Hidup Jangan Tertidur

Home » , » Hidup Jangan Tertidur


  • Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu "diri ini"  lakukan adalah menjadi SADAR. 
  • Inti kepemimpinan adalah kesadaran. 
  • Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. 
  • Banyak "diri ini"  menjalani hidup dalam keadaan “tertidur.” 
  • "diri ini" lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan “tertidur.” 
  • Analoginya adalah seperti "diri ini" yang terkena hipnotis. 
  • "diri ini" tahu di mana menyimpan uang. "diri ini" pun tahu persis nomor pin "diri ini". Dan "diri ini" pun menyerahkan uang sendiri pada orang yang tidak dikenal. "diri ini" tahu, tapi tidak sadar. 
  • Karena itu, "diri ini" bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda. 
  • Pengertian "menyadari" amat berbeda dengan "mengetahui".
  1. "diri ini" tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi "diri ini" tidak juga melakukannya.   
  2. "diri ini" tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi "diri ini" menikmatinya. 
  3. "diri ini" tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi "diri ini" tidak dapat menahan godaan. 
  • Itulah contoh tahu tapi tidak sadar! 
Ada dua hal yang dapat membuat "diri ini" menjadi sadar : 

1. Peristiwa-peristiwa pahit dan musibah.

  • Musibah sebenarnya adalah “rahmat terselubung” karena dapat membuat kita bangun dan sadar.  
  • "diri ini" baru sadar pentingnya kesehatan kalau "diri ini" sakit
  • "diri ini" baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol "diri ini" mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
  • "diri ini" baru sadar nikmatnya bekerja kalau"diri ini" di-PHK. 
  • Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. 
  • Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.
  • Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan "diri ini"
  • Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. 
  • Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal.
  • Bayangkan kalau "diri ini" sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, “Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!” Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, “Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali.” 
  • Itulah analogi sederhana dari kematian.
Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan "diri ini" pada arti hidup ini.
 
Kematian menyadarkan "diri ini" pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya "diri ini" meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya "diri ini" menimbun kekayaan yang tidak sempat "diri ini" nikmati.
 
  • Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun "diri ini" harus sadar mengenai tiga hal, yaitu :
  1. siapa "diri ini"
  2. darimana "diri ini" berasal, 
  3. dan ke mana "diri ini" akan pergi. 
  • Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin
  • Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.” 
  • Manusia bukanlahmakhluk bumi” melainkan “makhluk langit.Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi.
  • Tubuh "diri ini" sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa "diri ini".
  • Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. 
  • Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. 
  • Pada saat itulah jiwa "diri ini" akan meninggalkan “rumah” untuk mencari “rumah” yang lebih layak. 
  • Keadaan ini "diri ini" sebut meninggal dunia. 
  • Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa "diri ini" tak pernah mati. 
  • Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.
Coba "diri ini" resapi paragraf diatas dalam-dalam.
  • Badan "diri ini" akan mati, tapi jiwa "diri ini" tetap hidup. 
  • Kalau "diri ini" menyadari hal ini, "diri ini" tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. "diri ini" memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. 
  • Bila "diri ini" sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan — apalagi dengan menyalahgunakan jabatan — kalau hasilnya tidak dapat "diri ini" nikmati selama-lamanya. 
  • Apalagi "diri ini" sudah merusak jiwa "diri ini" sendiri dengan berlaku curang dan korup.
Padahal, jiwa inilah milik "diri ini" yang abadi. Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar ? 
Jawabnya: ya! Tapi kalau "diri ini" merasa 
  • Cara tersebut terlalu mahal,   
Ada cara kedua yang jauh lebih mudah: 
  1. Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. 
  2. Bukalah mata dan hati "diri ini" untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma "diri ini"
  • Sayang, banyak "diri ini" yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. 
  • "diri ini" yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.
sumber : forum.vivanews.com/showthread.php?t=38538
.
Share this article :