cara tersebut harus dipahami supaya dapat menghindarkan
bahaya integritas pengelasan. Peening akan mengurangi distorsi, tetapi
tidak akan menurunkan tegangan sisa di bawah batas ambang untuk retak tegangan
karat, dan tidak akan menemper daerah HAZ yang berasal dari bahan mampu keras.
Peening bisa juga mengurangi impact toughness las-lasan bila diterapkan
secara tidak tepat. Preheat dengan suhu lebih tinggi akan mengurangi tegangan
sisa, tetapi dibatasi oleh National Board Inspection Code dan API 510 untuk
baja carbon dan baja carbon-moly saja. Meskipun menemper bead adalah
usaha untuk memisahkan daerah toughness rendah dengan bahan yang memiliki
toughness lebih tinggi, metode ini tidak memberikan satupun keuntungan lain
dari pembuangan tegangan panas, seperti mengurangi tegangan sisa dan tempering
daerah HAZ sampai pada tingkat yang diperbolehkan. Vibrational stress relief
tidak diperbolehkan oleh code menggantikan pembuangan tegangan panas pada
pressure vessel dan pipa bertekanan, dan ia tidak akan mengurangi kekerasan di
daerah HAZ untuk mencegah stress corrosion cracking.
Preheat Suhu Lebih Tinggi
Preheat dengan suhu lebih tinggi akan membantu mengurangi tegangan
sisa dari pengelasan. Teknik ini diakui oleh National Board Inspection Code dan
API 510 sebagai PWHT cara lain untuk memperbaiki carbon steel dan carbon-moly
steel. Daerah pengelasan dan logam dasar dengan jarak empat kali tebal plat
(minimum 4 inci) pada masing-masing sisi sambungan, perlu diberi preheat
minimum 300oF dan suhu tersebut dipertahankan selama pengelasan.
Suhu interpass maximum dibatasi 450oF. Karakteristik ketangguhan
pada kondisi seperti yang dilaskan (as- welded condition) harus
ditentukan dengan tepat selama pengerjaan dan suhu test pressure.
Temper Alur Las.
Menemper bead las adalah teknik
yang dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan terhadap retak getas suhu
rendah, pada pengelasan yang tidak praktis jika diberi preheat. Hal ini juga
diakui oleh National Board Inspection Code dan API 510 sebagai pengganti PWHT,
yang dapat diterima untuk memperbaiki baja-baja carbon, carbon-moly dan
mangan-moly. Teknik ini menggerinda tipis lapisan las pertama dan menjaganya
tetap kecil pada filler pass, sehingga setiap lapisan mendapat heat
treatment dan menghaluskan lebih banyak mikrostruktur di bawahnya. Metode ini
berdasarkan pengujian yang telah memperlihatkan, bahwa terdapat pita sempit
pada setiap pengelasan daerah HAZ yang dipanaskan, untuk menghilangkan tegangan
optimal atau menormalkan suhu dari lapisan las berdekatan. Dengan teknik ini,
apabila terdapat banyak lapisan tipis pada pengelasan, ada sejumlah besar
daerah dengan sifat mekanis yang baik. Lapisan terakhir harus dibuat dengan
lapisan las terakhir terletak ditengah.
Peening
Peening atau pemukulan dengan
martil tidak bisa digantikan dengan heat treatment atau bila pembuangan
tegangan panas diperlukan untuk melunakkan pengelasan yang keras dan daerah HAZ
guna mencegah retak getas hydrogen atau retak tegangan sulfida.
Peening bermanfaat untuk mengurangi tegangan susut transversal,
yang akan menimbulkan distorsi atau retak pada bagian yang lebih tebal, atau
pada vessel. Penyusutan logam las terjadi selama tahap pembekuan dan
pendinginan suhu pengelasan. Pemukulan dilakukan dengan cara deformasi plastis
(cold working) permukaan logam las. Lapisan logam las yang berikutnya
akan menghilangkan pekerjaan dingin dari lapisan sebelumnya. Peening pada
umumnya dilakukan pada pengelasan baja carbon dan baja paduan rendah, meskipun
telah diterapkan juga pada baja stainless dan baja paduan nickel tinggi.
Peening digunakan untuk memperbaiki hasil pengelasan besi tuang dan besi tempa
tebal, dan juga hasil pengelasan nozzle atau penguat (patches) vessel
dinding tebal.
Pneumatic chipping gun ukuran menengah dan besar dengan alat round-nose digunakan
untuk melakukan deformasi plastis logam las. Akan terjadi lekukan-lekukan dan
serpihan-serpihan pada permukaan las, akan tetapi hal ini tidak menjadi
masalah, karena permukaan itu akan meleleh kembali oleh lapisan berikutnya.
Lapisan las pertama tidak boleh dipukul karena ada resiko retak terhadap logam
las yang tipis. Lapisan terakhir juga tidak boleh dipukul-pukul, karena sifat
yang buruk dari lapisan kerja dingin. Pemukulan baru boleh dilakukan setelah
logam las menjadi dingin sampai ke suhu preheat atau interpass temperatur.
Suatu cara untuk menentukan apakah hasil pengelasan sudah
dipukul-pukul dengan tepat, yaitu dengan cara memberi dua buah tanda (punch-mark)
melintasi sambungan las dan diberi jarak sepanjang jalur las. Setelah setiap
lapisan las, peening harus dilakukan sampai jarak punch mark
kembali ke ukuran semula kemudian diukur dengan pointed divider. Setelah
lapisan las didepositkan kemudian dipukul-pukul, jaraknya harus berkurang
sampai kecil dari 1/32 inci. Apabila tebal pengelasan lebih dari satu inci,
pengaruh penyusutan dan pemukulan sudah berkurang efeknya terhadap jarak
punch-mark. Apabila pemukulan sebelumnya dapat menjaga jarak punch-mark, maka
derajat peening yang sama harus digunakan untuk keseimbangan pengelasan.
Cara lain untuk mengontrol peening yaitu dengan memukul-mukul sampai
riak-riak pengelasan menjadi halus kemudian berhenti. Hal ini akan memberikan
hasil pemukulan yang tepat sehingga mencegah pemukulan secara berlebihan.
Pembuang Tegangan Getar
Pembuang tegangan getar atau vibrational stress relief
adalah suatu cara untuk mengimbangi frekwensi resonansi benda kerja dengan
menggunakan sebuah motor vibrator frekwensi rendah, guna mendapatkan
pengenduran tegangan atau pendistribusian kembali tegangan puncak. Benda kerja
harus diisolasi dan bebas bergerak pada rubber mount. Keberhasilan
aplikasi proses ini telah mengurangi distorsi pada pengelasan-pengelasan yang
komplek selama dimesinasi. Keuntungan lain adalah tidak didokumentasi dan lebih
kontroversial.
1.5.3. Heat Treatment Cara Lain
Annealing
Annealing
adalah suatu heat treatment yang digunakan untuk memperoleh pelunakan maksimum
dan pengurangan tegangan sisa sampai ke level paling rendah. Metode ini
digunakan untuk semua logam, termasuk besi paduan seperti baja dan besi tuang.
Pada baja, material tersebut dipanaskan sampai sekitar 50oF di atas
suhu kritis, diikuti dengan pendinginan sangat lambat. Suhu ini sekitar 1600oF
pada baja carbon 0,2 %, tetapi bervariasi untuk kandungan carbon dan unsur
paduan lain. Waktu pada suhu ini biasanya 1 jam per inci ketebalan.
Pada austenitic stainless steel dan non ferrous alloys
yang tidak mengalami transformasi, annealing secara tidak langsung memanaskan
hingga di atas suhu rekristalisasi, dimana terjadi penghalusan butiran dari
bahan-bahan pengerjan dingin. Waktu pada suhu ini biasanya 15 sampai 30 menit.
Apabila suhu annealing terlalu tinggi, bisa terjadi pertumbuhan butiran, dan
hal ini menyebabkan turunnya keuletan dan ketangguhan. Namun demikian beberapa
stainless steel dan paduan nickel dipanaskan dengan suhu sampai batas butiran
kasar untuk meningkatkan kekuatan penjalaran (creep strength) suhu
tinggi.
Pada austenitic stainless steel, paduan nickel dan beberapa paduan
non ferrous lainnya, dilakukan annealing larutan suhu tinggi untuk menempatkan
fase kedua seperti karbit ke dalam larutan. Sehingga membuat paduan-paduan ini
mempunyai daya tahan paling baik terhadap karat antar butir dan daya tahan
terhadap stress corrossion cracking (memberikan laju pendinginan cukup
cepat untuk menghindarkan pengendapan lagi).
Suhu annealing untuk paduan aluminum sekitar 800oF.
Paduan tembaga dengan suhu 800-1500oF, stainless steel austenitic
antara 1850-2050oF, dan paduan nickel dari 1300-1900oF,
lihat Gambar 100-55.
Normalizing
Normalizing
adalah heat treatment yang dilakukan hanya untuk ferritic steel seperti
baja carbon dan baja paduan rendah. Normalizing akan menghaluskan struktur
butiran logam las dan daerah HAZ. Proses ini akan menghilangkan semua bekas
struktur tuang pengelasan dan cenderung menyamakan sifat logam las dengan logam
dasar.
Electroslag pengelasan pada ferritic steel sering di normalizing
untuk menaikkan ketangguhan karena sangat kasarnya struktur tuangan (as-cast
structure) logam las dan adanya butiran kasar di daerah HAZ pada
ketangguhan yang sangat rendah.
Normalizing sama dengan annealing, tetapi pada normalizing baja
dipanaskan sampai suhu 100oF di atas suhu kritis, kemudian dibiarkan
dingin di udara terbuka. Sementara pendinginan lambat pada annealing akan
menghasilkan struktur pearlite kasar pada carbon steel, dan struktur sphereodized
pada baja chrome-moly. Pendinginan yang lebih cepat pada normalizing akan
menghasilkan pearlite halus atau struktur bainite. Baja yang
dinormalizing menjadi lebih tangguh dan lebih kuat dari pada baja annealing,
tetapi kedua treatment ini akan mengurangi tegangan sisa pengelasan atau cold
work dan menghilangkan kekerasan di daerah HAZ.
Annealing dan normalizing biasanya dikerjakan pada bahan-bahan
tempa seperti plat datar, pipa lurus atau forging dan jarang diterapkan
pada pengelasan vessel atau struktur. Hal ini terjadi karena kekuatan logamnya
akan turun pada suhu tinggi, sehingga dukungan terhadap struktur menjadi sulit.
Kedua prosedur ini butuh penanganan berhati-hati pada struktur panas, dan
pendinginan mesti dilakukan dengan teliti, untuk mencegah distorsi karena
perbedaan laju pendinginan antara bagian tebal yang berdekatan dengan yang
tipis, pada benda kerja. Masalah lain pada annealing dan normalizing adalah
adanya dekarburisasi dan kerak yang terjadi, ketika baja ditahan dalam waktu
lama pada suhu tinggi.
Tempering
Disamping normalizing, las electroslag sering di temper
untuk meningkatkan ketangguhan lanjutan. Tempering meskipun sama dengan PWHT,
memiliki tujuan berbeda. Tujuan tempering adalah untuk meningkatkan ketangguhan
(toughness) dan keuletan (ductility) bahan. Apabila dikerjakan
setelah pengelasan, tempering diterapkan terhadap logam las dan logam
dasar.
Alasan utama melakukan normalizing pada baja adalah untuk
meningkatkan ketangguhan pada suhu rendah. Peningkatan ini terjadi karena
penghalusan butiran selama rekristalisasi dan ketangguhan lebih besar yang
sudah merupakan sifat dari struktur halus yang dihasilkan. Logam sering
ditemper setelah normalizing untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan
berikutnya, tetapi tidak selalu. Misalnya pada tangki-tangki berkekuatan
menengah yang berasal dari baja paduan rendah dan baja struktur (yield strength
sekitar 50.000 psi) disuplai dalam keadaan sudah di normalizing dan tidak di
temper sebelum pengelasan ataupun diberi PWHT setelah pengelasan.
Quenching
Quenching
adalah pengerasan dengan cara heat treatment yang diterapkan untuk ferritic
steel. Istilah quench anneal kadang-kadang digunakan pada paduan non-hardening
seperti austenitic chromium nickel stainless steel, baja tahan karat
ferritic chromium tinggi, dan paduan-paduan nikel untuk mengindikasikan
perlunya pendinginan cepat dari suhu annealing larutan.
Pada quenching baja mampu keras, benda kerja dipanaskan sampai di
atas suhu transformasi, kemudian didinginkan dengan cepat sehingga sama dengan
suhu lingkungan. Pendinginan atau quenching dilakukan dengan cara mencelupkan
benda kerja tersebut ke dalam air atau minyak, atau dengan cara menyemburkan
air atau udara berkecepatan tinggi. Ketika mengalami pendinginan cepat, baja
dengan kandungan carbon cukup beserta unsur-unsur paduan tidak akan memiliki waktu
untuk berubah bentuk menjadi struktur lunak, yang dihasilkan selama pendinginan
lebih lambat oleh proses annealing atau normalizing. Akibatnya terbentuk baja
dengan sifat kuat, martensite keras (getas), dan bainite.
Baja-baja quenching hampir selalu ditemper setelah diberi
quenching untuk mengurangi kekuatan dan meningkatkan ketangguhan serta
keuletan. Tempering juga memperkecil terkuncinya (locked up) tegangan
sisa. Suhu yang digunakan untuk PWHT harus lebih rendah dari pada suhu
tempering atau akan terjadi pelunakan lanjutan logam dasar, sehingga tensile
strength berkurang.
Baja-baja struktur High Strength Low Alloy (HSLA) dengan yield
strength sekitar 100.000 psi dijual dengan kondisi sudah diquench dan ditemper.
Baja-baja ini bisa ditinggalkan setelah di las atau bisa diberi PWHT. Suhu PWHT
biasanya di bawah 1150oF supaya tidak melunakkan baja sehingga lebih
kecil dari kekuatan yang dispesifikasikan. Baja-baja HSLA perlu pemilihan suhu
heat treatment secara berhati-hati tergantung dari komposisi spesifiknya.
Beberapa baja HSLA mengandung vanadium lebih dari 0,05 % dan/atau 0,002 %
boron, yang bisa menimbulkan penggetasan pada daerah butiran kasar di daerah
HAZ ketika dipanaskan sampai dengan suhu 1000-1200oF selama PWHT.
Penggetasan ini menyebabkan retak yang disebut dengan reheat cracking.
Oleh karena itu, umumnya direkomendasikan bahwa pengelasan baja-baja ini tidak
diberi PWHT.
Beberapa paduan ferrous dan non ferrous bisa dikeraskan dengan
heat treatment yang disebut dengan age hardening atau precipitation
hardening. Penuaan (aging) paduan-paduan ini pada suhu PWHT setelah
larutan annealing, menimbulkan pengerasan. Paduan alumunium mampu keras
dikeraskan dengan cara aging dari suhu kamar sampai dengan sekitar 300oF.
Hal ini jarang dilakukan pada pengelasan alumunium. Paduan alumunium seperti
K-monel dan baja tahan karat endapan keras seperti 17-4 PH dan A-286, rentan
terhadap retak selama pengelasan berlangsung bila dalam kondisi diperkeras.
Untuk mencegah retak, paduan-paduan ini terlebih dulu diberi overaging
anneal untuk melunakkan, kemudian setelah pengelasan dikeraskan dengan
larutan annealing dan aging.
1.6.0. PROSEDUR HEAT REATMENT
PWHT bisa dilakukan dengan cara memasukkan benda kerja ke dalam
dapur pemanas (furnace), baik di bengkel ataupun dilapangan, atau
dipanaskan setempat pada pengelasan tunggal atau sebagian kecil dari benda
kerja.
1.6.1. Heat Treatment dalam Dapur Pemanas
PWHT paling baik dikerjakan dalam dapur pemanas di bengkel (shop
furnace), yang dipanaskan dengan bahan bakar gas, minyak atau listrik. Pada
umumnya ongkos heat treatment dalam dapur pemanas lebih murah, jadwal lebih
singkat dan kontrol suhu lebih baik dari pada heat treatment lokal. Rakitan
pipa yang kompleks dan besar bisa diberi heat treatment dalam dapur pemanas
dengan biaya hampir sama seperti halnya heat treatment lokal dari pengelasan
tunggal di lapangan.
Namun demikian, shop furnace tidak otomatis menghasilkan heat
treatment yang baik. Ketelitian harus dilatih untuk memastikan pengukuran dan
pengendalian suhu sudah berlangsung dengan baik, juga peletakkan dan penahanan
benda kerja sudah sesuai.
Posisi Benda Kerja
Benda kerja mesti dimasukkan ke dalam dapur pemanas untuk
menghindarkan daerah-daerah dingin dan panas. Kebanyakan dapur pemanas memiliki
pintu, sehingga dinding belakang dan lantai cenderung lebih dingin. Sisi
sebelah atas lebih panas, sehingga benda kerja harus diletakkan pada jarak enam
inci dari dinding. Apabila letak benda kerja berubah dari port burner atau
ada pergeseran nyala api, harus dibetulkan segera.
Perlu juga diyakinkan mengenai ketepatan, keseragaman penyangga
benda kerja, dan ruang gerak untuk pemuaian dan penyusutan.
Monitoring Suhu
Suhu benda kerja yang sedang di beri heat treatment harus dimonitor
dan dikontrol. Keseragaman suhu dalam dapur pemanas tergantung dari laju
pemanasan dapur pemanas, apakah dapur pemanas didisain dengan baik selama
pemanasan, apakah sudah dijaga tetap baik, sehingga tidak ada penyumbatan pada burner
nozzles, pergeseran burner dan lain-lain. Thermocouple pada benda kerja
berfungsi untuk memonitor suhu.
Berbagai jenis thermocouple memiliki perbedaan suhu maximum,
seperti di bawah. Pastikan suhu maximum thermocouple cukup tinggi.
Thermocouple Suhu maximum
Iron-Constant 1200oF
Chromel-Constant 1500oF
Chromel-Alumel 2000oF
Platinum-Rhodium 2500oF
Thermocouple harus ditempelkan pada benda kerja untuk mendeteksi
dan mencegah overheating lokal atau cold spot. Thermocouple hendaknya
diletakkan pada lokasi-lokasi kritis untuk memonitor panas dan untuk mencegah
tegangan panas tinggi, distorsi, overheating atau tempering yang tidak sempurna
pada pengelasan.
Kesalahan serius sering terjadi, terutama pada dapur pemanas yang
menggunakan heat treaters komersial, karena jarang memasang thermocouple
pada dapur pemanas (furnace) secara lengkap untuk memonitor suhu.
Thermocouple furnace hanya mengukur suhu udara furnace ditempatnya berada.
Thermocouple ini bermanfaat untuk mengontrol furnace, tetapi ia tidak bisa
mengganti peranan thermocouple benda kerja yang sedang dipanaskan. Benda kerja
yang sedang diberi heat treatment bisa mencapai ratusan derajat lebih panas
atau lebih dingin dari pada titik kontrol furnace.
Tidak ada pedoman mengenai berapa jumlah thermocouple yang
diperlukan, tetapi paling tidak satu dan ditambah satu lagi untuk cadangan.
Menentukan berapa jumlah thermocouple tambahan yang dibutuhkan, tergantung dari
pengalaman dan pertimbangan, dan harus dievaluasi pada masing-masing jenis
pekerjaan. Untuk memperoleh hasil yang akurat, thermocouple harus ditempelkan
ke benda kerja dengan spot langsung dengan cara dilaskan, peening, pakai
baut atau dengan thermocouple pad. Thermocouple dengan probe
panjang yang dipasangkan pada benda kerja atau berdekatan dengan benda kerja di
dalam furnace, sering tidak lebih baik dari pada thermocouple furnace untuk
memonitor suhu.
Laju Pemanasan dan Pendinginan
Laju pemanasan dan pendinginan benda kerja sangat penting. Terlalu
cepat panas atau terlalu cepat dingin menyebabkan bagian-bagian logam yang
tipis menjadi lebih cepat panas atau lebih cepat dingin, dibandingkan dengan
bagian yang tebal. Pemanasan dan pendinginan yang tidak seragam ini menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk dan tegangan sisa, yang apabila sangat hebat akan
menjadi retak. Aturan yang baik untuk menjaga perbedaan suhu pada struktur yang
sedang dipanaskan adalah 250oF atau kurang.
Apabila kenaikan suhu selama pemanasan mendekati angka ini,
furnace harus dapat dimatikan dan benda kerja dibiarkan dingin sampai suhu
turun. Menerapkan aturan yang membatasi kenaikan suhu pada 250oF
secara otomatis akan menghasilkan laju pemanasan yang memuaskan. Namun
demikian, apabila suhu hanya diukur dengan thermocouple furnace yang diarahkan
pada gas furnace panas, jadi bukan langsung pada benda kerja, maka laju
pemanasan harus dibatasi sekitar 400oF per jam. Bahkan jika perlu
pengendalian kenaikan suhu harus lebih ketat, apabila benda yang diberi heat
treatment mempunyai bentuk yang kompleks, seperti bundel heat exchanger dengan
tube tebal.
Keseragaman suhu selama pendinginan sama pentingnya seperti pada
pemanasan, dimana perambatan suhu harus dibatasi sekitar 250oF
selama pendinginan dari suhu heat treatment 800oF. Tidak disarankan
untuk mengeluarkan benda kerja dari furnace sehingga suhu turun menjadi 800oF.
Apabila ingin mempercepat siklus pendinginan, konsultasikan dengan ahli ilmu
bahan.
Disarankan untuk sekali-sekali melihat furnace setelah logam merah
membara (red heat) dengan suhu sekitar 1150oF, untuk
pemeriksaan visual apakah ada bagian-bagian yang gelap atau bintik-bintik
hitam, dimana hal ini merupakan indikasi adanya suhu yang tidak merata.
Bentuk-Bentuk yang Kompleks
Bentuk-bentuk yang kompleks seperti bundel tube heat
exchanger, butuh pendinginan lambat untuk memperoleh keseragaman suhu dan
menghindarkan distorsi. Pada pekerjaan seperti ini, lebih baik menggunakan
furnace konveksi yang tergantung dari sirkulasi udara panas untuk pemanasan,
dari pada radiasi furnace yang berasal dari panas pembakaran brickwork.
Thermocouple harus diletakkan dibagian tengah bundel tube (untuk
menginformasikan bahwa daerah ini sudah mencapai suhu yang diinginkan), dan
pada tube yang berdekatan dengan burner atau dinding radiant (untuk
menghindarkan overheating).
Batasan Suhu
Batasan suhu harus selalu dijaga dalam daerah sempit apabila heat
treatment ingin berhasil. Batasan suhu pada carbon steel lebih lebar, sedangkan
pada baja paduan lain lebih sempit. Sebagai contoh pada stainless steel type
304 stress relieved (pembuangan tegangan) biasanya pada suhu 1550 hingga
1650oF. Apabila suhu minimum tidak tercapai akan timbul stress
relieved yang tidak memadai, dan benda kerja bisa gagal terhadap stress
corrosion cracking. Pada baja 5 Cr-1/2 Mo stress relieved berkisar
pada suhu 1325 hingga 1400oF. Apabila suhu minimum tidak tercapai
dan holding time dilakukan minimum 2 jam, hasil pengelasan bisa menjadi
terlalu keras dan getas. Apabila hasil pengelasan tersebut dipanaskan melebihi
batasan tertinggi yaitu 1400oF, bisa terjadi pengerasan yang tidak
diinginkan pada seluruh fabrikasi selama tahap pendinginan berlangsung.
Rakitan Ukuran Besar
Apabila ukuran pressure vessel, rakitan-rakitan pipa atau struktur
terlalu panjang untuk dimasukkan ke dalam dapur pemanas yang ada, maka rakitan
tersebut bisa dipanaskan bagian per bagian. Biasanya pintu dapur pemanas
diganti dengan panel yang memiliki pembalut sementara atau brick stacked
disekitar vessel atau struktur. ASME Sect VIII (Boiler and Pressure Code)
mempersyaratkan adanya overlap sebesar 5 feet terhadap bagian-bagian vessel
yang dipanaskan secara terpisah.
Heat treatment seperti annealing, normalizing, dan quenching
hampir selalu dilakukan di dalam furnace, karena perlu pemanasan keseluruh
benda kerja hasil pengelasan secara seragam, pada temperatur tinggi.
1.6.2. Heat Treatment di Lapangan
Field Erected Furnaces
Heat treatment dengan mempergunakan dapur pemanas (furnace)
tidak terbatas hanya pada pekerjaan di shop, karena furnace sementara bisa
dirakit didekat benda kerja di lapangan. Beberapa furnace sederhana untuk
lapangan terdiri dari tabung silindris, terbuat dari pipa diameter besar dengan
insulasi terletak disekitar pengelasan pipa. Tabung insulasi menjadi furnace
konveksi dengan penambahan propane burner arah tangensial. Field
furnace yang lain lebih rumit, terdiri dari tabung logam, atau frame
lines yang dipasangi insulasi dan dirakit pada struktur. Furnace ini
dipanaskan dengan fuel-fired burner atau panel resistansi listrik.
Furnace yang dirakit dilapangan, harus mendapat perhatian yang lebih seksama
dalam mengontrol suhu dan memasang thermocouple dari pada furnace yang di shop,
karena operator tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan terhadap gradient
suhu di dalam furnace.
Vessel sebagai Furnace
Pada beberapa pekerjaan, vessel secara keseluruhan dimasukkan ke
dalam furnace, untuk heat treatment lapangan. Hal ini dilakukan dengan cara
memasang insulasi dibagian luar permukaan vessel dan pemanasan dilakukan dari
bagian dalam dengan nyala luminous besar, panel panas resistansi, atau dengan
sirkulasi gas panas melalui vessel. Biasanya pemanas resistansi tambahan
dipasang disekitar nozzle dan daerah-daerah tempat kehilangan panas lainnya.
Fired Heater Tubes
Fired heater tubes yang telah berfungsi bisa diberi heat treatment ditempatnya oleh
pembakaran heater dengan tube-tube kosong atau dengan sirkulasi uap atau gas
mulia terkendali. Namun demikian, resiko terdapatnya bagian yang kurang panas
dan/atau terlalu panas menjadi lebih besar, penghematan waktu dan tenaga kerja
dalam melepaskan tube dari heat treatment di shop, juga menjadi lebih besar.
Pada heat treatment jenis ini, dibutuhkan titik-titik yang mengindikasikan suhu
lebih banyak, dibandingkan dengan pekerjaan proses pembakaran heater biasa.
Harus ada kordinasi ketat antara pengoperasian burner dengan pencatatan
data-data suhu, sehingga perambatan suhu bisa diantisipasi dan dihindarkan.
Meskipun menarik, cara ini tidak praktis untuk konstruksi baru, karena akses
lengkap disekitar pengelasan terhalang ketika tube bank berada di
tempatnya, dan NDT beserta perbaikan las-lasan juga lebih sulit karena ruang
gerak terbatas.
Struktur-Struktur Besar.
Heat treatment terhadap struktur-struktur besar di lapangan
merupakan masalah yang kompleks, sehingga perlu bantuan teknis spesialis
berpengalaman untuk meletakkan thermocouple, merancang dan mengoperasikan
burner, serta mengontrol suhu untuk menghindarkan collapse atau buckling.
1.6.3. Heat Treatment Lokal
Local heat treatment terdiri dari pemanasan las tunggal atau sejumlah kecil dari benda
kerja. Local heat treatment terhadap pengelasan struktur, pipa, dan
bagian-bagian vessel diperlukan untuk tujuan perbaikan, pemeliharaan, atau
pengelasan rakitan lapangan (field assembly) yang memiliki ukuran
terlalu besar untuk diberi heat treatment di dalam furnace, atau diangkut dalam
satu bagian utuh. Tindakan pencegahan selama heat treatment di dalam furnace,
sama pentingnya dengan heat treatment lokal. Bermacam-macam jenis sumber
pemanas telah digunakan secara berhasil pada local field heat treatment.
Penopang Benda Kerja
Sebelum heat treatment dimulai, benda kerja harus ditopang secara
merata dan memadai, dan harus bebas untuk memuai dan menyusut selama pemanasan
dan pendinginan. Sifat-sifat material menurun cukup signifikan selama suhu heat
treatment, dan dapat menimbulkan pelengkungan (sagging) atau
pembengkokan (buckling) secara signifikan, apabila struktur tidak
ditopang secara memadai. Sebagai contoh, apabila melakukan heat treatment suatu
hasil pengelasan dalam furnace tube yang berhubungan dengan pipa induk (headers)
atau belokan U, maka tube yang berdekatan harus dipanaskan juga sehingga tube
dapat memuai bersama-sama. Pada pekerjaan heat treatment untuk shaft,
shaft tersebut digantungkan secara vertikal dalam furnace untuk menghasilkan
pemuaian dan penyusutan secara bebas.
Kontrol Suhu
Ketelitian harus dibiasakan pada saat memasang thermocouple dan
insulasi yang berhubungan dengan sumber panas. Thermocouple harus diletakkan
sedemikian rupa, sehingga dapat mengukur suhu pada lokasi yang paling panas dan
paling dingin. Hal ini akan menghasilkan kontrol gradient suhu maximum secara
tepat, seperti sensitivitas terhadap pengaruh arus konveksi di dalam furnace
dan pengaruh pendinginan karena tiupan angin atau hujan di luar furnace. Daerah
pengelasan yang mendapat heat treatment setempat, biasanya terinsulasi cukup
baik, sehingga indikasi suhu dari crayon atau contact phyrometers
tidak bisa digunakan untuk mengukur dan memonitor suhu. Metode biasa untuk
memonitor suhu yaitu dengan mengelaskan thermocouple pada tempat pengukuran
suhu yang diperlukan, kemudian melewatkan kawat melalui heater dan insulasi.
Thermocouple harus memiliki kesesuaian dengan instrument pencatat. Untuk
menghindarkan kesalahan bacaan, bagian ujung thermocouple harus dilindungi dari
radiasi langsung, dengan cara menutupinya dengan gumpalan kapur tahan suhu
tinggi atau dengan logam berpelindung las terhadap benda kerja.
Pada pipa dan struktur berlubang lain yang terbuka ujung-ujungnya
seperti bundel tube pada heat-exchanger, bagian sebelah dalam harus di plugged
off sedekat mungkin dengan daerah panas tanpa menimbulkan gradien panas
yang curam. Pada PWHT lokal pressure vessel, sisi yang berseberangan dengan
sumber panas harus diinsulasi. Insulasi harus dibiarkan di tempat sampai benda
kerja dingin hingga 800oF.
Persyaratan Code
Selain persyaratan teknik dan metalurgi, code membuat
aturan-aturan untuk local heat treatment pada pressure vessel dan pipa. Laju
pemanasan dan pendinginan yang ditentukan oleh ASME Pressure Vessel Code harus
diikuti oleh vessel, dan pada pipa beserta vessel harus dikerjakan dalam
batasan suhu yang tepat, dalam jangka waktu yang ditentukan. Laju pemanasan dan
pendinginan maximum tidak dispesifikasikan oleh ANSI/ASME B31.3.
Pada heat treatment untuk nozzle atau sambungan bercabang, pita
melingkar dengan lebih dari enam kali wall thickness pada masing-masing jalur
dari pengelasan harus diberi heat treatment. Untuk pengelasan melingkar, lebar
pita pada daerah yang mendapat pemanasan paling tidak harus dua kali wall
thickness pada jalur dari las-lasan. Pada umumnya, logam las dan permukaan yang
berdekatan harus diinsulasi untuk menghindari gradient suhu yang curam.
1.6.4. Jenis-Jenis Heat Treatment Lokal
Pemanas Tahanan Listrik
Pemanasan dengan cara resistansi adalah metode yang paling banyak
dipakai untuk heat treatment lokal pada vessel dan pipa, tetapi hal ini tidak
selalu merupakan cara paling murah. Pada metode ini panas dibangkitkan dengan
cara mengalirkan arus listrik dalam kawat bertahanan tinggi. Kawat NiChrome
digunakan karena tahanan oksidasinya bagus pada suhu tinggi.
Resistansi pemanas memiliki bentuk sederhana, seperti halnya
perangkat kawat pada insulator tubular atau flat yang berbentuk untaian atau
lembaran yang dililitkan kesekeliling benda kerja, kemudian ditutup dengan
insulasi. Alat ini bisa berupa kotak gantungan yang terdiri dari elemen-elemen
pemanas dan insulasi, kemudian dihubungkan ke pengendali terprogram dan sumber
listrik. Beberapa pemanas resistansi dirancang untuk digunakan dengan mesin las
sebagai sumber daya listrik.
Pada umumnya, informasi suhu dari thermocouple harus dikirimkan
kembali kepada controller untuk sumber daya. Ketersediaan tenaga listrik hanya
membatasi ukuran vessel yang bisa diberi heat treatment dengan elemen
resistansi panas. Sebagai contoh, sebuah reaktor nuklir dengan bobot 800 ton
akan melepaskan tegangan dengan cara pemanasan tunggal.
Pemanasan dengan Nyala Api
Torch genggam hampir tidak pernah digunakan untuk pekerjaan akhir
PWHT, karena kontrol suhunya buruk dan ada resiko overheating yang berhubungan
dengan pengerasan. Pipe rings menahan multiple gas burner dan
sebuah pembatas telah digunakan dengan berhasil, tetapi alat ini jarang
digunakan karena perlu pemasangan berbeda pada masing-masing ukuran pipa, dan
pengendalian otomatisnya sulit.
Satu keberhasilan operasi annealing dengan torch genggam, telah
menjadi solusi annealling sebagai pengganti tubes furnace stainless steel dari
besi carbon, header dan penopang tube, dilakukan untuk menghindari retak di
daerah pengelasan ketika melakukan perbaikan pengelasan. Pada pekerjaan ini,
dua atau empat torch oxyacetylene digunakan untuk memanaskan benda kerja hingga
batasan suhu 2000 sampai 2100oF selama sekitar satu seperempat jam.
Suhu bisa diukur dengan pyrometer optik, crayon atau thermocouple.
Pemanasan Exothermal
Heat treatment dengan menggunakan pembakaran bahan exothermal
padat terkendali mulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an. Exo-Anneal kits
melakukan pembakaran material dan insulasinya dibuat oleh Exomet, Inc., Conneat
Ohio 44030. Perangkat ini diikatkan kesekeliling sambungan pipa atau palang
struktur dengan kawat lunak, dinyalakan dan dibiarkan untuk melakukan perlakuan
panas stress relief. Setelah heat treatment selesai, lepaskan segera burned
kit dan longgarkan penutup. Pengujian telah memperlihatkan bahwa heat
treatment dengan hasil memuaskan pada suhu 1100oF hingga 1650oF
bisa diaplikasikan pada pipa-pipa ukuran dan tebal standar tanpa alat pengukur
suhu. Sementara peralatan heat treatment exhothermal lumayan mahal, tetapi
tidak memerlukan tenaga kerja yang ahli.
Kekurangan Exo-anneal yaitu ukuran setiap pipa, jadwal,
konfigurasi pengelasan, dan batasan suhu heat treatment memerlukan kit
yang berbeda-beda. Pada tahun baru-baru ini Exomet telah mengurangi
keterlambatan penyerahan barang dengan membangun gudang pada banyak
daerah-daerah industri, dengan stok kit untuk pipa-pipa dan fitting ukuran
standar yang terbuat dari baja carbon steel dan chrome-moly. Perbedaan hasil
disepanjang merek yang sama, Flex-Anneal, selanjutnya mengurangi waktu
penyerahan karena bisa disesuaikan dengan berbagai ukuran dan bentuk di
lapangan.
Banyak perusahaan-perusahaan konstruksi menggunakan Exo-Anneal
kits untuk pekerjaan heat treatment pipa di lapangan. Namun demikian kemajuan
alat pemanas resistansi membuat beberapa perusahaan mengurangi pemakaian kit
ini.
Pemanasan Induksi
Pemanasan induksi sama dengan pemanasan resistansi, yaitu dengan
cara melilitkan gulungan kawat listrik pada bagian yang akan dipanaskan.
Gulungan kawat ini membawa arus bolak-balik dan menimbulkan panas pada baja
dengan menggunakan eddy current dan hysteresis losses sebagai
medan magnet di dalam logam, yang berubah bolak-balik secara cepat. Gulungan
yang dipakai terbuat dari kabel listrik yang dililitkan dengan asbes atau
tubing tembaga dengan pendingin air pada tubing pendingin air jenis tiupan
ringan, dan dilapisi dengan anyaman konduktor dan insulasi.
Berbagai sumber tenaga pemanas induksi komersial untuk heat
treatment pipa, beams dan vessel menghasilkan arus bolak-balik dengan frekwensi
400 Hz atau lebih tinggi. Mesin las AC bisa juga digunakan sebagai sumber
tenaga tetapi tidak efisien.
Meskipun pemanasan induksi berlangsung cepat dan seragam serta
bisa diprogram dengan mudah, pembangkit tenaga listriknya memiliki ukuran besar
dan mahal. Karena alasan ini, pemanasan induksi hanya digunakan secara luas
pada heat treatment untuk pipa steam chrome-moly dengan dinding tebal, untuk
pembangkitan tenaga listrik. Kekurangan lainnya yaitu, gulungan harus cukup
besar untuk melilit keseluruhan daerah yang akan diberi heat treatment. Hal ini
membutuhkan dukungan sumber tenaga yang lebih besar, sehingga membatasi ukuran
benda kerja yang secara ekonomis bisa diberi heat treatment dengan cara ini.
Pemanasan Radiant
Radiat heaters biasanya digunakan di shop atau pada pemasangan
pipa-pipa produksi, tetapi paket untuk pekerjaan di lapangan juga sudah ada.
Metode ini mencakup pengendalian dan penyediaan sumber tenaga untuk heat
treatment pipa dari ukuran kecil hingga ukuran besar. Banyak jenis-jenis sumber
panas radiant yang dipakai untuk PWHT. Beberapa pabrik yang menjual alat ini
menggunakan lampu quarzt intensitas tinggi sebagai sumber panas (GE Heat-Tech
dan Sylvania Thermomatics). Yang lain menggunakan metal screen pemanas
gas (Van-Dorn) atau keramik (Selas dan Cooperheat).
1.7.0. PEMOTONGAN LOGAM
Proses pemotongan thermal banyak jenisnya, dimana secara garis
besarnya dapat dibagi sebagai berikut: pemotongan gas oxyfuel (oxyfuel gas
cutting) dan potong busur (arc cutting). Pemilihan proses pemotongan
tergantung dari logam yang akan dipotong, alat yang tersedia, jumlah pemotongan
yang akan dikerjakan dan kemudahan menjangkau benda kerja.
Informasi lebih lengkap mengenai proses pemotongan logam, dapat
ditemukan pada AWS Welding Handbook, Volume 2.
1.7.1. Oxyfuel Gas Cutting
Proses pemotongan oxyfuel gas cutting mempergunakan
campuran bahan bakar gas dengan oksigen. Baja carbon dan baja paduan rendah
dengan kandungan chromium kurang dari 9 %, acetylene adalah bahan bakar
gas yang paling lazim digunakan untuk memotong. Acetylene yang dicampur dengan
oksigen, digunakan sebagi pemanas awal logam dasar sebelum dipotong. Aliran
oksigen murni disemburkan untuk pemotongan sebenarnya dengan reaksi eksothermal
temperatur tinggi oksigen dengan besi. Oksida logam dan logam cair kemudian
dihembuskan dari daerah pemotongan oleh energi kinetik aliran oxygen. Proses
pemotongan oxyfuel gas diperlihatkan pada Gambar 100-62 yang menggunakan
istilah kerf (potong lebar) dan tarik hasil potong.
Gambar 100-62 Oxyfuel Gas Cutting
Propane atau natural gas bisa menggantikan acetylene sebagai bahan bakar gas. Propane lebih
aman dipakai dari pada acetylene. Gas ini disimpan dalam bentuk cairan dan
kebutuhan terhadap penanganan silinder lebih sedikit.
Pengganti acetylene lain adalah methylacetylene-propadiene
stabilized (MPS) sebagai pemilik acetylene. MPS adalah suatu campuran
beberapa hydrocarbon, termasuk propadiene, propane, butane, butadiene dan
methylacetylene. MPS membakar lebih panas dari pada propane atau natural gas,
dan lebih mudah digunakan dibandingkan dengan acetylene untuk cutting preheat,
karena gas ini memiliki distribusi panas lebih banyak dibandingkan dengan nyala
api. Seperti halnya propane, MPS adalah suatu cairan dan juga perlu penanganan
silinder lebih sedikit. Menggunakan bahan bakar gas lain seperti propane dan
MPS, umumnya tergantung dari tersedianya bahan tersebut, persyaratan
keselamatan dan nilai ekonomis.
Baja-baja tahan oksidasi, seperti stainless steel dan baja-baja
dengan kandungan chromium lebih dari 9 % lebih sulit dipotong. Apabila mencoba
memotong baja tahan oksidasi dengan oxyfuel gas, akan terbentuk oksida keras
dengan titik-titik yang menghambat proses pemotongan. Terhadap baja ini,
pemotongan bisa dipermudah dengan cara memasukkan flux atau serbuk besi ke
dalam aliran oxygen. Flux cutting menggunakan suatu flux yang akan
bereaksi secara kimia dengan chromium oksida yang terbentuk selama pemotongan,
untuk menghasilkan suatu senyawa dengan titik leleh lebih mendekati oksida besi
tersebut. Powder cutting menggunakan serbuk logam kaya-besi yang
mempercepat reaksi oksidasi dan menaikkan suhu pelelehan dan spalling action
logam dasar.
Pedoman untuk masalah-masalah yang timbul selama flame cutting
diperlihatkan pada Gambar 100-63.
1.7.2. Arc Cutting
Arc cutting
atau potong busur artinya, pemotongan logam dengan cara melelehkan dengan
mempergunakan panas busur yang terbentuk diantara elektroda dengan logam induk.
Air Carbon Arc Cutting
Air carbon arc cutting atau disebut juga dengan air arc gouging dapat
menghasilkan pemotongan dengan kualitas memuaskan pada bahan-bahan ferrous dan
non ferrous. Pelelehan terjadi karena busur yang terbentuk diantara elektroda
carbon-graphite terumpan dengan logam dasar. Logam yang meleleh kemudian
didorong oleh hembusan udara berkecepatan tinggi. Udara diarahkan sedemikian
rupa sehingga segera mendorong lelehan logam yang berada dibelakang busur.
Plasma Arc Cutting
Plasma arc cutting adalah proses pemotongan yang memiliki kualitas
paling tinggi untuk baja paduan dan paduan non ferrous. Proses ini menghasilkan
busur mampat dengan suhu dan kecepatan sangat tinggi, diantara elektroda
tungsten tidak terumpan (terdapat dalam torch) dengan logam dasar. Panas tinggi
tersebut secara terus menerus akan melelehkan logam, yang kemudian digeser oleh
aliran gas ion kecepatan tinggi. Pemotongan busur plasma memberikan hasil
cepat, bersih dengan daerah HAZ dan lapisan oksida lebih sempit dari pada
proses yang lain. Plasma arc cutting menghasilkan potongan sedikit miring
karena kerf ada disebelah atas. Taper bisa diletakkan pada satu
sisi pemotongan untuk mendapatkan satu sisi lurus yang dibutuhkan. Meskipun
plasma arc cutting adalah proses paling ekonomis untuk baja-baja paduan tinggi,
proses ini juga memiliki keuntungan untuk pemotongan carbon steel tipis, karena
akan menghasilkan kecepatan pemotongan yang lebih besar dibandingkan oxyfuel
gas cutting dengan ketebalan sampai dengan satu inci. Gambar 100-64 adalah
skema arc cutting torch plasma konvensional.
Gambar 100-63 a. Panduan Trobleshooting pada Oxyel Gas Cutting
Gambar 100-63 b. Panduan Troubleshooting pada Oxyfuel Gas Cutting.
Gambar 100-64. Plasma Arc Cutting Konvensional
1.7.3. Aplikasi Proses Pemotongan
Oxyfuel gas cutting, plasma arc cutting dan powder cutting adalah
proses pemotongan yang paling sering dipergunakan untuk memotong plat dan pipa.
Oxyfuel gas cutting digunakan secara luas untuk memotong carbon steel dan low alloy
steel karena ekonomis dan sederhana.
Plasma arc cutting memiliki hasil sangat baik sekali untuk proses pemotongan, karena
memiliki hasil halus dan bersih pada semua logam, baik logam ferrous maupun non
ferrous, tetapi ongkos peralatannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan
oxyfuel gas cutting. Pada baja paduan lebih tinggi, plasma arc cutting umumnya
telah diganti dengan powder cutting, karena mutu pemotongan lebih baik dan
banyak mengurangi pekerjaan pembersihan setelah pemotongan. Powder cutting umumnya
perlu pembersihan dengan menggunakan mesin gerinda hingga 1/8 inci, ada bahan
yang dikotori oleh serbuk besi setelah pemotongan.
Peralatan air carbon arc cutting otomatis, dapat digunakan
untuk menghaluskan permukaan plat yang kasar pada pengelasan pelapisan,
pembuatan kampuh berbentuk U untuk sambungan tumpul persegi, dan pembuatan
bevel las untuk tepi logam berbentuk persegi.sumber : ayinkcell
0 komentar:
Post a Comment