Alternatif Solusi Krisis BBM

Home » » Alternatif Solusi Krisis BBM


Pengantar Ahmad Y Samantho:
 sumber : http://ahmadsamantho.wordpress.com/2008/05/16/motor-mobil-kita-perlu-minum-air-yang-dielektrolisis/
Akhirnya, pemerintah Indonesia menaikkan juga harga jual BBM dalam negeri, dengan mencabut subsidi BMM, sehingga akhirnya harga bensin menjadi Rp6000,/liter. Keputusan pemerintah ini tentu akan berdampak multiplyer effect terhadap inflasi dan kesulitan ekonomi yang akan lebih membuat rakyat kecil lebih sengsara lagi.

Namun demikian, sambil mendukung para mahasiswa dan berbagai komponen masyarakat berdemo menuntut pemerintah, kita yang tak sempat atau tak bisa demo, paling tidak mari kita berdoa langsung kepada Sang Penguasa Alam Semesta: Allah Rabb al-Alamin, mengadukan penderitaan kita dan mengharapkan perlindungan dari-Nya serta pertolongan-Nya agar para penguasa politik dan ekonomi yang zalim dan menyengsarakan kebanyakan rakyat kecil, disungkurkan wajahnya ke dalam tanah bumi pertiwi dan dimakan belatung jasadnya. Amin Ya Azis, Ya Jabbar, Ya Qowwiyu Ya Matiinu.

Selain doa dan munajat Hizb Allah, mari kita coba beriktiyar mencari solusi dengan membuat sendiri peralatan generator gas Hidrogen, dengan cara sederhana: Elektrolisis Air Murni (H2O) menjadi gas HHO yang kita masukkan ke dalam saluran udara (Air Intake) di Karburator Motor atau Mobil Kita. Penjelasan teknis dan teoritisnya, saudara-saudara dapat mempelajarinya di situs-situs internet berikut ini. : dan ada banyak juga film tentang eksperimentasi ini di Youtube.
Salah satunya bisa ditelusuri melalui Blog Energi Air. Blogspot.com ini: Klik di:
Insya Allah, dengan pertolongan Allah, Allah SWT akan membukakan jalan keluar dari segala kesulitan kita.

*HEMAT BBM DENGAN SUPLEMEN AIR*

Dimuat di Surat Pembaca, Suara Pembaruan, Rabu, 14 Mei 2008
Suplemen air ternyata bisa membuat motor/mobil kita lebih ringan tarikannya,
hemat BBM-nya dan berkurang emisi CO2-nya. Kenapa? karena gas Hidrogen yang
dihasilkan dari pemecahan elemen H2O membuat kinerja pembakaran di mesin
lebih sempurna.
Teman kost saya sudah memverifikasi percobaan tersebut. Sebelumnya teknologi
sederhana tepat guna ini sudah dikembangkan secara swadaya oleh Edukasi
Gerakan Masyarakat Cinta Air (http://egmca. org.) di lereng Merapi. Tepatnya
di dusun Sumber Muntilan Jawa Tengah di bawah supervisi Romo Kirjito Pr
sejak 3 bulan silam.
Kekuatan arus listrik 2 A diambil dari accu (aki), lantas dialirkan lewat
elektrode ke dalam botol air, sehingga memecah elemen H20 menjadi 2H dan 1O.
Gas itulah yang kemudian disalurkan melalui selang kecil ke in take filter.
Sedangkan untuk menampung airnya cukup menggunakan botol bekas air mineral,
termos anak, toples dll.
–>Metrotvnews.com, Nganjuk: Kontroversi tentang menghilangnya penemu bahan bakar berbahan dasar hidrogen, Joko Suprapto, berakhir sudah. Joko Suprapto ternyata tidak hilang. Ia sedang menenangkan diri di tempat kelahirannya di kawasan Nganjuk, Jawa Timur.
Kepada Metro TV yang menemuinya, Jum’at (23/5), Joko Suprapto menyatakan, ia kabur dari proyek blue energy yang didukung penuh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menenangkan diri. Dia merasa sudah tidak nyaman lagi dengan pihak-pihak yang mendukung proyek ini.
Joko menuturkan, dia merasa kerap ditekan oleh pihak-pihak pendukung proyek dan dipaksa menandatangani kontrak yang mengharuskan dirinya menyerahkan semua rahasia penemuannya. Joko juga tidak sepakat dengan terminologi blue energy yang diberikan pemerintah karena dia tidak pernah merasa memberikan nama itu.
Kendati begitu, Joko mengaku hubungannya dengan pemerintahan Presiden SBY baik-baik saja. Dia juga meminta maaf kepada Presiden SBY karena belum sempat berkomunikasi langsung dengan Presiden.
Kendati kabur dari proyek blue energy di Cikeas, Jawa Barat, Joko tetap melanjutkan inovasi untuk menyempurnakan produksi bahan bakar berbasis hidrogen di sebuah lokasi di Nganjuk, Jawa Timur. Proses penyempurnaan produk tersebut memerlukan dana yang sangat besar. Namun, Joko yakin hasil penemuannya nanti bisa bermanfaat banyak bagi banyak orang.(DOR)

IPTEK

Bahan Bakar Air, Mungkinkah?

Rabu, 7 Mei 2008 | 00:21 WIB
NINOK LEKSONO
”Saya yakin bahwa suatu hari air akan digunakan sebagai bahan bakar bahwa hidrogen dan oksigen yang menyusunnya, digunakan sendiri-sendiri atau bersama-sama, akan menjadi sumber panas dan cahaya yang tidak ada habisnya, dengan daya yang batu bara tak mampu menghasilkannya.”
(Jules Verne, The Mysterious Island, 1874)
Dunia dilanda kebingungan. Itu ungkapan yang mungkin bisa digunakan untuk melukiskan keadaan yang ada sekarang ini. Ketika bahan bakar minyak (BBM) masih menjadi pilar energi global, harganya cenderung tak terkendali dan menyusahkan banyak negara, termasuk Indonesia yang harus pontang-panting menyesuaikan anggaran belanjanya.
Masuk akal kalau lalu pikiran diarahkan ke energi alternatif. Pikiran ini memberi kebajikan lain justru ketika dewasa ini ada isu lain yang tidak kalah mendesak, yakni pemanasan global, di mana pembakaran BBM diyakini menjadi penyebab utama.
Hanya saja, meski berfaedah dalam kedua hal di atas, energi alternatif tak mudah diterapkan dengan alasannya masing-masing, mulai dari tentangan masyarakat untuk energi nuklir hingga lokasi terbatas untuk energi geotermal.
Belakangan ini, salah satu yang gencar diwacanakan adalah energi nabati (biofuel). Amerika Serikat mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) dalam wujud etanol dari jagung, sementara Brasil mengembangkan BBN dari tebu. Namun, di sini pun kemudian muncul permasalahan, khususnya pada era ketika harga pangan melonjak. Ada yang menengarai salah satu penyebab kelangkaan pangan— yang lalu menyebabkan kenaikan harga pangan—adalah makin sempitnya lahan pertanian untuk tanaman pangan karena sebagian telah digunakan untuk menanam tanaman BBN.
Bahan bakar air
Khususnya dalam pembahasan mengenai energi air ini, ada kalangan yang mengatakan, sebenarnya selama ini kita dibohongi oleh kalangan ilmiah. Dengan keberhasilan mengajukan bukti penggunaan air biasa dalam berbagai mesin, apa yang selama ini diajarkan di bangku sekolah harus dianggap keliru.
Menurut situs H2Earth Institute (www.h2earth.org), air biasa kini sudah bisa digunakan (dibakar) pada mesin internal combustion engine (ICE) atau turbin, mengolahnya menjadi bahan bakar (fuel on-demand), saat itu juga (real time), tanpa transportasi atau penyimpanan hidrogen cair atau terkompresi, alkali kaustik, garam-garam katalis, atau hidrida logam.
Hal ini bisa dilakukan pada kendaraan bermotor dengan satu alat tambahan kecil yang ditenagai oleh sistem elektris kendaraan. Jadi, hal ini pada dasarnya adalah menjadikan air sebagai bahan bakar.
Proses ini hanya menghasilkan uap air sebagai bahan buangan, yang dengan mudah bisa diambil kembali oleh satu radiator (penukar bahang) dan disirkulasikan kembali di sistem mesin bila dikehendaki.
Gaung di Indonesia
Apa yang dipromosikan oleh H2Earth Institute boleh jadi sulit dicerna oleh alam pikir konvensional, betapapun yakinnya lembaga itu atas ide ini.
Di sini, yang dibuat adalah Sel Bahan Bakar Air, yakni teknologi untuk konversi efisien air menjadi gas bahan bakar (combustible) yang dikenal sebagai ’hydroxy’ atau ”Gas Brown”. Teknologi ini bisa dikatakan merana tak dilirik setelah penemunya (Stanley Meyer), demikian pula penemu senyawa gas baru (Dr Yull Brown), dan ahli teori yang memikirkan produksi gas tersebut melalui resonansi molekuler (Dr Henry Puharich) semua meninggal pada pertengahan tahun 1990-an.
Mungkin yang lebih dekat dengan pengalaman kita sejauh ini adalah apa yang dikemas dalam konsep hydrogen boost (Lihat situs www.hydrogen-boost.com). Ini adalah sistem peningkatan kinerja jarak bensin yang didasarkan pada generator gas hidrogen yang ada pada mesin. Pengembang sistem ini juga punya sistem lebih lengkap yang bisa meningkatkan jangkauan kilometer hingga 15-25 persen pada kendaraan yang diuji.
Seperti dijelaskan dalam situsnya, hidrogen—bersama dengan kombinasi gas-gas elektrolisa lain (dalam hal ini adalah Gas Brown)—yang dimasukkan dalam bagian intake mesin akan meningkatkan penyebaran nyala selama pembakaran sehingga bahan bakar dalam wujud uap yang bisa dibakar pun jadi lebih banyak. Manfaat penambahan hidrogen pada mesin pembakaran internal, termasuk mesin diesel, sudah banyak diselidiki.
Di Indonesia juga terdengar kabar adanya pemanfaatan energi air ini. Sebagaimana disampaikan oleh rohaniwan Romo Kirjito di Yogyakarta, April lalu, rekannya, Joko Sutrisno, telah mencoba sistem ini untuk mobil dan motor. Kinerjanya untuk jip Katana adalah 1 liter bensin bisa untuk 20 km, sementara untuk motor, 1 liter bisa untuk 120 km.
Air yang digunakan untuk meningkatkan kinerja bahan bakar ini sekarang memang baru bersifat suplemen. Itu sebabnya, Joko masih enggan memublikasikan sistem yang ia gunakan. Cita-cita Joko sendiri, menurut Romo Kirjito, adalah memanfaatkan teknologi ini untuk menolong orang desa miskin dalam memperoleh energi efisien.
Kirjito mengingatkan, ketika AS dan Eropa sudah mulai banyak mendalami pemanfaatan hidrogen, baik untuk tujuan industri maupun perorangan, Indonesia pun seyogianya tidak ketinggalan.
Sebagaimana penerapan energi alternatif lain, penerapan energi air sebagai bahan bakar pun diperkirakan tidak akan lepas dari hambatan.
Jujur harus diakui bahwa sekarang ini dunia masih didominasi oleh ekonomi minyak sehingga energi alternatif—meskipun kondisi sekarang sudah masuk dalam tingkat darurat—tampaknya masih nonprioritas.
Adakah kekuatan yang bisa mewujudkan impian H2Earth Institute untuk memutus rantai BBM sehingga masyarakat secara seketika, diskontinu, dan radikal (disruptive) bisa beralih ke teknologi energi baru yang secara lingkungan, ekonomi, dan politik memberi solusi atas permasalahan yang ada sekarang ini?
nformasi dari forum Serayamotor.com.
Berhubung di sini ada Mas Eka yang pakar chemistry, aku mo minta pendapatnya ttg teknologi ini.
RNDY_CBR wrote:
BismillahirrahmaanirrahiimSeiring dengan berkembangnya Energi alternatif yang sedang digalakkan ternyata ada salah satu Energi Alternatif yang selama ini disembunyikan oleh pihak2 yang merasa tersaingi.. mudah2an referensi ini bisa berguna bagi kita semua… karena informasi ini sangat aplikatif dan dapat langsung diterapkan di kendaraan anda.. http://rapidshare.com
Mohon segera didownload agar terhindar dari tangan2 jahil….. semoga bermanfaat dan dapat cepat berkembang… semoga masyarakat kita dapat keluar dari kesulitan ekonomi ini…..
Baca dari review user-nya sih cukup menjanjikan. Hanya saja ada satu yang masih mengganjar di benak saya, yaitu apakah hasil pembakarannya dapat 100% menjadi H2O lagi?

d4uz – 16th Juli 2008, 13:12
Judul:


Gw dah amankan filenya, liat direct link dibawah, silahkan didonlod… Lanjutin bahasannya yah.. biar seru
Direct Link :

che – 16th Juli 2008, 13:40
Judul:


…”pakar” ya wizZZ gpp dapetnya free no payment koq
kalo dibuat bhn bkr, jlas air/H2O (aquadest ato aquabidest / nda ada kandungan mineral lah) kudu dekomposisi dolo jd H2 sm O2
Image
…krn yg maw dipake “gasnya” sbg bhn bkr perlu dibuat tabung yg terpisah pada anode utk O2 dan katode utk H2 (anode & katode dipake alloy-Pt yg tdk terlibat dlm reaksi)
…dr reaksi di atas tdk dpt berjalan auto krn E(cell) < 0 dmn E(cell) = E(Oxidation) + E(Reduction) jd butuh bantuan energi dr luar ~ 1.23 V pada 25 °C
…dan ingat krn yg dipake air murni/aquadest, proses elekrolisisnya sgt lambat (konduktivitas elektrolisisnya kecil)…ini yg jd masalah jika digunakan sbg bhn dsr utk bhn bakar
…utk mempercepat reaksi di atas dibthkan “elektrolit” yg larut dlm air murni dgn hrg yg terjangkau, biasanya dr garam komplek kation Na+ ato Li+ (dipake krn potensial elektrode lbh kecil dr H+, sehingga O2 muncul) dgn anion sulfate (SO4)2- (dipake krn tidak mengoksidasi jd nda ngeribetin proses elektrolisis) —> Hofmann voltameter
…elektrolisis smcm ini tdk dpt mengkonversi 100% energi listrik mjd energi kimia hidrogen, mmg uda hukum alam kecenderungan mnjd senyawa yg lebih stabil, krn O2 pd anode terus menerus tereduksi mnj H2O kembali & ini menurunkan effisensi…dlm skala industri hanya dpt 40% dr proses smcm ini
…yg lbh cepat lg & murah, dpt dilakukan reaksi elektrosis pada suhu tinggi ~ 100°C (bth 350 Mjoule ~ eff. 41%) & 850°C (bth 225 Mjoule ~ eff. 64%)
Image

Image
…berapa energi yg dihasilkn dr H2 dan O2
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(g) + 572 kJ (ato per mol 286 kJ)



24 Responses to Motor & Mobil Kita Perlu Minum Air yang dielektrolisis

  1. Penemu bahan bakar berbahan dasar hidrogen, Djoko Suprapto
    Metrotvnews.com, Nganjuk: Kontroversi tentang menghilangnya penemu bahan bakar berbahan dasar hidrogen, Joko Suprapto, berakhir sudah. Joko Suprapto ternyata tidak hilang. Ia sedang menenangkan diri di tempat kelahirannya di kawasan Nganjuk, Jawa Timur.Kepada Metro TV yang menemuinya, Jum’at (23/5), Joko Suprapto menyatakan, ia kabur dari proyek blue energy yang didukung penuh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menenangkan diri. Dia merasa sudah tidak nyaman lagi dengan pihak-pihak yang mendukung proyek ini.Joko menuturkan, dia merasa kerap ditekan oleh pihak-pihak pendukung proyek dan dipaksa menandatangani kontrak yang mengharuskan dirinya menyerahkan semua rahasia penemuannya. Joko juga tidak sepakat dengan terminologi blue energy yang diberikan pemerintah karena dia tidak pernah merasa memberikan nama itu.Kendati begitu, Joko mengaku hubungannya dengan pemerintahan Presiden SBY baik-baik saja. Dia juga meminta maaf kepada Presiden SBY karena belum sempat berkomunikasi langsung dengan Presiden.Kendati kabur dari proyek blue energy di Cikeas, Jawa Barat, Joko tetap melanjutkan inovasi untuk menyempurnakan produksi bahan bakar berbasis hidrogen di sebuah lokasi di Nganjuk, Jawa Timur. Proses penyempurnaan produk tersebut memerlukan dana yang sangat besar. Namun, Joko yakin hasil penemuannya nanti bisa bermanfaat banyak bagi banyak orang.(DOR)
  2. Apakah setiap orang boleh menggunakan dan mempelajari teknologi ini, sebab saya melihat sendiri antrian BBM di Bandar Lampung amat sangat menyedihkan, dan lebih sedih lagi jika pemerintah malah menghambat kemajuan teknologi ini…
    Trims
  3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Hikmah adalah Milik Tuhan YME, dan semua umat manusia boleh menggali, meneliti, menggunakan dan mengembangkannya. Maka teknologi ini harus disebarluaskan kepada setiap orang agar bisa mengatasi sendiri kesulitan BBM-nya. Yang diperlukan adalah ketekunan dan kegigihan dalam berusaha dan mengembangkan serta menerapkan teknologi ini.
  4. wah kayaknya bagus neeh bisa buat energi cadangan tapi ngomong2 gimana dengan hasilnya dengan panas yg timbul dari gas waktu terjadi pembakaran yaaa…..????
    thanks
  5. Saya sudah dua kali bikin percobaan . Hasilnya kurang memuaskan. Persoalannya adalah sulitnya mendapatkan bahan Stainless steel.
    Pertama Katoda saya buat dari kawat las stainless steel. Memang keluar gelembong udara, tapi kecil saja. Disamping itu didalam tabung electrolisa muncul kotoran berwarna kuning. Mungkin FeO2 , atau apalah sya tidak pasti.
    Pada percobaan kedua Katodanya saya buat dari kawat kuningan. Hasilnya sama, hanya kotorannya sekarang berwarna biru.
  6. Salam,
    Pak H. Zamzami, saya juga sudah dan sedang melakukan percobaan tersebut. Untuk mendapatkan bahan stainlesteel dengan mudah, munkin Bapak dapat membeli penggaris besi stainlesteel yang di toko-toko buku banyak tersedia. Lalu gunakanlah air murni (H20) dari air aki (air pengisi baterai akki, botol warna biru) ditambah dengan katalisator 3 sendok teh soda kue (sodium bikarbonat)yang dilarutkan pada air murni per satu liternya. Gelembung hidrogen dan oksigen yang dihasilkan lumayan cukup banyak pada percobaan saya. Tapi saya menggunakan katoda dan anoda berupa kumparan kawat stainsless/almunium bekas alat pembunuh nyamuk elektrik buatan cina. Bentuknya mirip seperti yang ada di situs Water4Gas. Sedangkan pada tabung yang menggunakan katoda dan anoda beruopa lempengan stainlessteel, gelembung hidrogen dan oksigen yang dihasilkannya kurang memuaskan.
  7. Stainless steel memang susah nyarinya, butuh 5 cm tetapi kudu beli 4 meter karena di toko bangunan tidak menjual dalam format potongan tetapi utuh. Kedua mencari relay pun yang berkaki 4 atau 3 juga susah untuk ukuran Jakarta, kalopun ada harganya sudah nggak nggenah, nah sekarang saya mencoba menggunakan listrik dari spool lampu sehingga tidak menggunakan aki, karena menggunakan aki, cepat sekali akinya mokat alias tewas, kalo lewat spool tidak menggunakan relay tetapi menggunakan diode 25 Ampere sebagai regulator. Sehingga produksi hidrogen terjadi ketika mesin hidup bukan mutar stop kontak. Jika digas dengan banyak makan produksi hidrogen lebih banyak, kalo cuma hidup akan lebih kecil, kalo pembaca di blog ini yang berdomisili di jabotabek kesulitan mencari bahan stainless steel bisa menghubungi alamat email saya : yohan.kusmintoro@yahoo.com.sg atau anda silakan bergabung ke milis saya Komunitas-BBA@yahoogroups.com (http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunitas-BBA/) nanti kami akan bantu mencarikan besi stainless steel karena di tempat kerja saya besi kayak kek gituan adalah merupakan SAMPAH, buruan kontak email saya jika membutuhkan.
.
Share this article :